Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Homerus - Penyair Besar Yunani Kuno

Oleh: Izzulfikri M. Ansorullah
               Berabad-abad lamanya berlangsung pertentangan pendapat mengenai hak cipta sajak-sajak Homerus. Kapan, di mana, dan bagaimana Iliad dan Odyssey dicipta?
               Sampai seberapa jauh sajak itu bersandar pada komposisi sebelumnya? Apakah Iliad dan Odyssey disusun oleh orang yang sama? Betulkah salah satunya digubah oleh hanya satu penulis? Mungkin tak ada orang seperti Homerus dan kedua sajak itu yang berkembang lewat proses penggabungan begitu lambat, ataukah memang disusun oleh sekelompok pengolah yang mencomotnya dari sebuah gabungan sajak-sajak yang ditulis oleh banyak ragam penyair. Para sarjana yang membuang waktu bertahun-tahun menyelidiki masalah ini tidak mencapai kata sepakat satu sama lain; lantas bagaimana bisa seseorang yang bukan sarjana ilmu klasik bisa tahu jawab yang semestinya? Tentu, saya sendiri tidak tahu jawabannya; meski begitu, untuk menentukan di mana Homerus layak ditempatkan di daftar urutan buku ini, saya membuat perkiraan sebagai berikut.
               Perkiraan pertama adalah, memang benar ada seorang penulis utama Iliad. (Alasannya, terlampau bagus jika karya itu disusun oleh sekelompok orang!). Pada abad-abad sebelum Homerus, banyak sajak-sajak yang lebih pendek mengenai masalah yang sama digubah oleh penyair-penyair Yunani lain, dan Homerus banyak mengambilnya dari karya mereka. Tetapi, Homerus berbuat lebih jauh dari sekedar merakit Iliad dari sajak-sajak pendek yang sudah ada sebelumnya. Dia memilih, dia mengatur, dia menyempurnakan kata-kata dan menambahnya serta pada akhirnya melengkapinya menjadi hasil final dengan bakat sastranya yang genius. Homerus, orang yang menghasilkan karya besar itu, mungkin hidup di abad ke-8 SM meski banyak catatan menganggap lebih awal dari itu. Saya juga memperkirakan bahwa orang yang sama merupakan penulis utama Odyssey. Meski argumen (berdasar sebagiannya dari perbedaan gaya) bahwa kedua sajak digubah oleh penulis-penulis yang berbeda punya kekuatan yang setara, secara keseluruhan persamaan di antara kedua sajak jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaannya.
           Dari apa yang sudah dipaparkan, jelaslah sudah betapa sedikitnya bisa diketahui tentang ihwal Homerus sendiri; dan memang tidak ada data biografis mengenai dirinya. Ada tradisi kuno yang teramat kokoh, berasal dari masa awal-awal Yunani, bahwa Homerus itu buta. Tetapi, kehebatan yang tampak secara visual dari kedua sajak itu menunjukkan andaikata toh Homerus itu buta, tidaklah butanya itu dibawa dari lahir. Bahasa yang digunakan dalam sajak itu menunjukkan bahwa Homerus berasal dari Ionia, daerah sebelah timur laut Aegea.
           Kendati tampaknya sudah percaya bahwa begitu panjang dan begitu cermat susunan suatu sajak dapat dicipta tanpa tulisan, banyak kaum cerdik pandai agaknya sepakat bahwa sajak-sajak itu paling sedikit bagian permulaannya dan mungkin malah seluruhnya, merupakan komposisi oral (lisan). Tidaklah pasti kapan sajak-sajak itu pertama kali tertuang ke dalam tulisan. Mempertimbangkan segi panjangnya (secara gabungan hampir berjumlah 28.000 bait), tampaknya agak sukar terbayangkan sajak-sajak itu bisa dipindahkan dengan begitu teliti kecuali jika ditulis dalam jangka waktu tidak begitu lama sesudah penciptaan aslinya. Dalam suatu peristiwa, menjelang abad ke-6 SM, kedua sajak itu sudah dianggap karya klasik besar, dan informasi biografis menyangkut Homerus sudah hilang. Setelah itu, orang Yunani senantiasa menganggap Odyssey dan Iliad merupakan hasil karya bangsa yang terjunjung tinggi. Menariknya, sepanjang masa antara abad ke abad dan semua perubahan dalam gaya yang sudah terjadi, reputasi Homerus tak pernah punah.
