Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Wednesday, 21 January 2015

Charlie Hebdo Dalam Kilasan Berita

Sejak terjadinya penyerangan kantor majalah satir Charlie Hebdo pada 7 januari 2014 lalu, terjadi pro dan kontra, baik pihak yang membenarkan, menyetujui, membela, dan sepakat terhadap tindak kekerasan itu maupun pihak yang menyalahkan, mencela, mengecam, mengutuk, dan menghujat tindakan itu sebagai kebiadaban. Lepas dari pro dan kontra, tanpa bermaksud mendikte dan mengarahkan opini publik, bersama ini dipaparkan rangkaian berita faktual terkait kasus tersebut berdasar sumber-sumber informasi terpercaya yang bisa diakses di media elektronik seperti Republika.co.id, NBC News, Kompas.com,  Tribune.news, dw.de, koran-sindo.com diharapkan terjadi pemahaman yang lebih riil, obyektif dan komperehensif terhadap kasus-kasus penistaan terhadap Adi Manusia bernama Muhammad bin Abdullah Saw yang telah wafat 14 abad  silam. Inilah serpihan-serpihan berita tentang aksi majalah satir Charlie Hebdo beserta reaksinya yang disusun sebagai bagian dari rangkaian peristiwa dalam sejarah Muhammad bin Abdullah Saw setelah kematian tubuh fisiknya 1400 tahun silam:
Inilah Koran Satir Charlie Hebdo 
Charlie Hebdo adalah sebuah surat kabar yang telah muncul di tengah masyarakat Eropa terutama di Prancis. Surat kabar satir ini tetap hadir meski kecaman dan cercaan terus disorotkan kepada mereka.
Sebagai surat kabar satir Charlie Hebdo selalu berisi penghinaan. Aspek yang biasa mereka hina seperti dunia perpolitikan, budaya, dan agama. Charlie Hebdo . Muncul pertama kali tahun 1969 hingga 1981. Setelah  itu menghilang, tetapi direstrukturisasi kembali pada tahun 1992. Stéphane "Charb" Charbonnier sudah menjadi editor sejak 2012 hingga kematiannya dalam peristiwa ini. Surat kabar ini telah diberikan tempat yang permanen.
Bulan lalu, koran Charlie Hebdo telah menerbitkan edisi gambar Perawan Maria. Gambar itu menunjukkan kelahiran Yesus dari rahim Bunda Maria. Kemudian, Charlie Hebdo juga pernah menyerang penyanyi dunia, Michael Jackson pada 2009.
Setelah kematian Michael Jackson, surat kabar ini menampilkan kerangka kartun Michael Jackson yang berwarna putih. Judul pada gambar tersebut, yakni 'Michael Jackson Akhirnya Putih juga'. Jelas sekali, Charlie Hebdo milik Eropa kulit putih yang jijik dan bahkan antipasti terhadap ras kulit berwarna.  Charlie Hebdo juga menyerang umat Islam pada September 2012. Mereka membuat kartun Nabi Muhammad SAW yang sedang telanjang.
Oktober lalu, Charlie Hebdo kembali beraksi menyerang Islam. Kali ini yang mereka gambarkan, yakni ISIS. Di gambar itu terlihat ISIS sedang memenggal kepala Nabi Muhammad Saw. Seperti yang diketahui laman 'Time', pemerintah setempat sebenarnya sudah melakukan protes. Namun, protes ini diabaikan oleh Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo sesungguhnya sudah pernah menjadi sorotan dunia. Bahkan, sebelum penyerangan pada Rabu, 7 Januari 2014 lalu. Pada 2006, surat kabar ini pernah menerbitkan kartun Nabi Muhammad Saw. Sebelumnya gambar ini pernah diterbitkan di Denmark dan memicu protes dari umat Islam seluruh dunia. Salah satunya, sebuah radio komunitas Radikal FM di Kediri mereaksi dengan menyelenggarakan lomba mewarna bagi murid TK dan SD dengan tema “Raja Denmark babi”.
Dua kelompok Islam telah menggugat halaman yang disajikan surat kabar itu. Namun, gugatan ini dibiarkan begitu saja tanpa kelanjutan. Pada 2011, sehari setelah mengumumkan akan ada edisi khusus Nabi Muhammad Saw, kantor Charlie Hebdo pun dibom. Tidak ada yang terluka dalam serangan itu. Namun, koran itu terpaksa meningkatkan keamanan dengan dilengkapi pengawal khusus.


Majalah Penghina Nabi Diserang, 12 Orang Tewas
Sekelompok orang bertopeng berpakaian hitam dengan bersenjatakan AK-47 menyerbu kantor majalah satir di Paris, Prancis, Charlie Hebdo pada Rabu (7/1) waktu setempat. Sambil meneriakkan seruan  'Allahu Akbar', para pelaku menyerbu kantor majalah yang sering menghina Islam tersebut.
Dampaknya, 12 orang dipastikan tewas, yang dua di antaranya adalah petugas polisi. Dipastikan pula, Pemimpin Redaksi Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier dam kartunis Jean Cabut ikut tewas. Dilansir NBC News, tersangka menembak mati salah seorang petugas yang sedang mencoba melarikan diri dengan menggunakan mobil Citroen berwarna hitam.
Hingga kini, belum ada yang mengaku bertanggung jawab dalam serangan brutal itu. Termasuk  dengan motif di balik serangan pun masih belum diketahui. Bisa jadi, hal itu terkait dengan publikasi majalah mingguan tersebut yang telah menerbitkan kartun yang dianggap mengolok-olok Nabi Muhammad Saw.
Salah satu jurnalis stasiun televisi Europe1 News Pierre de Cossette menyatakan, salah seorang pelaku berteriak "Ini pembalasan atas penghinaan kepada Nabi Muhammad Saw" ketika melakukan aksinya.
Menyikapi kejadian itu, pemerintah Prancis pada Kamis (8/1) menyatakan hari berkabung nasional. Petugas keamanan akan meningkatkan keamanan untuk organisasi media, tokoh besar, dan tempat ibadah, dan meluncurkan perintah perburuan guna mencari pelaku dengan meminta bantuan FBI.
"Kami akan menemukan orang-orang yang melakukan ini," kata Presiden Prancis Francois Hollande. Dia menyerukan persatuan nasional untuk menyikapi serangan itu. Pasalnya, serangan teroris tersebut merupakan yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir.


Pascaserangan Charlie Hebdo, Masjid-Masjid Prancis Diserang

Beberapa masjid yang berada di Prancis menjadi sasaran penyerangan sejumlah kelompok, pascainsiden di kantor majalah mingguan Charlie Hebdo.
Dikutip dari Daily Star, sebuah ledakan terjadi di toko kebab dekat masjid di kota timur Prancis, Villefranche-sur-Saone, Kamis (8/1). Pihak berwenang mengabarkan tidak ada korban jiwa dalam insiden.
"Ini adalah tindakan kriminal," kata seorang pejabat lokal yang tak mau disebut namanya.
Ia mengatakan polisi segera melakukan menyelidikan pasca kejadian. Serangan tersebut disinyalir tidak ada hubungannya dengan serangan berdarah di majalah Paris Chalie Hebdo.
Meski demikian, AFP melaporkan serangan pada masjid-masjid Prancis tak hanya satu. Kelompok Muslim Prancis mendesak para imam mengecam terorisme dalam tempat ibadah, termasuk dalam ibadah shalat Jumat.


Menlu RI Kutuk Penyerangan Tabloid Charlie Hebdo

Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi menyinggung peristiwa penyerangan oleh sekelompok orang bersenjata terhadap bangunan dan karyawan tabloid mingguan Charlie Hebdo di Perancis, dalam pidatonya, Kamis (8/1/2014).
Indonesia tegas Retno mengutuk keras serangan itu. Meski tabloid mingguan Charlie Hebdo itu kerap mengomentari isu-isu politik dan agama dalam kemasan humor. Redaksi tabloid itu juga terkenal sering menghina simbol agama Islam, Kristen, maupun Yahudi.
"Indonesia mengecam keras serangan tersebut. Tindak kekerasan apapun tidak dapat dibenarkan," kata Retno saat menggelar jumpa pers tahunan Kemenlu di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (8/1/2015).
Dalam kesempatan sama Retno pun menyampaikan bela sungkawa pada keluarga korban dan pada bangsa Prancis secara keseluruhan.
Menurut Retno, Pemerintah Indonesia mendukung upaya Pemerintah Perancis menangkap dan mengadili para pelaku.


