Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Negara 'Gurem' Singapura Protes KRI Usman Harun, Indonesia Takut?

Oleh: K Ng Agus Sunyoto
          
Usman dan Harun Pahlawan Setia Negara
Ketika mendapat SMS dari Sukrisno Bahar – keponakannya yang bekerja di Singapura – bahwa Surat Kabar The Straits Time edisi 9 Februari 2014 memuat kabar bahwa Kementerian Pertahanan Singapura  menyarakan bahwa undangan kepada Delegasi Perwira Indonesia untuk Singapore Airshow dibatalkan karena Singapura memprotes penamaan KRI Usman Harun untuk kapal perang baru yang didatangkan dari Inggris, Sufi tua yang pensiunan  intelijen buru-buru menghubungi jaringannya di Jakarta untuk konfirmasi kabar itu. Ternyata, SMS Sukrisno Bahar dibenarkan di mana Delegasi Indonesia untuk Singapore Airshow yang terdiri dari Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman, dan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia Marsekal Ida Bagus Putu Dunia  dipastikan tidak akan berangkat ke Singapura untuk berbicara dalam dialog pertahanan pada acara itu, Selasa 12 Februari 2014. Pasalnya, Singapura menilai pemerintah Indonesia tidak sensitif dengan menamai kapal perangnya dengan  nama dua orang tokoh yang dianggap penjahat oleh Singapura.
             Dengan langkah terburu-buru Sufi tua menemui Guru Sufi yang sedang berbincang dengan Sufi Sudrun,  Johnson, Roben, Niswatin, Mullberrie, Marholi, Daitya,   Azumi, dan Fahrully mengenai film 47 ronin yang memuat nilai-nilai kesetiaan yang dijunjung tinggi masyarakat Jepang.  Kemudian dengan wajah bersungut-sungut ia mengemukakan kasus protes Singapura terhadap pemerintah Indonesia terkait penamaan KRI Usman Harun. “Negara gurem itu tambah nglunjak dan makin kurang ajar karena lemahnya pemimpin negeri ini,” kata Sufi tua mengungkapkan penilaian.
    “Usman dan Harun kan sudah ditetapkan sebagai pahlawan dan makamnya sudah jelas di Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta,” sahut Guru Sufi menimpali,”Apa lagi yang mau disoal Singapura? Pemberian nama KRI Usman Harun itu kan urusan dalam negeri Indonesia? Apa urusan Singapura memprotes segala?”
    “Itulah masalahnya,” sahut Sufi tua dengan nada tinggi,”Singapura menganggap Usman dan Harun sebagai penjahat sedang kita menganggap mereka pahlawan.”
    “Penilaian Usman dsan Harun penjahat itu kan urusan dalam negeri Singapura?” tukas Guru Sufi keras, ”Singapura tidak boleh mendikte apalagi memaksa Indonesia untuk mengikuti pandangannya. Memang Indonesia negeri vassalnya Singapura? Memangnya pemimpin negeri ini kacungnya Singapura?”

