Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Pancatantra, Ajaran ilmu politik Lewat Fabel

               Pañcatantra yang merupakan kisah-kisah fabel ini,  mengisahkan seorang brahmana bernama Wisynusarma yang mengajari tiga pangeran dungu putra prabu Amarasakti mengenai kebijaksanaan duniawi dan kehidupan, atau secara lebih spesifik disebut ilmu politik atau ilmu ketatanegaraan. Ilmu pelajarannya terdiri atas lima buku, itulah sebabnya disebut Pañcatantra yang secara harafiah berarti “lima ajaran”. Lima bagian ini merupakan lima aspek yang berbeda dari ajaran sang brahmana ini. Bagian-bagian tersebut di dalam buku bahasa Sansekerta yang berjudulkan Tantrakhyāyika  dianggap sebagai redaksi Pañcatantra yang tertua, adalah sebagai berikut:
             1.Mitrabheda (Perbedaan Teman-Teman)
             2.Mitraprāpti (Datangnya Teman-Teman)
             3.Kākolūkīya (Peperangan dan Perdamaian)
             4.Labdhanāśa (Kehilangan Keberuntungan)
             5.Aparīkṣitakāritwa (Tindakan yang Tergesa-Gesa )
               Ciri khas Pañcatantra ini terutama ialah bahwa ceritanya dikisahkan dalam bentuk cerita bingkai dan banyak mengandung fabel-fabel. Cerita bingkai ini juga disebut dengan istilah kathāmukha dan cerita-ceritanya semua dianyam menjadi satu dengan yang lain. Setelah setiap cerita yang biasanya dalam bentuk prosa, moral cerita diringkas dalam bentuk seloka. Cerita-cerita fabel Pañcatantra banyak yang berdasarkan cerita-cerita Jataka..

Penyebaran
            Pañcatantra yang bentuk aslinya ditulis dalam bahasa Sansekerta ini, mungkin adalah satu-satunya karya sastra kuna yang paling luas penyebarannya dan paling banyak diterjemahkan serta digubah di seluruh dunia. Ada kurang lebih 200 versi dalam 50 bahasa. Versi-versi ini tersebar dari Indonesia di ujung timur sampai Islandia di ujung barat Dunia Lama. Sudah jelas tentunya karya sastra ini banyak mengalami perubahan-perubahan dalam proses alihbahasa dan penggubahan ini.