Surat Untuk Pemuka Islam Dibela PM Inggris
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, membela surat yang mendesak para pemimpin Islam untuk menjelaskan 'bagaimana Islam bisa menjadi identitas Inggris'.
Beberapa aspek dalam surat yang ditulis oleh Menteri Komunitas, Eric Pickles, itu dikritik oleh Dewan Islam Inggris, MCB, antara lain tentang 'implikasi ekstrimisme yang terjadi di masjid-masjid'.
Namun PM Cameron mengatakan bahwa surat tersebut 'beralasan, masuk akal, dan moderat'.
Ditambahkan bahwa Pickles 'sepenuhnya benar' untuk menulis surat yang mendesak para pemimpin melakukan lebih banyak lagi dalam mengatasi ekstrimisme.
"Setiap orang yang membaca surat itu, dan saya sudah membacanya, akan melihat yang dikatakannya bahwa umat Muslim Inggris memberi sumbangan besar kepada negara kita, dan itulah yang terjadi dalam pengertian bahwa teror ekstrimis tidak ada hubungannya dengan agama Islam yang sebenarnya."
"Itu diselewengkan oleh minoritas yang sudah diradikalkan," tambah Cameron.
Surat Pickles itu dikirimkan ke 1.000 pemimpin Muslim setelah serangan militan Islam di Paris, antara lain atas kantor majalah satire Charlie Hebdo dan serangan atas sebuah toko.
Dalam surat itu, Pickles juga menyatakan 'bangga' atas cara umat Islam di Inggris menanggapi serangan teror Paris namun menambahkan 'ada pekerjaan yang lebih banyak untuk dilakukan'.
Bagaimanapun, Sekjen MCB, Shuja Shafi, mengatakan, surat Pickles itu 'bisa diartikan berbeda'.
Lewat surat tanggapan atas Pickle, dia mengatakan bahwa surat ditulis dengan niat baik dan setuju dengan penilaian bahwa nilai-nilai Ingris juga nilai-nilai Islam.
"Bagaimanapun, kita menangani masalahnya dengan implikasi bahwa ekstrimisme terjadi di masjid-masjid dan Islam tidak cukup berbuat untuk menantang terorisme yang terjadi atas nama kita."
Shafi menambahkan bahwa MCB bekerja untuk membawa bersama komunitas dan menentang semua bentuk ekstrimisme.


Pemimpin Inggris dan AS Janji Perangi Terorisme

Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama berjanji untuk mengalahkan ideologi terorisme.
Dalam pembicaraan di Washington DC, kedua pemimpin itu mengatakan mereka tidak akan membiarkan seseorang untuk "memberangus kebebasan berbicara" setelah pria bersenjata, yang punya kaitan dengan Al Qaeda, menewaskan 17 orang dalam serangan teror di Perancis.
Melalui sebuah artikel di harian New York Times edisi Kamis (15/01), kedua pemimpin menyatakan dunia telah merespons "dengan satu suara" serangan Paris terhadap majalah Charlie Hebdo, petugas polisi dan sebuah supermarket yang menjual makanan halal bagi kaum Yahudi.
Bersama dengan Perancis, pemimpin Inggris dan AS itu menyatakan, "Kami telah menjelaskan kepada mereka yang berpikir dapat memberangus kebebasan berbicara dan berekspresi dengan kekerasan akan membuat suara kami akan lebih keras," kata mereka.
Kedua pemimpin juga mengatakan mereka dapat "mengalahkan pembunuh yang barbar dan ideologi mereka yang salah".

Obama dan Cameron diperkirakan akan membahas kejahatan siber dan masalah ekonomi selama dua hari.
Selain itu, mereka akan membahas isu terkini tentang upaya memberantas Ebola, ancaman ISIS dan aksi Rusia terhadap Ukraina.
Dua pemimpin negara ini akan bertemu dalam jamuan makan malam di Gedung Putih pada Kamis(15/1/2015) dan bertemu kembali untuk pembicaraan politik dan ekonomi di Ruangan Oval, Gedung Putih, pada Jumat.
Pembicaraan pada Kamis lebih fokus pada ekonomi, di tengah ketidakpastian zona euro dan kontroversi terhadap rencana kesepakatan dagang AS-Uni Eropa.
Tampaknya ini akan menjadi kunjungan terakhir Cameron sebelum pemilu yang digelar pada Mei nanti. Cameron juga diperkirakan akan membahas tentang Shaker Aamer, warga Inggris yang ditahan di penjara Teluk Guantanamo.
Aamer telah ditahan selama 13 tahun tanpa pengadilan, dan Inggris akan mengembalikannya kepada keluarganya.


Presiden Perancis: Umat Muslim Korban Utama Fanatisme
Presiden Perancis Francois Hollande, Kamis (15/1/2015), berjanji pemerintahannya akan melindungi semua agama dan mengatakan warga Muslim Perancis adalah korban utama fanatisme.
Berbicara di Institut Dunia Arab di Paris, dia mengatakan Islam sejalan dengan demokrasi dan mengucapkan terima kasih kepada warga Muslim atas dukungannya terkait aksi terorisme di kota tersebut pekan lalu. 
"Warga Islam Prancis memiliki hak yang sama dengan warga Perancis lainnya. Kita berkewajiban melindungi mereka," kata Hollande.
Presiden Hollande menambahkan berbagai aksi-anti Islam dan anti Yahudi harus dikecam dan dihukum.
Hollande memandang Islam radikal telah menyalahgunakan isu perbedaan, kemiskinan, ketidaksetaraan dan konflik, serta 'warga Islam adalah korban pertama kefanatikan, fundamentalisme dan anti toleransi'.
Dia menambahkan hukum harus diterapkan secara tegas di tempat-tempat beribadah seperti gereja, masjid, dan sinagoga.
Tiga serangan, termasuk terhadap majalah Charlie Hebdo dan sebuah toko serba ada Yahudi pekan lalu, menewaskan 17 orang.
Upacara pemakaman lima korban akan dilakukan, dua diantaranya adalah kartunis terkenal Charlie Hebdo, Bernard Verlhac atau Tignous dan Georges Wolinski.


Dua Orang Luka dalam Unjuk Rasa Anti-"Charlie Hebdo" di Pakistan
Dua orang terluka, salah satunya tertembak, dalam bentrokan antara polisi Pakistan dan pengunjuk rasa anti-majalah Charlie Hebdo di depan kantor konsulat Pakistan di Karachi, Jumat (16/1/2015).
Polisi menembakkan meriam air dan gas air mata ke arah sayap pelajar partai Jamaat-e-Islami, yang menggelar aksi unjuk rasa nasional menentang penggambaran Nabi Muhammad Saw dalam edisi terbaru majalah satir Charlie Hebdo.
Unjuk rasa ini terjadi sehari setelah PM Nawaz Sharif bersama parlemen Pakistan mengecam keras sampul terbaru majalah Charlie Hebdo yang kantornya diserang pekan lalu dan menewaskan 12 orang itu.
Ribuan aktivis partai itu turun ke jalan di seluruh wilayah Pakistan, termasuk para pengikut Jamaat-ud-Dawa yang merupakan bagian dari kelompok terlarang Lashkar-e-Taiba yang menjadi otak serangan Mumbai pada 2008.
Sementara itu, Jamat-ul-Ahrar, salah satu faksi Taliban Pakistan, merilis pernyataan yang memuji Cherif dan Said Kouachi yang menjadi pelaku utama penyerangan majalah Charlie Hebdo. Kelompok ini mengatakan dua bersaudara Kouachi telah membebaskan dunia dari keberadaan para para penghujat Islam.
Di kota Peshawar, pengunjuk rasa mewarnai aksi unjuk rasa dengan membakar bendera Perancis di jalanan kota itu. Unjuk rasa dengan tema sama juga digelar di ibu kota Islamabad dan Lahore.


Muslim Chechnya di Rusia Bangkit Memprotes

Hari Senin (19/1), merupakan hari yang bersejarah bagi warga Republik Chechnya. Pasalnya, pada hari itu berlangsung aksi massa terbesar dalam sejarah Chechnya. Mereka, dengan dipimpin oleh Ramzan Kadyrov, menentang media satir Charlie Hebdo yang menampilkan sampul depan karikatur Nabi Muhammad Saw.
Sambil memenuhi jalan-jalan utama di ibukota Chechnya, Grozny, mereka mengusung slogan bertuliskan 'Cinta kepada Nabi Muhammad'. Dilaporkan the Daily Beast, Selasa (20/1), aksi massa berpusat di alun-alun besar di depan Masjid Agung Chechnya.
Para imam dan pemuka Muslim setempat sempat memimpin shalat berjamaah yang diikuti massa demonstran. Kemudian, massa menyerukan, “Seluruh Muslim Rusia bersatu menentang karikatur Charlie Hebdo dan siapapun yang mendukung karikatur itu.”
Menurut keterangan pejabat kementerian dalam negeri setempat, jumlah massa yang mengikuti aksi ini diperkirakan sebanyak satu juta orang. Apalagi, aksi ini ternyata diikuti pula oleh kaum Muslim dari wilayah yang berdekatan dengan Chechnya, seperti Daghestan dan Ingushetia.
Tidak ketinggalan, kaum Kristen Ortodoks juga turut mengikuti aksi protes terhadap media satire tersebut bersama kaum Muslim Chechnya di sana, kemarin (19/1). “Jangan tangan kalian menggambar nabi kami tercinta Muhammad Saw!” demikian teriakan massa membahana sore hari itu (19/1).
Di alun-alun Masjid Agung Chechnya ada pula massa yang mengusung balon berbentuk simbol hati, yang bertuliskan Rasulullah Saw. Mereka hendak menunjukkan makna cinta akan Nabi Muhammad Saw. Sepanjang aksi berlangsung, teriakan “Allahu akbar!” terus bergema. Sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat, sejumlah aparat kepolisian datang ke lokasi aksi massa.