KRI Usman Harun yang Diprotes Singapura
    “Itulah masalahnya, Negara gurem itu mau memaksakan kehendak terhadap ‘Raksasa Tidur’ Indonesia,” kata Sufi tua dengan dongkol.
    “Selama ini Indonesia sudah cukup toleran dan sangat lemah terhadap Singapura, tapi Singapura malah tidak toleran,” kata Guru Sufi.
    “Indonesia toleran yang bagaimana kang?” tanya Sufi tua kurang faham.
    “Kalau Singapura keberatan dan protes terhadap penamaan KRI Usman Harun karena kedua orang pahlawan Indonesia itu dianggap penjahat, apakah pernah pemerintah Indonesia protes kepada Singapura yang melindungi Penjarah-Perampok-Maling- Pencoleng  keturunan Cina yang membawa kekayaan Negara Indonesia ke Singapura? Pernahkah Pemerintah Indonesia protes kepada pemerintah Singapura yang melindungi penjahat BLBI, Penjahat Money Laundry,  Penjarah Kekayaan Negara Indonesia dan Pelaku Kriminal yang dicari aparat Keamanan Indonesia?” sahut Guru Sufi.
    “Itulah kurang ajarnya Negara gurem itu,” kata Sufi tua mengeluh,"Dasar tidak tahu diri.".
    Johnson, Roben, Niswatin, Mullberrie, Marholi, Daitya,   Azumi, dan Fahrully yang tidak memahami pembicaraan Guru Sufi dan Sufi tua hanya termangu-mangu heran. Beberapa bentar kemudian Johnson bertanya,”Maaf Mbah Kyai, siapa itu Usman dan Harun yang diributkan Singapura? Kalau mereka pahlawan yang dimakamkan di TMP Kalibata, kenapa Singapura menganggap mereka penjahat?”
Aksi Demo Protes Eksekusi Mati Usman Harun
           Guru Sufi menarik nafas panjang. Setelah itu dengan isyarat ia meminta Sufi tua untuk menjelaskan tentang siapa sejatinya Usman dan Harun yang dianggap penjahat oleh Singapura itu. “Usman dan Harun adalah dua orang prajurit KKO (Korps Komando Operasi-sekarang Marinir) Angkatan Laut Indonesia yang dieksekusi mati oleh pemerintah Singapura pada 17 Oktober 1968.  Mereka  berdua dipersalahkan  atas pemboman MacDonald House, di Orchard Road, Singapura, pada 10 Maret 1965 yang menewaskan 3 orang dan melukai 33 orang. Mereka adalah pejuang yang setia dan rela mati untuk negaranya,” kata Sufi tua.
    “Wah mereka seperti 47 ronin ya pakde?” tanya Johnson membandingkan.
    “Meski kesetiaannya sama tetapi mereka lebih hebat dari 47 ronin,” sahut Sufi tua.
    “Apa yang membuat mereka lebih hebat?” tanya Johnson ingin tahu.
    “47 ronin yang dipimpin Ōishi Kuranosuke Yoshitaka menyerbu rumah kediaman pejabat tinggi istana, Kira Kōzuke no Suke Yoshihisa,  yang dijaga ketat oleh pengawal-pengawalnya,” kata Sufi tua membandingkan,”Sedang Usman dan Harun hanya dua orang menyerang ibukota Negara dan membuat kekacauan yang menggemparkan. Dampak yang ditimbulkan akibat hukuman mati yang mereka jalani pun memunculkan trauma bagi etnis keturunan Cina di Indonesia dan Singapura dan Malaysia.”
    “Oo apa sampai seperti itu dampaknya pakde?” Niswatin menyela.
    “Kematian Usman dan Harun telah menyulut solidaritas rakyat Indonesia,” sahut Sufi tua.
    “Rakyat menyerang Singapura?” sergah Niswatin.
    “Tentu tidak, karena tahun 1968 itu presiden Indonesia bernama Soeharto  tidak seberani dan seteguh Soekarno dalam menghadapi  musuh. Jika Soekarno berani menantang Amerika dan Inggris, maka Soeharto lebih suka berdamai sekali pun dengan Negara gurem seperti Singapura.”
Aksi Kerusakan Usman Harun Gegerkan Singapura
     “Solidaritas rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk apa, pakde?” Niswatin penasaran.
    “Biasa,” sahut Sufi tua mengenang,”Amok massa, menyerang semua rumah kediaman warga keturunan  Cina. Massa merusak dan menghancurkan semua hal yang dianggap Singapura, yaitu etnis Cina. Waktu itu, umurku sudah 20 tahun. Kota Surabaya, pangkalan angkatan laut terbesar di Indonesia terpanggang bara api kemarahan rakyat. Polisi tidak berani bertindak untuk mengamankan karena sebagian KKO ikut aksi akibat terpengaruh amok massa.”
    “Tapi pakde, etnis Cina kan tidak identik dengan Singapura? Kenapa kemarahan kepada Singapura ditumpahkan kepada etnik keturunan Cina?” sergah Marholi minta penjelasan.
