Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Malaysia Caplok Camar Bulan dan Tanjung Datu

Saat Kita Ribut Pilpres, Malaysia Caplok Camar Bulan dan Tanjung Datu
Oleh: K Ng Agus Sunyoto
           
Pantai Tanjung Datu
          Usai  membaca berita  hasil kunjungan kerja Komisi I DPR RI di Perbatasan RI-Malaysia di Camar Bulan dan Tanjung Datu, Sufi tua berteriak keras sambil membanting koran ke lantai. Pasalnya, berita yang sangat penting tentang pencaplokan wilayah RI oleh Malaysia itu hanya  ditulis singkat  pada  rubrik internasional di halaman dalam, tertutupi  oleh berita-berita utama seputar Pilpres. “Media massa sengaja mengarahkan opini publik ke arah Pilpres sampai semua orang lengah,” ujar Sufi tua geram,” Ujungnya  Indonesia  kehilangan lagi wilayah teritorialnya. Dasar pers kapitalis, untung terus yang dipikir.”
         Azumi, Marholy, Daitya, dan Roben yang sedang  berbincang tentang Black Campaign dalam Pilpres  dengan heran mendekati Sufi tua. Setelah  memungut koran dan membaca berita yang membuat Sufi tua marah, Marholy  sambil duduk bertanya,”Memang  Malaysia sudah mencaplok wilayah RI di Kalimantan Barat, Mbah?”
         “Ya kamu baca sendirilah beritanya!” sahut Sufi tua sibuk menelpon temannya.


Camar Bulan
           “Ya di sini diberitakan bahwa RI telah kehilangan tanah di Camar Bulan seluas 1.400 Ha dan di Tanjung Datu wilayah pantai RI hilang 80.000 meter persegi. Ini statement  Wakil Ketua Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin. Apa benar begitu mbah?” papar Marholy ingin tahu.
             “Faktanya, Malaysia sekarang ini  sudah bertindak sangat jauh. Meski klaim itu  belum diratifikasi, Pemerintah Malaysia sudah membuat tempat wisata di Tanjung Datu bernama Taman Negara Tanjung Datu bahkan sudah membangun mercu suar.  Ada 11 radio dan tiga stasiun televisi milik pemerintah dan  swasta Malaysia yang mendominasi siaran di Camar Bulan,  sementara TVRI dan stasiun swasta Indonesia sulit ditangkap di sini. Penduduk Camar Bulan lebih akrab menggunakan ringgit daripada rupiah. Lagu Kebangsaan Malaysia ‘Negaraku’ lebih dihafal daripada Indonesia Raya. Ini strategi lawas yang sudah berhasil dijalankan di Pulau Sipadan dan Ligitan yang dirampas secara legal oleh Malaysia akibat kebodohan pemimpin kita,” kata Sufi tua berang.
         “Tapi mbah,” kata Marholy bertanya,”Menhan kita membantah jika ‎wilayah tersebut telah dicaplok oleh Malaysia karena Camar Bulan dan Tanjung Datu masih daerah status quo.”
Penduduk Menunjuk Batu Tanda Perbatasan
          “Dari dulu status quo, tapi hampir pasti Malaysia akan menang karena pemimpin negeri ini tidak pernah serius menangani masalah perbatasan. Ibarat orang tolol dipatuk ular dua kali di lubang yang sama, begitulah sengketa wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu akan dimenangkan oleh Malaysia. Aku yakin itu,” kata Sufi tua dingin.
        “Kok bisa menang mbah, bagaimana nalar sehat dan argumentasi ini?” tanya Azumi.
         “JASMERAH – Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, itu kata kunci yang diungkapkan Bung Karno, founding father Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Dengan berpijak pada sejarah, kamu akan mendapati simpulan bahwa dalam sengketa Camar Bulan dan Tanjung Datu ini Malaysia pasti akan menang,” kata Sufi tua.
      “Bagaimana alur logika penalarannya, mbah kok sampeyan bisa menyimpulkan bahwa Malaysia pasti menang? Bagaimana mbah?” sahut Azumi penasaran.
       “Pertama-tama, kalian harus tahu bahwa wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu itu mengacu pada garis batas Peta Belanda Van Doorn tahun 1906, peta Sambas Borneo (N 120 E 10908/40 Greenwind) dan peta Federated Malay States Survey tahun 1935. Sejak Kerajaan Malaysia  didirikan tidak mempermasalahkan wilayah perbatasan tersebut,” kata Sufi tua.
    “Kenapa tiba-tiba Malaysia mengklaim wilayah itu sebagai bagian wilayahnya?”
    “Kasus itu  baru muncul saat terjadi  Memory of Understanding (MoU)  antara tim Border Commitee Indonesia dengan pihak Malaysia di Kinabalu tahun 1975 yang dilanjut di Semarang tahun 1978. Pihak Malaysia secara sepihak mengubah Garis Batas itu  dengan menempatkan patok-patok baru yang tak sesuai dengan peta tua yang sudah ditetapkan sejak era kolonial itu. Akibatnya, Indonesia akan kehilangan 1.400  ha di wilayah Camar Bulan dan 800 m garis pantai di Tanjung Datu dengan luas 80.000 meter2," ujar Sufi tua dengan gigi gemeletuk.
Tank Apache AH-84 milik Malaysia di Perbatasan
        “Walah, kok bisa Malaysia seenaknya merubah garis batas dengan menempatkan patok-patok baru? Memang apa kerja Tim Border Committee Indonesia kok membiarkan Malaysia mengubah garis batas perbatasan?” sergah Marholy dan Daitya hampir bersamaan.
    “Itulah anehnya,” sahut Sufi tua menjelaskan,”Berdasarkan perundingan antara Indonesia dengan Malaysia di Kinabalu (1975) dan Semarang (1978), wilayah Camar Bulan seluas 1.400 hektar di Kalimantan Barat disepakati  sebagai wilayah Malaysia. Kesepakatan ini megoreksi traktat London 1824 yang memasukkan Camar Bulan sebagai wilayah Indonesia, tepatnya di patok batas A 88 sampai patok A 156. Dalam kesepakatan itu Traktaat London -- kesepakatan antara Kerajaan Inggris dengan Belanda terkait pembagian wilayah administrasi tanah jajahan kedua Negara --  disepakati  perjanjian mencakup batas negara antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan didasarkan pada watershead.  Maksudnya, yang menjadi tanda pemisah adalah aliran sungai atau gunung, deretan gunung, dan batas alam dalam bentuk punggung pegunungan. Begitulah, dengan menafsir ulang Traktat London mengenai makna Waterhead, tentu dengan mengabaikan  garis batas Peta Belanda Van Doorn tahun 1906, peta Sambas Borneo (N 120 E 10908/40 Greenwind) dan peta Federated Malay States Survey tahun 1935 Malaysia mengklaim Camar Bulan dan Tanjung Datu sebagai wilayahnya.”
    “Bagaimana Tim Border Commitee Indonesia bisa bersepakat dengan Malaysia bahwa Camar Bulan adalah bagian Malaysia?”
Jalan di Perbatasan wilayah Indonesia