Muslim Ingushetia di Rusia Protes Charlie Hebdo

Lebih dari 20.000 orang berpawai di Magas, Ibu Kota Republik Ingushetia di Rusia, pada Sabtu (17/1) untuk memprotes penodaan Nabi Muhammad Saw oleh media Barat. Peserta pawai tersebut mengatakan mereka marah terhadap tindakan mereka yang terus tidak mempedulikan perasaan agama Umat Muslim dengan menyiarkan kartun Nabi Muhammad Saw.
"Kami telah bergabung dalam pawai ini karena penodaan Nabi Muhammad Saw, penodaan terhadap  agama kami," kata Mufti lokal Issa Hadji Khamoyev sebagaimana dikutip kantor berita Rusia TASS.
"Tidak diragukan, seorang orang yang berakal sehat menentang apa pun bentuk tindakan kekerasan atau teror. Semua itu tak bisa disetujui," kata Issa.
Pawai terbuka itu diperkirakan adalah yang terbesar yang pernah terjadi di Ingushetia dalam 10 tahun belakangan. Aksi tersebut dilakukan setelah serangan dua pekan lalu terhadap majalah Prancis Charlie Hebdo, sehingga menewaskan 12 orang.
Majalah satir tersebut menyiarkan kartun Nabi Muhammad Sawdalam edisi sebelumnya, dan serangan itu adalah aksi pembalasan atas perbuatan Charlie Hebdo tersebut. Namun mingguan Prancis tersebut malah kembali menyiarkan kartun Nabi Muhammad Saw dalam terbitannya, Sabtu (17/1).
Di dalam terbitan pertamanya setelah serangan itu, majalah Prancis tersebut menyiarkan karikatur baru yang menampilkan gambar Nabi Muhammad Saw, sehingga memicu gelombang sangat besar kemarahan dan protes di seluruh dan di luar Dunia Muslim, di mana hari itu pula umat muslim Ingushetia berunjuk rasa mengutuk ketidak-perdulian media tersebut.
Profesor Yahudi: Hanya Ada Satu Agama, Yaitu Islam
Di tengah pro dan kontra kasus penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dalam kasus majalah satir Charlie hebdo, beredar di Youtube kabar tentang Profesor Sejarah Universitas Hebrew, Yerusalem, Moshe Sharon, yang menegaskan bahwa pada dasarnya, agama di alam semesta ini hanyalah satu. Agama tersebut mengokohkan keesaan Allah dan menegaskan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah.
“Dari mulai diciptakannya semesta ini, hanya ada satu agama, yaitu Islam,” ujarnya, sebagaimana ditayangkan kantor berita Israel, Arutzsheva, yang dikutip pengguna youtube, Bahrain Tahir, pada 2012 lalu.
Dalam video berdurasi hampir tiga menit ini, Moshe menjelaskan lebih lanjut, jika ada siapapun menyatakan tempat ini adalah kuil Sulaiman, maka muslim akan menyatakan itu benar. “Solomon (sulaiman, - red) adalah muslim. David (Daud, - red), Abraham (Ibrahim, - red), Moses (Musa, - red), Yesus (Isa, - red), bahkan Adam pun adalah muslim.”
“Inilah yang saya maksudkan dengan Islamisasi sejarah. Di seluruh Islamisasi sejarah akan ada Islamisasi geografi, semua wilayah yang berhubungan dengan tokoh-tokoh tadi adalah wilayah muslim,” tegas Sharon, yang ketika tampil mengenakan tutup kepala ala Yahudi atau //yarmuk//.
Wilayah-wilayah tersebut, jelasnya, terlepas apakah sesudah Nabi Muhamad datang atau belum, harus dibebaskan. “Bukan untuk ditaklukkan. Yang ada adalah untuk dibebaskan,” imbuhnya. Islam muncul di sejarah, pada saat Muhammad, adalah sebagai pembebas. Tidak ada penjajahan dalam Islam. Yang ada adalah pembebasan dalam Islam.


Sutradara Kenamaan Perancis Memeluk Islam
Sutradara terkenal asal Prancis Isabelle Matic membuat publik gempar. Melalu akun Facebook resmi miliknya, Matic menyatakan telah memeluk agama Islam.
Isabelle memberikan pernyataan menjadi seorang mualaf beberapa hari setelah insiden penembakan di kantor majalah satir Charlie Hebdo.
"Hari ini, saya telah melalui pilar Islam yang pertama yaitu membaca dua kalimat syahadat. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad Saw adalah Rasul-Nya," ujar Isabelle dalam akun Facebook miliknya seperti dikutip OnIslam, Ahad (18/1).
Isabelle mengatakan dirinya benar-benar secara sadar tanpa paksaan atau ancaman dari pihak manapun untuk menjadi mualaf. Menurutnya, pernyataan yang ditulis dalam akun Facebook-nya juga merupakan kebebasan menyampaikan pendapat.
"Di antara pembantaian di kantor Charlie Hebdo dan peristiwa yang mengikutinya, saya menjadi seorang muslim," kata Isabelle.
Isabelle menambahkan, Charlie Hebdo telah melewati batas dalam kebebasan berekspresi. Menurut Isabelle sangat tidak diperkenankan untuk melecehkan Nabi Muhammad. Tetapi, Isabelle mengingatkan untuk tidak perlu terprovokasi dengan sikap Charlie Hebdo.
"Bila kita terprovokasi, itu hanya membuat mereka terkenal saja nantinya, kita harus mengamalkan ajaran Nabi Muhammad yang bersikap ramah walaupun dijelekan oleh penduduk Mekkah jaman dulu," ujar Isabelle.


Surat Terbuka Sutradara Kenamaan Prancis untuk Pemuda Muslim
Sutradara kenamaan Prancis Luc Besson menulis sebuah surat terbuka yang menyentuh untuk pemuda Muslim, setelah insiden penembakan di Charlie Hebdo. Sutradara Taken tersebut menyerukan penolakan pada ekstremisme dan berjanji akan bekerja sama dengan komunitas Muslim, untuk menuju masyarakat yang lebih adil.
The Guardian mengutip Deadline melaporkan, Besson menyalahkan masalah kesulitan ekonomi di Prancis sebagai akar dari radikalisme dan terorisme di negaranya. Ia berjanji akan bekerja sama dengan umat Muslim, untuk meraih kehidupan bermasyarakat yang lebih adil.
"Saudaraku, jika saja kalian tahu betapa terlukanya aku untuk kalian hari ini. Kamu dan agamamu yang indah telah dinodai, dihina, dan dipinggirkan. Melupakan kekuatanmu, energi, dan rasa humormu hati nurani dan persaudaraanmu. Ini tak adil dan kita bersama-sama akan memperbaiki ketidakadilan ini. Kami jutaan orang yang mencintaimu dan akan membantumu," ungkap Besson dalam salah satu penggalan suratnya.
Sutradara yang juga pendiri Eurocorp itu mengatakan, masalah mendasar kehidupan masyarakat Prancis selama ini berdasarkan empat hal yakni uang, keuntungan, segregasi (perbedaan), dan rasisme. Ia mengatakan, jumlah pengangguran di bawah usia 25 tahun di Prancis mencapai 50 persen. Banyak masyarakat yang terpinggirkan menurutnya, hanya karena masalah warna kulit dan nama mereka.
"Kalian dipertanyakan 10 kali setiap hari, kalian memadati blok apartemen dan tak ada yang mewakilimu. Siapa yang bisa hidup dan berkembang dalam kondisi seperti itu?" ujar Besson.
Besson mengimbau para pengusaha dan pemimpin politik di Prancis, untuk membantu pemuda Muslim keluar dari jeratan masalah ekonomi. Ia juga meminta 'saudara' (Muslim)nya, untuk bertanggung jawab dan tak mencari jalan keluar yang berhubungan dengan radikalisme.
"Butuh 250 euro untuk membeli Kalashnikov (AK-47), tetapi hanya butuh kurang dari tiga dolar untuk membeli pena. Dan tindakamu itu akan seribu kali lebih berdampak. Raih kekuatan demokratis, bantuan dari semua saudaramu. (Maka) Terorisme tak akan pernah menang. Sejarah yang akan membuktikannya," ungkap sutradara Lucy tersebut. Berikut ini adalah teks lengkap surat terbuka Besson, seperti diterjemahkan Deadline:

Saudaraku, jika kalian tahu betapa aku terluka untuk kalian hari ini, kamu dan agamamu yang indah telah dinodai, dihina dan dipinggirkan. Melupakan kekuatanmu, energi dan rasa humormu, hati nurani dan persaudaraanmu. Ini tak adil dan bersama-sama kita akan memperbaiki ketidakadilan ini. Kami adalah jutaan orang-orang yang mencintaimu dan akan membantumu. Mari kita mulai dari awal. Apa yang masyarakat kami tawarkan padamu hari ini?
Selama ini didasarkan pada uang, keuntungan, segregasi (perbedaan), dan rasisme. Di beberapa tempat di pinggiran kota, pengangguran di bawah usia 25 tahun mencapai 50 persen. Kamu terpinggirkan hanya karena warna kulit atau nama depanmu. Kalian dipertanyakan 10 kali setiap hari, kalian memadati blok-blok apartemen dan tak ada yang mewakilimu. Siapa yang bisa hidup dan berkembang dalam kondisi seperti itu?
Keuntungan jadi yang utama. Kami memotong dan menjual cabang pohon apel dan terkejut karena tak ada buahnya. Masalah sebenarnya di sana dan itu jadi tanggung jawab kita semua untuk menyelesaikannya.
Saya memanggil para pemangku kekuasaan, bos-bos besar, dan semua pemimpin. Bantu pemuda yang telah dipermalukan ini untuk hanya sekadar menjadi bagian dari masyarakat. Perekonomian semestinya melayani manusia buykan sebaliknya. Melakukan kebaikan adalah hal yang indah. Para penguasa, apa Anda memiliki anak-anak? Apa Anda mencintai mereka? Apa yang akan Anda tinggalkan untuk mereka? Uang? Mengapa bukannya sebuah dunia yang lebih adil? Itu akan membuat anak-anak Anda lebih bangga kepadamu.
Kita tak bisa membangun kebahagiaan di atas penderitaan orang lain. Ini tak ada di Kristen, Yahudi atau Muslim. Ini sesuatu yang egois dan seperti membenturkan masyarakat dan bumi kita ke dinding. Apa yang kita mulai lakukan hari ini untuk menghormati mereka yang tewas.
Terorisme tak akan pernah menang.
Dan engkau saudaraku, kalian juga memiliki tugas untuk dilakukan. Bagaimana kalian mengubah kehidupan masyarakat yang selama ini ditawarkan pada kalian? Dengan bekerja, belajar, pilih pena dibandingkan Kalashnikov (senjata). Itulah hal baik mengenai demokrasi, ia menawarkan Anda alat untuk membela diri. Tentukan nasibmu sendiri, raih kekuatn. Kalian bisa membeli KAlashnikov (AK-47) dengan 250 euro, tapi tak lebih dari tiga euro untuk membeli pena, dan respon yang Anda dapat akan seribu kali lebih berdampak. Raih kekuasaan dan ikuti aturan hukum.
Raih kekuatan secara demokrasi, dibantu semua saudaramu. Terorisme tak akan pernah menang. Sejarah yang akan membuktikannya. Gambaran indah para martir akan berjalan di kedua arah. Saat ini ada seribu Cabus dan Wolinskis (mengacu pada para penembak di Charlie Hebdo) yang baru saja lahir.
Raih kekuatan dan jangan biarkan orang lain mengontrol kalian. Ketahuilah kedua saudaramu yang berdarah hari ini bukanlah saudaramu dan kita semua tahu itu.
Mereka hanya dua orang yang memiliki cara berpikir yang lemah dan dikucilkan masyarakat dan kemudian disalahgunakan oleh pengkhotbah yang menjual keabadian. Pengkhotbah radikal yang bermain dan melakukan bisnis dengan memainan penderitaanmu bukanlah sesuatu yang baik. Mereka memanfaatkan agamamu untuk keuntungan mereka. Itulah bisnis mereka, perusahaan kecil mereka. Besok saudaraku, kita akan menjadi lebih kuat, lebih terhubung, lebih dekat. Saya berjanji pada kalian. Tapi hari ini, saudaraku, saya menangis bersamamu.


Dunia Kecam Majalah Charlie Hebdo

Dunia mengecam majalah satir Charlie Hebdo yang kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad Saw pada edisi Rabu (14/1) lalu. Kecaman itu diungkapkan para pemimpin dunia hingga aksi demonstrasi di berbagai negara.
Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad Saw yang membawa tulisan “Je suis Charlie “ (Saya Charlie) dengan mimik sedih dan menangis. Edisi tersebut terbit setelah serangan terhadap kantor majalah itu yang menewaskan 12 orang. Penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw itu dianggap sebagai penghinaan terhadap umat Islam di seluruh dunia. Paus Fransiskus pun mengecam majalah Charlie Hebdo.
Menurut pemimpin umat Katolik di seluruh dunia itu, setiap agama memiliki kehormatannya. Agama harus dihormati agar para penganutnya tidak merasa dihina. “Jika seorang teman baik (Doktor Gasparri yang bertugas mengatur perjalanan Paus) berbicara buruk tentang ibu saya, dia akan mendapatkan pukulan. Itu hal normal. Anda tidak boleh memprovokasi. Anda tidak boleh menghina kepercayaan orang lain. Anda tidak bisa mengolok-olok,” kata Paus berusia 78 tahun itu tegas.
Paus yang berhaluan progresif itu mengaku membela kebebasan berpendapat, namun juga menyatakan kebebasan ada batasnya. “Kebebasan berpendapat merupakan hak dan kewajiban yang harus disampaikan tanpa menyinggung,” katanya sebelum berkunjung ke Manila, Filipina, Kamis (15/1). Sementara itu, di Kota Karachi, Pakistan, 200 demonstran kemarin bentrok dengan polisi di luar konsulat Prancis.
Mereka menentang penerbitan majalah Charlie Hebdo. Unjuk rasa dilakukan satu hari setelah Perdana Menteri Nawaz Sharif memimpin parlemen untuk mengecam kartun yang dipandang warga Islam sebagai suatu penghinaan. “Seluruh muslim seharusnya mengutuk kartun yang perlu dihujat,” kata Menteri Urusan Agama Pakistan Sardar Yousaf, dikutip NBC.
Aksi demonstrasi serupa juga digelar anggota Ikhwanul Muslimin di Amman, Yordania selepas salat Jumat. Mereka mengecam serangan tiga hari di Paris yang menewaskan total 17 orang. “Kita mengecam serangan terhadap Nabi Muhammad Saw,” kata juru bicara Ikhawanul Muslimin Yordania, Murad Adaileh. Di Kuwait, puluhan warga berunjuk rasa di luar Gedung Kedutaan Besar Prancis. Mereka membawa spanduk yang berisi kecaman terhadap Charlie Hebdo.  Tidak ada kekerasan dalam demonstrasi yang berlangsung damai itu.
Di Kairo, Al-Azhar, lembaga keagamaan ternama di Mesir, mengungkapkan kekecewaannya dengan penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw. “Kartun merupakan tantangan terang-terangan bagi perasaan warga muslim yang bersimpati kepada majalah itu,” kata Abbas Shumann, deputi imam besar Al-Azhar. Dia menyarankan umat Islam agar menunjukkan toleransi.
“Kemarahan tak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah ketegangan,” ucapnya. 
Pemerintah Iran juga resmi mengecam penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw sebagai tindakan provokatif. Kartun yang diterbitkan Charlie Hebdo itu menghina umat Islam dan Nabi Muhammad Saw. “Karikatur Nabi itu memprovokasi sentimen muslim di seluruh dunia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham.
Bukan hanya di luar Prancis, organisasi muslim di Prancis juga mengecam majalah Charlie Hebdo. Mereka menganggap kartun Nabi Saw  itu sebagai bentuk diskriminasi terhadap muslim. “Semua organisasi muslim di Prancis menyerukan komunitas muslim untuk tetap tenang dan menghindari reaksi yang emosional,” tutur Dalil Boubaker, ulama ternama di Paris.
Kecaman terhadap Charlie Hebdo juga dating  dari mantan pendirinya, Henri Roussel. Dia menyatakan editor majalah itu, Stephane Charbonnier, merupakan salah satu orang yang layak disalahkan. Charbonnier terlalu memaksakan staf redaksi lain untuk membuat lelucon tentang Islam dan itu menyebabkan kematian anggota lainnya. Charbonnier juga termasuk korban tewas dalam serangan mematikan.
Sementara itu, mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY) juga mengecam penerbitan kartun Nabi Muhammad Saw oleh majalah Charlie Hebdo . SBY menyebut itu sebagai kebebasan yang kebablasan. “Membuat gambar Nabi Muhammad, apalagi karikatur, bagi umat Islam sangat ditabukan. Ini juga berlaku bagi umat Islam sendiri,” tulis SBY melalui akun Twitter-nya @SBYudhoyono.
“Membuat karikatur Nabi Muhammad bukan hanya membikin marah kaum yang ekstrem dan radikal, melainkan juga umat Islam secara keseluruhan,” ungkap SBY. SBY menyarankan agar kelak semua orang bisa saling memahami dan menghormati pandangan masing-masing yang berbeda. SBY mengungkapkan, pemimpin Islam bertanggung jawab mencegah kekerasan oleh muslim.
Apalagi pembunuhan meski dilakukan terhadap oknum yang dianggap menghina Islam. Majalah Charlie Hebdo bukan hanya membuat satir Nabi Muhammad Saw, melainkan Paus Fransiskus hingga Kanselir Jerman Angela Merkel juga merupakan figur yang disindir dalam edisi Rabu (14/1) lalu. Charlie Hebdo laku terjual hingga 700.000 kopi dalam satu jam pertama di Paris. Lebih dari 3,5 juta kopi majalah itu terjual.