            Ditilik dari ketenaran dan reputasi Homerus yang tinggi, dengan pikiran yang dag-dig-dug saya tempatkan Homerus dalam nomor urutan yang begitu rendah. Hal dan alasan serupa saya lakukan pula terhadap umumnya tokoh-tokoh seni dan sastra. Tempat urutan mereka dalam daftar ini, rendah. Dalam kasus Homerus, selisih beda antara reputasi dan pengaruh tampaknya besar. Biarpun hasil karyanya sering dipelajari di sekolah, di dunia dewasa ini sedikit sekali orang membaca Homerus begitu mereka meninggalkan bangku sekolah lanjutan atas atau perguruan tinggi. Ini berlainan besar dengan Shakespeare yang drama maupun sajak-sajaknya dibaca dan drama-dramanya sering dipentaskan dengan mendapat pengunjung yang cukup banyak. Walhasil, betul-betul beda.
             Dan Homerus pun tidaklah dikutip secara luas. Meskipun kutipan Homerus terdapat dalam karya Barlett, amat sedikit digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bukan saja berbeda jauh dengan Shakespeare, juga berbeda jauh dengan penulis-penulis seperti Benyamin Franklin atau Omar Khayyam. Kalimat seperti “sen yang ditabung adalah sen yang didapat”, yang sering disebut orang, mungkin sebenarnya merupakan pengaruh sikap pribadi seseorang, bahkan suatu sikap dan keputusan yang berbau politik. Tak ada sangkut pautnya dengan Homerus seperti apa yang banyak dikutip orang sekarang.
            Kalau begitu halnya, apa sebab Homerus dimasukkan dalam daftar urutan buku ini? Ada dua alasan. Alasan pertama, jumlah orang yang makin bertambah dari abad ke abad baik yang mendengar atau membaca karya Homerus memang betul-betul banyak. Di dunia masa silam, sajak Homerus jauh lebih populer ketimbang sekarang. Di Yunani, karyanya begitu akrab dengan penduduk umum, dan dalam masa yang panjang sekali mempengaruhi sikap agama dan etika. Odyssey dan Iliad terkenal bukan semata di kalangan sastrawan intelektual, tetapi juga di kalangan militer dan pemuka-pemuka politik juga. Banyak pemimpin Romawi lama mengutip Homerus, malahan Alexander Yang Agung mengempit salinan Iliad di  ketiaknya selama bertempur. Bahkan kini, Homerus merupakan penulis pujaan di sementara sekolah, dan umumnya kita sudah baca karyanya (paling tidak sebagian) selama di sekolah.
             Bahkan lebih penting lagi, mungkin, pengaruh Homerus terhadap kesusasteraan. Semua penyair-penyair Yunani klasik dan penulis-penulis drama amatlah sangat terpengaruh Homerus. Tokoh-tokoh seperti Sophocles, Euripides, dan Aristoteles –menyebut beberapa contoh saja– terbenam dalam tradisi Homerus, dan semuanya mengambil ide literatur yang cemerlang darinya.
              Pengaruh Homerus terhadap para pengarang Romawi kuno jelas besarnya. Semua menerima sajaknya sebagai ukuran kesempurnaan. Tatkala Virgil –sering dianggap penulis Romawi terbesar– menulis karya besarnya Aeneid dia dengan sadar dan atas keyakinan sendiri menyontoh kehebatan Iliad dan Odyssey.
             Bahkan di jaman modern pun, nyatanya tiap pengarang penting dipengaruhi oleh Homerus langsung atau oleh penulis-penulis seperti Sophocles dan Virgil yang keduanya amat terpengaruh oleh Homerus. Tak ada penulis dalam sejarah punya pengaruh begitu menyebar dan begitu berjangka lama.
             Masalah yang paling akhir adalah mungkin yang justru ruwet. Selama seratus tahun terakhir ini, sangat mungkin sekali Tolstoy lebih berpengaruh dan karyanya lebih banyak dibaca orang ketimbang Homerus. Tetapi Tolstoy tak punya pengaruh apapun selama 26 abad, sedangkan pengaruh Homerus telah berlanjut selama 2700 tahun atau lebih. Ini betul-betul masa yang teramat lama. Walhasil, Homerus tak mudah ditandingi oleh tokoh-tokoh literer lainnya, bahkan oleh tokoh yang berkarya di bidang apa pun.
Sumber: www.bbc.co.uk, 100tokohsejarah.wordpress.com
You have read this article Sastra with the title Homerus - Penyair Besar Yunani Kuno. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2011/11/homerus-penyair-besar-yunani-kuno.html. Thanks!

No comment for "Homerus - Penyair Besar Yunani Kuno"

Post a Comment