         “Entahlah apa yang sudah dilakukan pejabat-pejabat Orde Baru itu. Yang pasti, tinta hitam sejarah  terukir dalam sebuah dokumen rahasia tentang perbatasan Republik Indonesia - Malaysia terkait potensi hilangnya kedaulatan Republik Indonesia (RI) atas wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu menunjuk bahwa   institusi TNI dan beberapa  anggota   TNI mendukung klaim Malaysia atas wilayah  Camar Bulan dan Tanjung Datu yang secara de facto dan de yure sejatinya masuk  Provinsi Kalimantan Barat itu. Begitulah klaim Malaysia tersebut  membawa akibat   Indonesia kehilangan Camar Bulan yang luasnya 1.400 ha dan Tanjung Datu seluas 80.000 m2,” kata Sufi tua dengan nada sedih.
           Marholy, Azumi, Daitya, Roben terdiam. Sejurus kemudian, Daitya bertanya,”Bagaimana sampeyan bisa menyimpulkan bahwa Malaysia akan memenangkan klaim atas Camar Bulan dan Tanjung Datu sebagaimana  mereka mengulang lagi peristiwa Sipadan dan Ligitan?”
          “Apa yang Malaysia lakukan di dalam sengketa Sipadan dan Ligitan sampai memenangkan klaim atas kedua pulau itu?” tanya Marholy menyela.
           “Malaysia menempatkan warganegaranya di Sipadan dan Ligitan,” kata Sufi tua menjelaskan,”Kemudian Malaysia mengembangkan Sipadan dan Ligitan sebagai daerah hunian dan wisata sambil mengulur-ulur waktu penyelesaian di arbitrase internasional. Nah, saat tim arbitrase nasional turun ke lapangan untuk melihat fakta, tim menemukan fakta penghuni Sipadan dan Ligitan adalah warganegara Malaysia. Begitulah, Malaysia dimenangkan atas sengketa Sipadan dan Ligitan.”
          “Wuahaha, Malaysia lebih cerdik,” tukas Roben terbahak,”Kita akan dikentuti dua kali. Wilayah Camar Bulan dan Tanjung Datu akan menjadi milik Malaysia seperti Sipadan dan Ligitan karena fakta menunjuk pihak yang mengembangkan Camar Bulan dan Tanjung Datu adalah Malaysia. Mereka pasti menang lagi. Menang lagi.”
          “Berarti Indonesia akan memasuki siklus baru yang akan terus berulang-ulang terkait pergantian presiden,” kata Sufi tua menarik nafas berat.
Sukhoi SU-30 MKM Growlerski Milik Malaysia Siap Tempur
    “Siklus baru apa yang akan terulang dalam pergantian presiden, mbah?”
             “Sejarah akan mencatat, betapa setiap kali Indonesia ganti presiden, maka wilayah Negara Indonesia akan berkurang. Ingat itu!” sahut Sufi tua singkat.
          “Setiap kali ganti Presiden, Negara Indonesia selalu kehilangan wilayah?” sergah Marholi mengerutkan kening,”Apa maksudnya, Mbah?”
          “Jaman Presiden B.J.Habibie, Indonesia kehilangan Timor Timur yang merdeka menjadi Timor Leste. Jaman Presiden Megawati, Indonesia Kehilangan Sipadan dan Ligitan. Nah, jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini aku berani bertaruh, Indonesia akan kehilangan Camar Bulan dan Tanjung Datu…,” kata Sufi tua sedih.
            “Berarti tahun 2020, Indonesia bisa benar-benar kehilangan kedaulatan atas seluruh wilayah teritorialnya, ya mbah?” kata Marholy berspekulasi.
            “Sudah pasti, jika presiden yang terpilih nanti menyerahkan kedaulatan negara ini kepada Imperialisme Global, paling tidak Indonesia akan terbelah menjadi “Negara Bagian”  Amerika Serikat ke-53 dan ‘Negara Bagian’ Australia.”  

Sumber: internasional.kompas.com, detik.com,






 di
You have read this article Sejarah with the title Malaysia Caplok Camar Bulan dan Tanjung Datu. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/05/malaysia-caplok-camar-bulan-dan-tanjung.html. Thanks!

No comment for "Malaysia Caplok Camar Bulan dan Tanjung Datu"

Post a Comment