Muslim Canada bertambah pesat, imam besar justru khawatir

Imam besar masjid Ottawa, Kanada, Samy Metwally mengaku khawatir jumlah warga muslim di negaranya mengalami peningkatan drastis. Menurutnya, sejak insiden penembakan di depan gedung parlemen Kanada pada Oktober tahun lalu, sudah ada 20-an pemuda menyatakan masuk Islam. "Ini angka terbesar sejak kejadian itu dan ini aneh sekali," ujar Metwally, dilansir dari Al-Arabiya. Salah satu yang membuatnya khawatir adalah setelah mengucapkan syahdat, mereka justru enggan kembali ke masjid. Padahal pihaknya sudah berusaha mengontak mereka kembali namun tidak ada respon. "Mereka tak pernah kembali lagi. Ini perhatian yang besar bagi kami," kata Metwally. Sementara itu, juru bicara lembaga muslim nasional Kanada Amira Elghawaby menjelaskan, komunitas Islam harus merumuskan cara agar para mualaf tidak menyerah di tengah jalan dalam mengenal dan mempelajari Islam lebih lanjut.

PBNU : Tidak Pernah Belajar, Redaksi Charlie Hebdo Bodoh

REDAKSI Charlie Hebdo dinilai tidak cerdas alias bodoh karena tidak belajar dari kejadian penyerangan terhadap kantor redaksinya dengan kembali menerbitkan edisi terbaru dengan sampul bergambar kartun yang disebut sebagai Nabi Muhammad.
"Barat harus belajar menghargai pemikiran Timur bahwa kebebasan harus disertai tanggung jawab dan empati terhadap apa yang diyakini orang lain," ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendi Yusuf kepada media di Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Menurutnya, penyerangan yang dilakukan terhadap kantor redaksi majalah Satire dari Perancis itu memang tidak bisa dibenarkan. Namu, kampanye "Je Suis Charlie" yang berarti "Aku adalah Charlie" juga tidak bisa sepenuhnya diterima, apalagi sebagai konsep kebebasan berekspresi.
Seharusnya, tegas Slamet, Barat tidak boleh memberi ruang untuk melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap apa yang dianggap suci oleh miliaran orang di dunia.
"Segala bentuk penghinaan terhadap agama apa pun, baik Yahudi, Kristiani dan orang-orang suci dari masing-masing agama seperti Yesus dan Muhammad sama sekali tidak bisa dibenarkan. Apalagi bagi agama Islam yang sama sekali melarang visualisasi Nabi Muhammad," cetusnya.
You have read this article Agama with the title . You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2015/01/charlie-hebdo-dalam-kilasan-berita.html. Thanks!
Sunday, 18 January 2015

BBM Turun Pemerintah Lepas Subsidi: Post Hegemoni XLIV



Senin pagi – usai mengisi motor dengan premium harga baru Rp 6700 seliter – Johnson dan Daitya datang ke Pesantren Sufi untuk memberitahu teman-teman santri tentang harga baru premium. Namun baru masuk halaman, mereka sudah melihat Mbah Kasyful Mahjub Sufi Jadzab menangis tersedu-sedu di teras mushola. Sufi tua dan Sufi Sudrun terlihat duduk di samping Sufi Jadzab sambil membaca al-Qur’an ukuran pak bungkus rokok.
    Usai salam, Johnson duduk di depan Sufi Jadzab sambil bertanya,”Ada apa mbah, pagi-pagi sudah nangis?”
    Sufi Jadzab tidak menjawab. Sebaliknya tangisnya makin keras. Sejurus setelah itu, Sufi Jadzab mengaku telah menyaksikan tontonan sandiwara yang tidak lucu tetapi mampu membuat orang-orang bodoh ketawa meski skenario cerita itu membawa kesengsaraan orang banyak. “Sudah tidak lucu, malah menyengsarakan orang banyak,” kata Sufi Jadzab mengusap airmata.
    “Sampeyan nonton sandiwara apa mbah? Di televisi tah?” tukas Johnson dengan nada Tanya.
    “Ya di TV,  barusan.”

    “Lha mana ada acara sandiwara di TV pagi hari?” sergah Johnson heran.
    “Tadi itu sudah diputar lakon sandiwara dalam berita pagi berjudul ‘harga BBM turun’ yang mengulang pengumuman tadi malam,” kata Sufi Jadzab mengusap airmata di pipinya.
    “Itu berita mbah, bukan sandiwara,” sahut Johnson makin heran.
    Sufi Jadzab tidak menjawab, sebaliknya menangis makin keras sambil menggumam bahwa apa yang dilihatnya dalam berita pagi itu adalah sebuah tontonan sandiwara.
    Sufi tua berhenti membaca al-Qur’an. Setelah itu, dengan suara tinggi ia berkata,”Mbah Kasyful memandang berita pengumuman ‘harga BBM turun’ itu sebagai sandiwara. Tentu, asumsi dasar yang digunakan Mbah Kasyful untuk memandang berita itu berbeda dengan orang lain.”
    “Mmm, apa menurut pandangan Mbah Kasyful kebijakan menurunkan harga BBM itu sejatinya sebuah sandiwara, begitukah pakde?” tanya Johnson.          
             “Tentu saja,” sahut Sufi tua menjelaskan,”Mbah Kasyful menangis karena menganggap orang-orang sebangsanya  telah keblinger cara berpikirnya. Dia menangis karena saudara-saudara sebangsanya telah kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dalam memandang semua hal, termasuk memandang masalah pemaknaan Negara dan bangsa,” kata Sufi tua mengusap air mata di pipi Sufi Jadzab.


Korporasi versus Individu dalam pesaingan global
 “Maaf pakde,” sahut Daitya menukas,”Apakah kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM itu merupakan sandiwara? Bukankah sekarang ini wong cilik bisa gumuyu membeli bensin dengan harga murah? Di mana letak sandiwaranya?”
    “Orang-orang yang berpikir temporal seperti kalian, akan gembira dan bersukacita menerima kebijakan harga BBM turun dua kali dalam sebulan dengan alasan harga minyak turun. Padahal, di balik kebijakan menurunkan harga BBM itu terdapat masalah esensial yang jauh lebih mendasar dalam kaitan dengan peran dan fungsi Negara bagi warganegara,” kata Sufi tua menjelaskan.
    “Peran dan fungsi Negara?” sergah Daitya heran,”Apa maksudnya pakde?”
    “Ya di balik kebijakan penurunan harga BBM yang disesuaikan dengan harga minyak dunia, sejatinya tersembunyi sebuah kebijakan yang lebih mendasar, yaitu pemerintah melepas kewajiban untuk mensubsidi warganegara di bidang minyak. Seperti konsep liberalisme yang digagas John Stuart Mill, fungsi Negara hanya sebagai ‘penjaga malam’ bagi persaingan ekonomi yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Bahkan dalam konsep Neolibs yang digagas George Soros dalam skenario global yang disebut Open Society, masyarakat yang terbuka yang tidak ditandai etnisitas, bahasa, budaya, agama, dan territorial Negara tidak perlu lagi Negara berpihak dengan memberi subsidi. Silahkan masyarakat bersaing secara terbuka tanpa perlu Negara ikut campur membantunya,” kata Sufi tua menjelaskan.
    “Bukankah dalam konsep masyarakat global memang seperti itu?” sahut Johnson meminta penegasan,”Bukankah masyarakat harus mampu bersaing secara terbuka tanpa perlu keikut-campuran Negara?”
    “Aku setuju kalau konsep itu diterapkan secara konsekuen, jujur, adil, obyektif, dan konsisten,” kata Sufi tua dengan suara ditekan tinggi,”Maksudnya, kalau Negara tidak lagi mensubsidi warganegara dalam semua aspek, maka keharusan fundamental yang menetapkan kewajiban warganegara untuk membayar pajak dihapuskan. Jelasnya, pajak harus dihapus. Dirjen pajak ditiadakan. Semua hal yang berkaitan dengan retribusi, jasa, aneka macam pungutan oleh Negara harus ditiadakan. “
    “Kenapa sampeyan bisa berpikiran begitu ekstrim pakde?” tanya Johnson penasaran.
    “Bodoh kalian!” tukas Sufi tua keras,”Pikiran ini justru didasari oleh pandangan, gagasan, ide, konsep, wawasan, nilai-nilai, dan falsafah Negara sebagaimana pikiran para Founding Fathers. Apa kalian tidak faham bahwa kewajiban utama bagi Negara adalah melindungi, memberikan rasa aman, mengayomi, mencerdaskan, memberi keadilan, dan memberikan kemakmuran bagi warganegara. Atas kewajiban utamanya itu, Negara memperoleh hak untuk memungut pajak dari warganegara di mana dana dari pajak itu digunakan untuk membiayai aparat Negara. Di Negara mana pun, aparatur Negara diupah dari hasil pajak yang dibayar oleh warganegara. Nah kalau sekarang ini ada Negara perlahan-lahan ingin melepas tanggung-jawab dan kewajiban melindungi warganegara, terutama melindungi warganegara dari usaha perdagangan global yang eksploitatif yang dikendalikan oleh raksasa-raksasa kapitalis, perlu kita pertanyakan kembali apa sejatinya yang dikerjakan oleh aparatur Negara dengan melepas warganegara untuk hidup mengikuti aturan pasar global tanpa perlindungan Negara? Apakah pekerjaan utama aparatur Negara hanya duduk-duduk, main game, makan siang bersama, BBS (Bobok-bobok siang) di hotel short time, menjarah kekayaan Negara, menjadi calo bagi proyek-proyek Negara, jual dan beli jabatan, dan aneka pekerjaan yang bertujuan memperkaya diri sendiri?”
    “Bukankah selama ini pekerjaan mereka memang seperti itu? Bukankah kebijakan mereka selama ini juga seperti itu?” kata Johnson dengan nada tanya.