Penyebaran ke barat
             Versi-versi Pañcatantra ini tersebar luas di Dunia Lama, yaitu Asia, Timur-Tengah (termasuk Afrika Utara) dan Eropa. Selain diterjemahkan dalam banyak bahasa-bahasa di India, dalam perjalanannya ke Barat karya sastra ini diterjemahkan dalam antara lain bahasa Parsi, bahasa Yunani, bahasa Aram (bahasa Suryani), bahasa Arab, bahasa Turki dan banyak bahasa Eropa Barat seperti bahasa Perancis dan bahasa Belanda.
               Bahkan di Persia, karya sastra ini diterjemahkan dua kali, pertama kalinya dalam bahasa Parsi kuna atau bahasa Pahlevi oleh Burzoe, seorang tabib raja Persia, Syah Anusyirwan, pada tahun 672 Masehi dari bahasa Sansekerta. Terjemahan Parsi ini memiliki judul Karataka wa Damanaka dan diterjemahkan ke dalam bahasa Suryani (bahasa Aram), lalu dari bahasa Suryani ke bahasa Arab. Gubahan dalam bahasa Arab ini sekarang disebut cerita Kalilaq wa Damanaq atau hikayat Kalilah dan Daminah. Dari versi Arab ini dibuatkan lagi sebuah terjemahan dalam bahasa Parsi dan dari bahasa ini diterjemahkan ke bahasa Turki. Terjemahan bahasa Turki ini penting sebab versi inilah yang dibawa ke Eropa Barat .
              Penyair fabel Perancis dari abad ke-17 yang termashyur, Jean de la Fontaine yang menulis bukunya yang berjudul Fables yang terdiri atas 12 jilid pada tahun 1692–1694, juga memasukkan cerita-cerita Pañcatantra. Konon cerita-ceritanya ini dikarang oleh seorang brahmana bernama Bidpay atau Pilpay. Nama ini kemungkinan gejala korup dari kata Sansekerta widyapati (raja pengetahuan).
                Kembali lagi ke Pañcatantra dari tradisi Arab yang disebut Kalilah dan Daminah, ada pula sebuah terjemahannya yang dibuat dalam bahasa Melayu melalui versi bahasa Parsi. Lalu dari bahasa Melayu ada lagi terjemahan yang dibuat dalam bahasa Jawa. Namun dari Eropa hikayat Kalilah dan Daminah ini juga dibawa ke Asia Tenggara dan dibuatkan lagi sebuah terjemahan ke dalam bahasa Melayu oleh Gonggrijp pada paruh kedua abad ke-19. Maka lingkaran sudah tertutup sebab karya sastra Pañcatantra ini juga dibawa ke timur, langsung dari India, terutama ke Asia Tenggara di mana terdapat beberapa versi.
Penyebaran Pañcatantra ke Timur
                   Cerita Pañcatantra juga dibawa ke timur, menuju ke Asia Tenggara. Versi-versi yang diketahui ada dalam bahasa Thai, bahasa Laos dan beberapa bahasa di Indonesia. Selain bahasa Jawa dan Melayu, ada juga versi dalam bahasa Bali, bahasa Madura dan kemungkinan bahasa Sunda (Kuna) . Versi-versi dalam bahasa Jawa Kuna serta bahasa Thai dan bahasa Laos banyak memperlihatkan persamaan secara struktural dengan sebuah gubahan Pañcatantra dalam bahasa Sansekerta dari India bagian selatan yang disebut Tantropākhyāna. Bahkan seloka-seloka yang ada dalam versi prosa Jawa Kuna banyak yang menunjukkan persamaan dengan yang ada di Tantropākhyāna.
             Tantropākhyāna yang masih ada sudah tidak lengkap lagi. Cerita bingkai atau kathāmuka sudah tidak ada dan dari empat buku yang semestinya ada, cuma tersisa tiga. Meskipun naskah Tantropākhyāna yang ditemukan ini tidak lengkap lagi, tetapi setelah diperbandingkan dengan sebuah versi dalam Nahasa Tamil dan versi-versi Asia Tenggara lainnya yang masih berkerabat bisa disimpulkan bahwa Tantropakhyāna ini strukturnya agak berbeda dengan Tantrakhyāyika yang disinggung di atas ini, cerita-ceritanya juga lain. Tantropakhyāna tidak terdiri atas lima buku tetapi terdiri  hanya empat buku yang namanya juga lain pula:
           1.Nandakaprakaraṇa (cerita seekor lembu)
           2.Maṇḍūkaprakaraṇa (cerita si kodok)
          3.Pakṣiprakaraṇa (cerita para burung)
          4.Piśacaprakaraṇa (cerita para pisaca (semacam raksasa))
            Lalu kathāmukha atau cerita bingkainya juga berbeda. Di mana dalam Tantrakhyāyika seperti disinggung di atas ini mengisahkan seorang brahmana yang ingin mengajarkan ilmu politik kepada tiga pangeran yang dungu, dalam versi-versi lain yang berkerabat dengan Tantropakhyāna, cerita bingkai ini mengisahkan seorang raja yang ingin menikah setiap malam, mirip dengan kisah cerita "1001 Malam". Di sini harus diberi catatan bahwa cerita bingkai ini dalam naskah tunggal Tantropakhyāna sudah tidak tersimpan lagi. Dalam Tantri Kāmandaka, begitulah sebutan teks ini dalam bahasa Jawa Kuna, kathāmukha ini disebut Wiwahasarga, atau arti harfiahnya ‘kisah pernikahan’.

Pañcatantra dalam bentuk relief
           Cerita-cerita dari Pancatantra juga banyak ditemukan dalam bentuk relief. Relief-relief ini banyak pula ditemukan di pulau Jawa. Candi-candi yang mengandung relief-relief Pancatantra antara lain adalah:

CANDI SOJIWAN
           Candi Sojiwan adalah sebuah candi Buddhis yang terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Candi yang masih direnovasi ini terletak kurang lebih dua kilometer ke arah selatan dari Candi Rara Jonggrang.

Masa pembuatan
          Menurut beberapa prasasti yang sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta, candi Sojiwan kurang lebih dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dibangun kurang lebih pada saat yang sama dengan candi Plaosan.

Penemuan kembali
           Candi Sojiwan untuk pertama kalinya ditemukan oleh para penjelajah Barat pada tahun 1813 oleh Kolonel Colin Mackenzie, seorang anak buah Raffles. Ia yang sedang meneliti peninggalan-peninggalan kuno di sekitar daerah Prambanan, menemukan kembali sisa-sisa tembok yang mengelilingi candi ini.