    “Namanya juga amok massa,” kata Sufi tua menghela nafas berat,”Mana bisa rakyat membedakan Singapura dengan Taiwan maupun dengan RRC. Mereka hanya tahu bahwa pemimpin tertinggi Singapura orang Cina dan mayoritas penduduk Singapura orang dari etnis Cina, maka mereka menganggap Singapura adalah Negara Cina. Padahal saat itu Cina RRC bermusuhan dengan Taiwan dan Singapura yang dianggap antek dan begundal Amerika.”
      Johnson, Niswatin, Marholi, Roben, Daitya,   Azumi, dan Fahrully termangu-mangu mendengar penjelasan Sufi tua. Beberapa jenak kemudian Guru Sufi berkata,”Amok massa di Malaysia tahun 1969 sebenarnya memiliki kaitan tidak langsung dengan kasus hukuman mati atas Usman dan Harun.”
    “O iya kang,” sergah Sufi tua,”Waktu itu sampeyan kan ada di Kuala Lumpur? Apa benar amok massa di Malaysia berkaitan dengan kasus Usman dan Harun meski tidak langsung?”
    “Yang aku tahu, pelopor penyerangan balasan terhadap orang-orang Cina di Kampung Bahru dan Setapak bukanlah orang Melayu asli melainkan orang kita  “Oreng Boyan & oreng Madure” karo “arek-arek Sorbeje dedengkote bonek”.  Yang aku ingat pasti orang-orang yang berkumpul di rumah Dato’ Harun Idris Menteri Besar Selangor di Jalan Raja Muda Abdul Aziz di Kampung Baru, Kuala Lumpur, yang membawa parang, tombak, trisula, bambu runcing adalah teman-teman asal Bawean, Madura dan Surabaya yang aku kenal meski umurku saat itu baru 16 tahun,” kata Guru Sufi mengenang. 
        “Sampeyan tidak ikut-ikutan membunuh orang  kan?” tanya Sufi tua.
    “Pasti tidak,” kata Guru Sufi,”Aku lihat darah ayam aja sudah puyeng.”
    “Info yang aku dapat orang-orang yang terlibat kerusuhan etnis 13 Mei 1969 di Malaysia itu sebagian besar memang orang-orang kita,” kata Sufi tua.
    “Yang sebagian adalah kawan-kawan bermain, kawan sekolah dan kerabat Usman dan Harun,” kata Guru Sufi.
    “Menarik sekali kasus itu,” kata Sufi tua menyimpulkan,”Penjelasan sampeyan tentang keterlibatan orang kita lebih masuk akal. Sebab etnis Melayu tidak punya tradisi carok maupun tradisi amok massa. Dan tahun 1969 adalah jarak yang dekat dengan kasus pembunuhan massal terhadap pengikut PKI di Indonesia. Hmm, apa karena itu sampai sekarang kawasan Chow Kit di Kualalumpur dikuasai oleh PKL asal Indonesia?”
    “UMNO sebagai Barisan Nasional pun sejatinya tergantung kepada orang-orang kita.”
    “Maaf Mbah Kyai,” sahut Roben lantang,”Terus terang, kalau Singapura mau cari gara-gara dengan kita, pantang kita untuk menghindar. Mereka jual kita beli.”
    “Negara gurem itu bukan tandingan kita bro,” sahut Johnson.
    “Kalau mereka menantang?” sahut Roben dengan suara tinggi.
    “Gak usah diladeni,” tukas Johnson dingin,”Kita bakar saja hutan di Riau dan Jambi selama sebulan. Dijamin penduduk Singapura akan sekarat dalam asap.”
    “Kita desak Pemerintah Indonesia untuk bikin Travel Warning agar warganegara Indonesia tidak bepergian dan belanja ke Singapura, pasti mencret  itu Negara gurem,” sahut Niswatin.
    “Aku siap bro mengkordinasi bajak laut selat Malaka agar selat itu kacau dan tertutup bagi jalur pelayaran internasional, sehingga semua armada lewat Samudera Hindia. Pasti stuip itu Negara gurem,” sahut Johnson.
    “Kita minta pemerintah untuk menetapkan zona larangan terbang atas wilayah Indonesia, pasti Singapura akan jadi Singa kelaparan,” sahut Azumi.
    “Ya kita semua tahu betapa lemah dan tergantungnya negeri gurem itu kepada negara kita. Tapi sayang, pemimpin-pemimpin kita tidak ada yang bernyali seperti Bung Karno dulu,” kata Sufi tua.

 




You have read this article Sejarah with the title Negara 'Gurem' Singapura Protes KRI Usman Harun, Indonesia Takut?. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/02/negara-singapura-protes-kri-usman-harun.html. Thanks!

No comment for "Negara 'Gurem' Singapura Protes KRI Usman Harun, Indonesia Takut?"

Post a Comment