    “Karena itulah Mbah Kasyful menangis,” kata Sufi tua menekuk wajah,”Sebab dia melihat, hamper semua orang menganggap Negara yang dibangun para Founding Fathers ini tidak lebih dari perusahaan yang menjadi bagian pasar dunia. Semua aparat Negara selalu berpikir soal untung.. untung.. untung bagi Negara sehingga tidak ada beda perusahaan milik Negara dengan perusahaan milik swasta. Semua badan usaha milik Negara menganut kebijakan seperti usaha swasta sehingga terjadi persaingan tariff dalam segala aspek, baik perdagangan, jasa, transportasi, komunikasi, produksi, moneter, dan lainnya. Bahkan untuk membayar tagihan listrik, telepon, air minum warganegara selaku pelanggan dipungut biaya administrasi Rp 2500 seolah-olah BUMN tidak menganggarkan gaji bagi pegawainya.”
    “Wah iya juga pakde,” sahut Johnson garuk-garuk kepala,”Kalau Negara sudah tidak lagi mensubsidi warganegara, Negara juga tidak lagi mengurusi kesehatan dan kesejahteraan warganegara, Negara juga tidak melindungi warganegara yang bekerja di luar negeri, Negara menganggap warganegara tidak lebih sebagai nasabah, pelanggan, konsumen yang dibebani pajak, untuk apa sejatinya warganegara membayar pajak? Memangnya apa peran dan fungsi Negara ini dibentuk?”
    “Yang pasti, sebagian besar aparatur Negara menganggap institusi Negara tidak lebih dari perusahaan raksasa tidak bertuan yang berwenang memungut pajak untuk membiayai aparatur yang menjalankan mekanisme pemerintahan Negara. Negara seolah berdiri sendiri sebagai menara gading yang tidak memiliki peran dan fungsi melindungi, mengayomi, memberi keamanan, memberi keadilan, membawa kemakmuran bagi warganegara. Negara seolah telah menjadi lembaga sosial yang menampung orang-orang lulusan sekolah yang sejatinya calon pengangguran jika tidak ditampung dan diberi prioritas dan fasilitas oleh Negara,” kata Sufi tua menjelaskan.
    “Kalau kebijakan di balik  turunnya harga BBM ini sejatinya merupakan kebijakan esensial Negara untuk melepas kewajiban mensubsidi warganegara, bukankah masyarakat malah untung karena harga BBM ikut harga minyak dunia, di samping warganegara tidak lagi membebani Negara dengan subsidi-subsidi?” kata Johnson menyimpulkan.
    “Semprul kalian!” sahut Sufi Sudrun  tiba-tiba menyela,”Harga minyak dunia itu berfluktuasi. Kalau lagi turun, harga seliter premium bisa Rp 4000 – 3500. Tapi kalau harga lagi melonjak tinggi seliter premium bisa mencapai harga Rp 19.000 – Rp 24.000. Jadi tunggu saja, kapan saat tepat harga minyak dunia meroket ke angkasa tak terjangkau wong cilik. Itulah saat, rakyat Negara ini meratap dengan meteskan airmata darah. Sedang Negara beserta aparaturnya hanya berkomentar”Siape lu? Emang gue pikirin nasib lu” sambil ketawa-ketiwi cengigisan.”
    “Jadi turunnya harga BBM ini untuk menimbulkan kesan bahwa yang paling baik adalah mengikuti harga pasar dunia dan tidak perlu minta subsidi Negara, begitukah paklik?” Tanya Johnson.
    “Itulah yang membuat Mbah Kasyful menangis,” kata Sufi Sudrun menyergah,”yaitu orang-orang cenderung berpikir formal secara temporal tanpa memikirkan esensi.”
    “Waduh, jangka panjang dari kebijakan BBM turun harga ini payah juga akhirnya,” sahut Daitya menarik nafas berat berulang-ulang dengan dada terasa kosong.
   
Posted by Agus Sunyoto  



You have read this article Sejarah with the title . You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2015/01/bbm-turun-pemerintah-lepas-subsidi-post.html. Thanks!
Saturday, 17 January 2015

Charles de Montesquieu, Karyanya

Oleh: Isma Farikha Latifatun Nuzulia
Karya-Karya Montesquieu
Lettres Persanes

Pertama kali dipublikasika pada tahun 1721 ketika Montesquieu berusia tiga puluh dua tahun. Buku ini bercerita tentang tiga orang Persia yang bernama Usbek, Rica dan Rhedi; yang mengembara ke Eropa untuk mempelajari gaya hidup dan adat istiadat di Eropa. Pada suatu waktu, Rhedi berhenti di Venice, sedangkan Usbek dan Rica melanjutkan perjalanan ke Paris. Segera setelah keberangkatan mereka, mulailah terjadi dengan cepat surat menyurat antara pengunjung dari Persia ini dengan istri-istri, para pembantu dan teman-teman mereka di Persia, begitu juga surat menyurat antar pengunjung dari Persia ini sendiri.
Buku ini berisi surat-surat tersebut, tepatnya berjumlah 161 surat dan tidak terdapat uraian cerita diantara surat yang satu dan yang lain. Masing-masing surat lebih mirip dengan sebuah karangan singkat yang menggambarkan beberapa subjek seperti dasar pemerintahan, tradisi religius, gaya hidup dari suatu masyarakat; bahkan ada beberapa surat yang datang dari sanak saudara, istri-istri, dan para pembantu tentang berbagai peristiwa yang terjadi di Persia.


Melalui surat-surat ini, Montesquieu dapat dengan bebas menyindir dan mencemooh dengan tajam Raja dan Gereja dengan berpura-pura seolah-olah pengunjung dari Persia itu yang menulis dan berpendapat demikian. Seperti ketika Usbek berbicara dalam suratnya bahwa ada seorang tukang sulap yang bahkan lebih hebat dari Raja Perancis dengan berkata, “This Magician is called the Pope” dan diteruskan dengan cemoohan lainnya untuk Paus. Pernyataan ini menyebabkan timbulnya kontroversi ketika Montesquieu dicela sebagai seorang “Unbeliever”.
Alur dari sebagian cerita dalam buku ini juga cukup menarik. Ketika Usbek dan Rica menikmati masa pencerahan di Perancis selama tujuh tahun, istri-istri Usbek,selir-selir dan para budaknya semakin merasa resah. Yang terjadi kemudian adalah para istri dan selirnya berselingkuh dengan para budak laki-laki. Dan ketika Usbek mendengar kabar tentang ini dari pembantu kepercayaannya, para wanita dan budak telah menikmati “kebebasan” yang tidak ingin mereka lepas meski melalui kekerasan. Penggalan kisah ini mengusung wacana tentang kebebasan individu dan bagaimana seseorang seharusnya bereaksi menghadapi situasi semacam itu.

Les Considerations sur les causes de la Grandeur et de la decadence des Romains

Karya ini diterbitkan pertama kali tahun 1734 di Amsterdam – sebagaimana karya sebelumnya – dengan tanpa nama, yang kemudian direvisi pada edisi 1748. Karya ini merupakan salah satu karya-karya pertama dari semua usaha untuk memahami setiap jengkal sejarah Romawi.
Sebagian besar karya ini menggunakan kerangka historis, dimulai dengan asal mula Romawi dan diakhiri dengan keruntuhannya. Keterangan yang terdapat pada ju-dulnya mengindikasikan bahwa Montesquieu kurang tertarik untuk memaparkan seja-rah umum Romawi, atau bahkan juga sejarah kejayaan dan keruntuhannya, tetapi le-bih difokuskan pada penjelasan tentang sebab-sebab dari kejayaan dan keruntuhan itu.
Kekuatan Romawi awal mulanya menampakkan diri di bawah kekuasaan Raja-Raja pertama dan mencapai puncaknya dalam bentuk Republik di bawah Pompey (sekitar 65 SM), yang “…completed the splendid work of Rome`s greatness.” Namun ketika korupsi menggerogoti Romawi dari dalam, sistem republik tidak dapat dipertahankan lebih lama dan diganti dengan kerajaan yang memakai kebiasaan dan lembaga-lembaga warisan dari Republik. Karena satu dan lain hal, kerajaan mengalami keruntuhannya di akhir abad ke-4 Masehi.
Kejayaan Romawi mengandung beberapa sebab diantaranya: kebajikan masyarakatnya, sistem konsul, kebijakan senat, kekuasaan rakyat yang terbatas, konsentrasi perang, kemenangan-kemenangan, pembagian harta rampasan, pembagian tanah yang merata, censorship (pemeriksaan), pembagian kekuasaan politik, dan dukungan senat terhadap militer dan terhadap politik luar negeri.
Sedangkan kemunduran Romawi antara lain disebabkan oleh merosotnya kerjasama antara rakyat dan militer, kesenjangan ekonomi dan kekuasaan, hilangnya identitas kewarganegaraan rakyat Romawi, yang kesemuanya membuat Republik ti-dak mungkin dapat dipertahankan. Montesquieu juga mencurahkan perhatiannya pada perkembangan paham atheisme, materialisme, dan hedonisme yang menyebabkan hancurnya moral, agama, patriotisme dan kebajikan masyarakat Romawi.