Ciri-ciri khas
          Sebuah ciri khas candi ini ialah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada.
Relief-relief di Sojiwan
               Di bawah ini disajikan setiap relief yang dipetik dari cerita fabel Pancatantra atau jataka yang berada di candi Sojiwan. Jumlah relief yang dibicarakan ada sekitar 12. Cerita relief dibaca menuju ke selatan (mapradakṣiṇa). Sayang sekali kondisi relief-relief ini banyak yang sudah memprihatinkan.
Dua pria yang berkelahi
                Relief ini menggambarkan dua orang pria yang sedang berkelahi satu sama lain. Pria sebelah kiri berada dalam posisi menyerang. Ia memegang sebuah pedang pada tangan kanannya yang tegak berdiri ke atas. Tangan kirinya dikepalkan dan menuding kepada figur yang berada di sebelah kanan. Kaki kirinya berdiri dan memberi kesan seakan-akan menendang.
               Sedangkan figur yang duduk di sebelah kanan membelakangi figur yang satunya. Mulutnya terbuka, ia berambut keriting dan memakai sebuah kalung dan gelang. Tangan kirinya memegang sebuah payung. Posisi figur ini seolah-olah terganggu dan kontras terhadap figur yang satunya.
            Ada kemungkinan cerita yang dilukiskan di sini adalah kisah "Dhawalamukha" yang dimuat dalam "Kathâsaritsâgara".

Angsa dan Kura-kura
           Relief ini melukiskan fabel seekor kura-kura yang dibawa terbang oleh sepasang angsa. Pada relief ini terdapat lukisan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari Pancatantra atau jataka. Cerita lengkapnya disajikan di bawah ini. Namun cerita yang disajikan di bawah ini agak berbeda versinya dengan lukisan di relief ini:
              Ada kura-kura bertempat tinggal di danau Kumudawati. Danau itu sangat permai, banyak tunjungnya beranekawarna, ada putih, merah dan (tunjung) biru.
             Ada angsa jantan betina, berkeliaran mencari makan di danau Kumudawati yang asal airnya dari telaga Manasasara.Adapun nama angsa itu, si Cakrangga (nama) angsa jantan, si Cakranggi (nama) angsa betina. Mereka itu bersama-sama tinggal di telaga Kumudawati.
Maka sudah lamalah bersahabat dengan kura-kura. Si Durbudi (nama) si jantan, sedangkan si Kacapa (nama) si betina.
             Maka sudah hampir tibalah musim kemarau. Air di danau Kumudawati semakin mengeringlah. [Kedua] angsa, si Cakrangga dan si Cakranggi lalu berpamitan kepada kawan mereka si kura-kura; si Durbudi dan si Kacapa. Katanya:
               “Wahai kawan kami meminta diri pergi dari sini. Kami ingin pergi dari sini, sebab semakin mengeringlah air di danau. Apalagi menjelang musim kemarau.Tidak kuasalah kami jauh dari air. Itulah alasannya kami ingin terbang dari sini, mengungsi ke sebuah danau di pegunungan Himawan yang bernama Manasasana. Amat murni airnya bening dan dalam. Tidak mengering walau musim kemarau sekalipun. Di sanalah tujuan kami kawan.” Begitulah kata si angsa.Maka si kura-kurapun menjawab, katanya:
“Aduhai sahabat, sangat besar cinta kami kepada anda, sekarang anda akan meninggalkan kami, berusaha untuk hidupmu sendiri.
          Bukankah (keadaannya) sama kami dengan anda, tidak bisa jauh dari air? Ke mana pun anda pergi kami akan ikut, dalam suka dan duka anda. Inilah hasil persahabatan kami dengan kalian.
          Angsa menjawab: “Baiklah kura-kura. Kami ada akal. Ini ada kayu, pagutlah olehmu tengah-tengahnya, kami akan memagut ujungnya sana dan sini dengan isteriku. Kuatlah kami nanti membawa terbang kamu, [hanya] janganlah kendor anda memagut, dan lagi jangan berbicara. Segala yang kita atasi selama kami menerbangkan anda nanti, janganlah hendaknya anda tegur juga. Jika ada yang bertanya jangan pula dijawab. Itulah yang harus anda lakukan, jangan tidak mentaati kata-kata kami. Apabila anda tidak mematuhi petunjuk kami tak akan berhasil anda sampai ke tempat tujuan, akan berakhir mati.”Maka demikianlah kata angsa.
          Lalu dipagutlah tengah-tengah kayu itu oleh si kura-kura, ujung dan pangkalnya dipatuk oleh angsa, di sana dan di sini, laki bini, kanan kiri.Segera terbang dibawa oleh angsa, akan mengembara ke telaga Manasasara, tempat tujuan yang diharapkannya. Telah jauh terbang mereka, sampailah di atas ladang Wilanggala.Maka adalah anjing jantan dan betina yang bernaung di bawah pohon mangga. Si Nohan nama si anjing jantan, si Babyan nama si betina. Maka mendongaklah si anjing betina, melihat si angsa terbang, keduanya sama menerbangkan kura-kura. Lalu katanya.“Wahai bapak anakku, lihatlah itu ada hal yang amat mustahil. Kura-kura yang diterbangkan oleh angsa sepasang!”Lalu si anjing jantan menjawab: “Sungguh mustahil kata-katamu. Sejak kapan ada kura-kura yang dibawa terbang oleh angsa? Bukan kura-kura itu tetapi tahi kerbau kering, sarang karu-karu! Oleh-oleh untuk anak angsa, begitulah adanya!” Begitulah kata si anjing jantan.
           Terdengarlah kata-kata anjing itu oleh kura-kura, marahlah batinnya. Bergetarlah mulutnya karena dianggap tahi kerbau kering, sarang karu-karu.
             Maka mengangalah mulut si kura-kura, lepas kayu yang dipagutnyam jatuhlah ke tanah dan lalu dimakan oleh serigala jantan dan betina.Si angsa malu tidak dipatuhi nasehatnya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan melayang ke danau Manasasara.