L`Esprit des Lois/ The Spirit of Laws

Karya terbesar Montesquieu yang terdiri dari tiga puluh satu buku ini diterbitkan pertama kali di Geneva pada tahun 1748. Buku ini menjadi salah satu tonggak terpenting dalam karya Montesquieu dan merupakan puncak dari prestasi gemilang keilmuan Montesquieu. Tetapi apa yang di khawatirkan oleh Montesquieu, bahwa karyanya akan diterima dengan sikap salah paham dan iri hati ternyata terbukti. Baik kaum Jansenis maupun kaum Jesuit menolak dengan keras apa yang mereka pandang sebagai sikap yang lunak dan penerimaan Montesquieu terhadap bunuh diri, riba, perceraian, poligami dan perbudakan dan mereka juga menolak dan mengecam pernyataan Montesquieu bahwa tidak ada moralitas dalam monarkhi seperti Prancis karena ia menjadikan kehormatan (bukan kebajikan) sebagai prinsip pemerintahan monarkhi. Apalagi Montesquieu telah berani menyebut Bayle sebagai orang besar, dan lebih parah lagi, ia menyebut Plato (seorang pagan) sebagai sumber terpenting dalam urusan Agama.
Dalam kata pengantar dan buku pertama, setidaknya Montesquieu memiliki dua sasaran: untuk memahami perbedaan hukum manusia dan hukum dalam kehidupan secara umum, dan memberi sumbangsih dasar bagi terbentuknya pemerintahan yang bijaksana di setiap tempat. Prakata dalam karya The Spirit of Laws menunjukkan semangat utilitarian:”Bukan masalah penting bagi saya bila pikiran orang-orang tercerahkan. Prasangka para pejabat munculnya dari prasangka bangsa. Juga bukan hanya orang banyak yang membutuhkan pencerahan, bila saya berhasil mempengaruhi pihak yang berwenang untuk menambah pengetahuan mengenai apa yang seharusnya mereka kuasai, saya pasti merasa sebagai mahluk yang paling bahagia”. Dari situ jelas bahwa Montesquieu bukan hanya didorong oleh minat praktisnya sebagai seorang anggota Parlemen, namun juga didorong oleh tanggungjawab ilmiahnya atau dengan kata lain, didorong juga oleh minat keilmuan murni.
Kemudian ia beralih pada pengujian struktur politik sebagai penghambat konflik sosial. Menurutnya, setiap pemerintahan memiliki hakikat dan prinsip yang padanya hukum haru dihubungkan. Dan jenis-jenis pemerintahan ia kelompokkan pada tiga golongan besar diantaranya Republik (baik Demokrasi maupun Aristokrasi), Monarki dan Despotisme. Persoalan-persoalan di dalam dan luar pemerintahan-pemerintahan tersebut merupakan subjek masalah yang dipaparkan Montesquieu dalam buku kedua sampai dengan buku ke sepuluh. Pada buku kesebelas sampai tiga belas, Montesquieu menganalisis bentuk pemerintahan dengan kebebasan sebagai prinsipnya. Ia menampilkan Inggris sebagai contoh pemerintahan yang objek langsung dari hukum-hukumnya adalah kebebasan dalam arti hak untuk melakukan sesuatu yang diizinkan hukum. Di bagian ini juga Montesquieu membahas tentang pemisahan kekuasaan yang terdiri dari legislatif, eksekutif dan yudikatif yang jika disatukan pada orang atau lembaga yang sama maka kekuasaan akan sangat terkonsentrasi dan akan timbul kesewenang-wenangan.
Buku keempat belas sampai delapan belas memaparkan tentang efek keadaan iklim terhadap bentuk-bentuk perbudakan, dan hubungan antara keadaan tanah dan masyarakat primitif. Buku kesembilan belas menjelaskan hubungan antara hukum dengan prinsip-prinsip moral dan adat suatu bangsa. Buku kedua puluh sampai dua puluh dua menjelaskan hubungan hukum dengan perdagangan. Buku kedua puluh tiga membahas hubungan hukum dengan jumlah penduduk. Buku kedua puluh empat dan dua puluh lima berbicara tentang hubungan hukum dengan agama, dan pada buku kedua puluh enam berisi penyelesaian konflik yang mungkin timbul antar hukum agama (law of religion), hukum kodrat (law of nature), hukum sipil (civil law), hukum politik (political law) dan hukum bangsa-bangsa (law of nations). Pada bagian terakhir, buku kedua puluh tujuh sampai tiga puluh satu, Montesquieu membahas hukum Romawi, Perancis dan Feodal sebagai suplemen tambahan.
Dalam karya ini, Montesquieu memandang hukum sebagai hal yang paling sentral dan paling menentukan tingkah laku manusia. Menurutnya, gagasan tentang sistem hukum merupakan hasil dari kompleksitas berbagai faktor empiris dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada dua faktor penyebab utama yang membentuk General Spirit (watak umum masyarakat) yang sangat menentukan struktur sosial politik masyarakat, yaitu faktor fisik dan faktor moral. Faktor fisik yang utama adalah iklim, keadaan geografis, dan kepadatan penduduk yang menghasilkan akibat-akibat fisiologi dan mental tertentu. Sedangkan faktor moral antara lain berupa agama, kebiasaan, ekonomi, perdagangan, cara berpikir dan suasana yang tercipta di peradilan negara.
Dan setelah hampir tiga ratus tahun, karya ini masih tetap menjadi salah satu referensi pokok bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia politik dan pemerintahan. Karya ini mengajarkan landasa-landasan mengenai penerapan biaya perkara yang dapat dijumpai dalam Livre XXVIII: De l’origine et des révolutions des lois civiles chez les Français (Asas-usul perubahan hukum kemasyarakatan Perancis), Chapitre XXXV: Des dépens (Biaya Perkara):
Anciennement en France, il n’y avait point de condamnation de dépens en cour laie. La partie qui succombait était assez punie par des condamnations d’amende envers le seigneur et ses pairs. La manière de procéder par le combat judiciaire faisait que, dans les crimes, la partie qui succombait, et qui perdait la vie et les biens, était punie autant qu’elle pouvait l’être; et, dans les autres cas du combat judiciaire, il y avait des amendes quelquefois fixes, quelquefois dépendantes de la volonté du seigneur, qui faisaient assez craindre les événements des procès. Il en était de même dans les affaires qui ne se décidaient que par le combat. Comme c’était le seigneur qui avait les profits principaux, c’était lui aussi qui faisait les principales dépenses, soit pour assembler ses pairs, soit pour les mettre en état de procéder au jugement. D’ailleurs, les affaires finissant sur le lieu même, et toujours presque sur-le-champ, et sans ce nombre infini d’écritures qu’on vit depuis, il n’était pas nécessaire de donner des dépens aux parties.
C’est l’usage des appels qui doit naturellement introduire celui de donner des dépens. Aussi Desfontaines dit-il que, lorsqu’on appelait par loi écrite, c’est-à-dire quand on suivait les nouvelles lois de saint Louis, on donnait des dépens; mais que, dans l’usage ordinaire, qui ne permettait point d’appeler sans fausser, il n’y en avait point; on n’obtenait qu’une amende, et la possession d’an et jour de la chose contestée, si l’affaire était renvoyée au seigneur.