Perlombaan antara Garuda dan kura-kura
       Relief ini melukiskan cerita perlombaan antara Garuda dan kura-kura menyeberangi samudra. Akhirnya Garuda kalah karena disiasati oleh para kura-kura.Pada relief ini kita bisa menyaksikan seekor burung Garuda dan kura-kura di belakangnya dan di antara kakinya.
        Cerita lengkapnya seperti dimuat dalam kitab Tantri disajikan di bawah ini:
            Alkisah adalah seekor kura-kura tua yang menjadi pemimpin sekelompok kura-kura. Ia sangat berprihatin karena setiap hari anggota kelompoknya pasti ada yang dimangsa oleh Garuda. Maka ia berpikir-pikir mencari siasat. Lalu ia berdiskusi dengan kura-kura lainnya supaya lolos dari sang Garuda.
Lalu si kura-kura tua memiliki sebuah siasat. Mereka bertaruhan dengan sang Garuda. Bercepat-cepatan terbang menyeberang laut. Kalau kalah, maka semua kura-kura tetap dimakan sang Garuda. Namun jika menang, mereka akan berhenti menjadi makanan sang Garuda.
          Para kura-kura ragu bagaimana bisa mengalahkan sang Garuda, bahkan bertaruhan akan menyeberang lautan.
          Maka sang kura-kura tua menjawab bahwa mereka tidak usah khawatir, ia punya siasat. Katanya: “Pasti akan kalahlah sang Garuda oleh kalian. Turutilah semua kataku. Berjajarlah satu sama lain di dalam laut. Isilah lautan dengan penuh sampai di pinggir olehmu. Kalau sang Garuda memanggil, menyahutlah dulu yang di depan sang Garuda, semuanya begitu satu-satu sampai di pinggir. Sapalah duluan, siapapun yang dijumpai olehnya.”
            Begitulah inti diskusi mereka diharapkan supaya tidak dimangsa lagi. Maka tersusunlah mereka di dalam lautan lalu datanglah sang Garuda meminta makanannya.
             Sahut si kura-kura tua, katanya: “Aduh wahai sang Raja Burung, nanti akan saya berikan makanan anda. Lawanlah kami dulu. Memang kami ingin bertaruhan dengan anda. Bercepat-cepatan menyeberang laut. Kalau kami kalah, ya anda dapat memakan kami. Tetapi jika anda kalah, berhentilah memangsa kami sampai dengan keturunan kami di masa depan!”
             Begitulah kata si kura-kura, tertawalah sang Garuda, kemudian katanya: “Wahai kura-kura asal kalian patuhi omonganmu saja. Kalian berani menantangku bertaruhan? Kapankah kalian bisa menang? Pastilah kalah!” Begitu kata mereka berdua dan keduanya setuju.
              Segeralah kemudian melayang sang Garuda, sedangkan semua kura-kura sudah tersusun sebelumnya dari batas dan pinggir lautan. Sampai sudah sang Garuda di tengah laut dan memanggillah ia si kura-kura yang dengan segera menyahutinya.
               Masing-masing yang dijumpainya dari depan sama-sama mendahului teriakan sang Garuda: “Hah anda tertinggal wahai sang Garuda!” Begitulah kata semua kura-kura menjawab.
           Sang Garuda berkata: “Aduh cepat sekali kalian, sungguh lelah saya!” Kemudian ia melayang. Ia mempercepat penerbangannya. Baru saja kelihatan tepi lautan pantai utara olehnya. Terlihat si kura-kura sudah sampai dan bersantai-santai, katanya dengan tenang: “Aduh lama Tuan saya menunggu kedatangan anda. Saya capai dan lesu, terhenti melaju sampai kedatangan Tuan.”
             Sahut sang Garuda: “Aduh kalian sungguh kencang. Saya mengaku kalah.” Maka sang Garuda sungguh sudah berhenti memangsa kura-kura bahkan sampai sekarang juga.

Kera dan buaya
          Relief ini melukiskan cerita seekor kera yang menyiasati seekor buaya sehingga dapat menyeberangi sungai. Cerita ini merupakan cerita jataka.
            Pada jataka bahasa Pali nomor 208, cerita ini disebut sebagai Śumşumāra jātaka kisahnya adalah sebagai berikut.
           Alkisah ketika sang Brahmadatta merupakan raja Benares, sang Bodhisattwa lahir sebagai raja kera dan hidup pada tepi sungai Gangga. Seekor buaya betina melihatnya dan ingin memakan jantungnya. Maka untuk menangkapnya, yang jantan ingin menyiasatinya dengan menawarkannya menyeberangi sungai Gangga di punggungnya di mana ia dapat menemukan banyak buah-buahan yang sedap. Si kera menerima tawarannya. Pada tengah sungai si buaya mengaku bahwa ia telah menipu si kera. Lalu si kera untuk menyelamatkan dirinya, bersiasat. Ia mengatakan bahwa jantungnya telah digantungkan pada sebuah pohon. Kemudian ia bisa mengambilkannya kalau si buaya mengantarkannya ke tepi sungai. Lalu sang Bodhisattwa menertawakan si buaya.

Tikus dan ular
           Relief ini melukiskan cerita persahabatan antara seekor tikus dengan seekor ular. Persahabatan mereka tidaklah lestari. Cerita ini secara rinci adalah sebagai berikut:
           Alkisah adalah seekor tikus yang ditangkap oleh seorang pemburu. Tikus ini akan dipakainya sebagai makanan ular, hewan piaraannya. Maka si ular ingin memakannya tetapi si tikus meminta jangan dulu. Katanya kalau sudah memakannya si ular menjadi gemuk dan akan dimakan oleh si pemburu. Sebaiknya berteman saja dengan si tikus dan mendengarkan nasehatnya. Si tikus menyuruhnya untuk menggigit tutup keranjang di mana mereka ditaruh. Maka loloslah mereka dan setelah beberapa saat si ular lapar dan memakan si tikus.

Serigala dan wanita serong
           Pada relief ini terdapatkan adegan seekor serigala, sebuah kolam dan seorang wanita. Di kolam bisa terlihat ikan dan setangkai bunga teratai. Serigala ini melihat ke arah kanan, ekor si serigala ini ditandai dengan garis-garis untuk menunjukkan bahwa ekornya berbulu. Lalu sang wanita yang duduk berjongkok di sebelah kanan melihat ke dalam air.
             Kemungkinan besar yang dilukiskan pada relief ini adalah sebuah cerita jataka yang disebut sebagai Culla-Dhanuggahajātaka dan merupakan jataka nomor 374. Moral cerita ini adalah “kehilangan keberuntungan”. Kisah yang terkandung dalam jataka ini adalah sebagai berikut:
              Alkisah adalah seorang petani tua yang sangat kaya. Istrinya adalah seorang wanita muda cantik. Ia tidak merasa tenang di rumah dan pada suatu hari ketika sedang berjalan-jalan, ia berjumpa dengan seorang penyamun licik. Si penyamun ini berpura-pura seolah-olah ia jatuh cinta. Sang wanita termakan siasatnya dan keesokan harinya mengambil semua harta benda suaminya dan bersama si penyamun melarikan diri. Lalu mereka berada di tepi sebuah sungai dan si penyamun berkata kepada si wanita untuk menyerahkan harta bendanya kepadanya supaya ia tidak kesusahan ketika menyeberang sungai. Bahkan bajunya diminta supaya ia tidak kebasahan kalau menyeberang sungai. Setalah itu si penyamun melarikan diri, sementara itu sang wanita yang sudah telanjang tertinggal di tepi sungai meratapi nasibnya.
             Tak lama kemudian ada seekor serigala yang menggondol daging di moncongnya. Serigala ini lalu melihat seekor ikan di sungai dan dagingya dijatuhkannya karena tergiur. Namun akhirnya ikannya menyelam dan dagingnya diambil oleh seekor burung pemangsa. Maka sang wanita yang melihat adegan ini menertawakannya. Si serigala yang mendengarnya mencemoohnya dan mengatakan bahwa ini adalah kasus maling teriak maling dan sang wanita ini lebih bodoh dari padanya.

Raja dan putri patih
          Pada relief ini kita bisa melihat seorang wanita yang duduk bersila sementara ia memangku kepala seorang pria yang sedang bertiduran.
           Relief ini oleh para pakar diidentifikasikan sebagai relief dari cerita bingkai Tantri Kâmandaka.

You have read this article with the title Pancatantra, Ajaran ilmu politik Lewat Fabel. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/08/pancatantra-ajaran-ilmu-politik-lewat.html. Thanks!

2 comment for "Pancatantra, Ajaran ilmu politik Lewat Fabel"

  1. Untuk kamu yang tertarik bermain game SPORTSBOOK kini bisa kamu mainkan di Agen ZEUSBOLA dengan Daftarkan ID Login.

    ZEUSBOLA merupakan SITUS JUDI ONLINE TERPERCAYA yang menyediakan berbagai macam permainan yang salah satunya adalah SPORTSBOOK!!

    Pelayanan dan Sistem :
    => 100% Member Vs Member
    => Pelayanan DP & WD 24 jam
    => Bisa Dimainkan Di Hp Android Maupun Iphone
    => Dilayani Dengan 6 Bank Terbaik
    => Kartu Bagus, Boleh Banding !! Service Boleh TANDING.. !!

    TERSEDIA DEPOSIT VIA PULSA ( XL , AXIS & TELKOMSEL )

    TERSEDIA DEPOSIT VIA OVO, LINK AJA, GO-PAY, JENIUS dan DANA.

    UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT SILAHKAN HUBUNGI KAMI DI:
    WHATSAPP : +62 822-7710-4607

    #ZEUSBOLA #AGENZEUSBOLA #BANDARZEUSBOLA #JUDIONLINETERBAIK #POKERONLINETERBAIK #SPORTSBOOK #BONUSMENARIK #JUDIONLINETERPERCAYA #SITUSJUDITERBAIK #SITUSJUDITERPERCAYA #BANDARJUDITERBAIK #AGENJUDITERBAIK

    ReplyDelete
  2. ♣ BONUS ROLLINGAN 0,8% LIVE CASINO DAN SLOT ONLINE ♣

    Dapatkan Bonus Rollingan sebesar 0,8% untuk permainan Live Casino dan Slot Online di Bolavita dengan syarat yang cukup mudah.

    Untuk Anda yang gemar bermain permainan LIVE CASINO seperti Baccarat, Sicbo, Roullete ataupun Slot Online Virtual. Kini Anda bisa mendapatkan bonus tambahan yang diberikan dengan cuma-cuma jika Anda bermain terus di BOLAVITA.

    Anda bisa mendapatkan Bonus Rollingan untuk setiap permainan LIVE CASINO juga Slot Online dari beberapa produk yang ada di situs kami bolavita :
    ♥LIVE CASINO♥
    WM Casino
    SBOBET338A
    SV388
    GD88

    ♥SLOT ONLINE♥
    SV388 (Pragmatic Play)
    PLAY1628

    Untuk cara mendapatkan sangat mudah, Anda hanya perlu bermain dalam salah satu permainan yang sudah disebutkan diatas. Semakin tinggi turnover Anda peroleh, maka semakin besar bonus rollingan yang akan Anda dapatkan.

    KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR BOLAVITA

    TERSEDIA DEPOSIT VIA :
    => PULSA ( XL & TELKOMSEL )
    => E-wallet (OVO, LINK AJA, GO-PAY, JENIUS dan DANA)
    => Bank (BCA, BRI, BNI, MANDIRI, CIMB NIAGA dan DANAMON)

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
    ✔ WA / TELEGRAM : +62812-2222-995
    ✔ INSTAGRAM : @bola.vita
    ✔ FACEBOOK : @bolavita.ofc

    ReplyDelete