Mais, lorsque de nouvelles facilités d’appeler augmentèrent le nombre des appels  ; que, par le fréquent usage de ces appels d’un tribunal à un autre, les parties furent sans cesse transportées hors du lieu de leur séjour; quand l’art nouveau de la procédure multiplia et éternisa les procès; lorsque la science d’éluder les demandes les plus justes se fut raffinée; quand un plaideur sut fuir, uniquement pour se faire suivre; lorsque la demande fut ruineuse, et la défense tranquille; que les raisons se perdirent dans des volumes de paroles et d’écrits; que tout fut plein de suppôts de justice qui ne devaient point rendre la justice; que la mauvaise foi trouva des conseils, là où elle ne trouva pas des appuis; il fallut bien arrêter les plaideurs par la crainte des dépens. Ils durent les payer pour la décision, et pour les moyens qu’ils avaient employés pour l’éluder. Charles le Bel fit là-dessus une ordonnance générale.
Terjemah dalam bahasa Indonesia :
Di masa lalu di Perancis, tidak ada alasan menjatuhkan hukuman mengenai biaya perkara pengadilan. Pihak yang kalah harus dihukum dengan hukuman denda kepada pangeran dan majelisnya. Dari tata cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan setelah masa itu di mana pihak yang kalah dihukum dan dikurangi hak hidup dan kekayaannya, harus dihukum sebanyak mungkin yang ia dapat tanggung: dan dalam hal-hal lain berkenaan dengan penyelesaian sengketa di pengadilan, ada denda-denda yang kadang-kadang bernilai tetap, dan kadang-kadang tergantung dari kebijaksanaan sang pangeran, yang cukup membuat orang takut akan akibat dari diajukannya gugatan. Hal itu dapat dikatakan sebagai hal-hal yang tidak diputuskan oleh pengadilan. Karena sang pangeran mendapatkan pemasukan terbesar, maka ia juga harus membuat pengeluaran terbesar, apakah dengan cara mengumpulkan majelisnya, atau untuk memungkinkan mereka mengambil putusan. Selain daripada itu, karena sengketa-sengketa pada umumnya ditentukan di tenpat yang sama, dan hampir selalu pada waktu yang sama, dan tanpa pemikiran-pemikiran akademis yang mengikuti sesudahnya, maka tidak ada pentingnya membebankan biaya perkara kepada para pihak.
Kelaziman upaya hukum banding (dan kasasi) secara alamiah mengintrodusir dibebankannya biaya perkara. Oleh karenanya Desfontaines juga mengatakan bahwa “ketika mereka mengajukan upaya hukum menurut hukum tertulis, yaitu, ketika mereka mengikuti hukum baru dari Santo Louis, mereka harus membayar biaya perkara; akan tetapi hal tersebut dalam praktek pada umumnya, yang tidak memperbolehkan mereka mengajukan upaya hukum banding (dan kasasi) tanpa memalsukan putusan, tidak ada biaya perkara yang dibebankan. Mereka hanya dihukum, dan memiliki hak selama satu tahun dan satu hari atas hal yang diperlawankan, jika alasannya disampaikan kepada pangeran.
Akan tetapi, ketika jumlah upaya hukum banding (dan kasai) meningkat dengan adanya fasilitas baru untuk mengajukan upaya hukum banding (dan kasasi) tersebut; ketika dengan seringnya menggunakan upaya hukum banding (dan kasasi) dari satu pengadilan ke pengadilan lain (yang lebih tinggi), para pihak kemudian secara terus menerus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dari tempat kediamannya; ketika metode tata cara persidangan yang baru mulai berlipat ganda dan memperlama jalannya persidangan; ketika seni menginterpretasikan tuntutan-tuntutan yang paling adil mulai disempurnakan; ketika para pihak yang bersengketa mulai belajar dan mengerti cara menangkis atau melawan untuk diikuti pihak lawannya; ketika gugatan-gugatan mudah hancur sedangkan pembelaan diri menjadi begitu mudahnya; ketika argumen-argumen hilang secara keseluruhan kata dan tulisannya; ketika kerajaan mulai dipenuhi segala upaya perongrongan wibawa hukum, yang sama sekali tidak dikenal oleh lembaga peradilan; ketika ketidak-jujuran dan tipu muslihat mendapatkan dukungan di tempat yang tepat di mana ia tidak mendapatkan perlindungan; maka sudah sangat perlu untuk membuat pihak-pihak yang berseengketa menjadi takut akan biaya perkara. Mereka wajib membayar biaya untuk putusan pengadilan dan biaya untuk segala sarana yang mereka gunakan untuk mendapatkannya. Charles yang Baik membuat aturan umum mengenai hal tersebut.
Dalam karyanya “De l’Esprit des Lois”, Livre XXIV: Des lois dans le rapport qu’elles ont avec la religion établie dans chaque pays, considérée dans ses pratiques et en elle-même (Hukum dalam hubungan yang dimilikinnya dengan agama yang hidup dalam setiap negara, dipertimbangkan dalam prakteknya dan pada dirinya sendiri), dan Livre XXV: Des lois dans le rapport qu’elles ont avec l’établissement de la religion de chaque pays et sa police extérieure (Hukum dalam hubungan yang dimilikinya dengan pengajaran agama dan kebijakan eksternalnya), Baron de Montesquieu mengungkapkan pendapatnya berdasarkan observasinya saat itu (dengan melihat sendiri fakta yang ada) bahwa agama Katolik Roma dan Katolik Orthodox (Gereja Katolik yang lahir di Kekaisaran Roma Timur (Byzantium) adalah agama negara Eropa dengan sistem Monarki (Perancis, Kekaisaran Roma Suci, Spanyol, Russia), sedangkan dengan melihat Belanda dan hubungan keluarganya dengan kerajaan Inggris dan para bangsawan Jerman, Baron de Montesquieu menganggap bahwa agama Protestan adalah agama yang tepat bagi negara Eropa dengan sistem pemerintahan Republik.
Karya Montesquieu ini memberikan pilihan alternatif politik yang sangat baik dan mudah untuk diterapkan dalam pemerintahan. Ada tiga butir dalam pemikiran Montesquieu tentang (The Spirit of Laws), yaitu :
1).Hukum serta bentuk pemerintahan ditentukan oleh banyaknya orang berkuasa dan prinsip nilai yang digunakan pemerintah dibagi menjadi tiga macam yaitu : (Republik, Monarki, dan Depotis).
2).Kondisi diatas mempengaruhi gagasannya tentang Trias Politica yang memisahkan kekuasaan negara dalam tiga bentuk yaitu : (Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif).
3).Dua faktor utama yang membentuk watak masyarakat, yaitu secara fisik dan mental, faktor fisik adalah iklim dan letak geografis yang mengakibatkan munculnya mental tertentu. Faktor moral juga berpengaruh penting terhadap agama, kebiasaan, ekonomi, dan perdagangan.
 Menurut Montesquieu yang tertulis dalam bukunya yaitu "The Spirit of The Laws", menerangkan bahwa jika kekuasaan legislatif digabung dengan eksekutif, maka hal itu dapat mengancam kebebasan warga negara. Karena, jika kedua kekuasaan itu diserahkan pada satu badan, hal ini berpotensi memunculkan produk legislasi (undang-undang) yang tiranik, dan akan bertambah buruk lagi, jika dijalankan secara tiranik. Disitu warga negara tidak akan mendapatkan kebebasan jika kekuasaan kehakiman tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif, sebab jika kedua kekuasaan itu disatukan, maka kewenangan para hakim tidak hanya terbatas pada mengadili semata, tetapi juga ikut andil dalam membentuk undang-undang. Penggabungan kekuasaan pada satu organ ini dioastikan akan menghadirkan penyelenggaraan negara yang otoriter, sama halnya, jika kekuasaan yudikatif digabungkan dengan eksekutif, maka hal ini akan berpotensi melahirkan penguasa yang tidak kalah despotik.
Timbul berbagai kecaman dan kritikan tajam yang dtujukan kepada pemerintah dan kondisi sosio-kultual masyarakat Prancis yang berkembang waktu itu, tertuang dalam karyanya antara lain:
1.Terhadap kebiasaan kebuadyaan masyarakt Prancis yang hipokrit (munafik), dia menyebutnya sebagai hipocrity cultural
2.Kritik terhadap kesewenang-wewangan Kaisar Louis XIV dan kekuasaan Paus XIV dan kekuasaan Pua (yahng disebut sebagai tukang sulap)
3.Pada kaum intelektual yang cendurung banyak berkhayal (utopis) tanpa berbuat sesuatu
4.Agama cenderung merupakan depostisme dan otoriterisme dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan public, serta mendorong orang berbuat fatalistic. Menurutnya, walaupun agama tidak ada, keadilan tetap harus diagungkan.
5.Yang paling subversive adalah kritikkannya adalah kritik dia akan perkawinan incest dan poligami yang dilakukan oleh orang Islam
6.Tentang bunuh diri indivu dan politik (kasus Roxane dan bangsa Romawi)
7.Model pemerintahan yang paternal seperti Roma pantas dipertahankan karena pemerintah terbaik adalah yang mengikuti kehendak rakyatnya
8.Montesquieu menetapkan dua prinsip penting dalam teori politik. Pertama semua masyarakat bersandar pada solidatitas kepentingan, kedua adanya suatu masyarakat bebbas hanyalah di atas dasar penggabungan keutamaan warga negara, seperti Rebulik masa lampau.
    Menurut Montesquieu, hukum yang sama telah memicu bangkitnya kejayaan tidak dengan sendirinya menjamin berlangsungnya kejayaan politik itu. Artinya, menurut Montesquieu, Hukum haruslah segera mengikuti gerak zaman dan perubahan materiil dan spirituil dari masyarakat yang bersangkutan. Di penghujung tahun 1734, pada usia 45 tahun, setelah karya-karyanya mengungkapkan sebab-sebab kejatuhan Romawi, Montesquieu mencurahkan dirinya menyusun karangan yang nantinya menjadi The Spirit of Laws. Hanya segelintir orang yang menyangkal bahwa karya ini luar biasa. Panjangnya risalah ini, belum lagi kedalaman isinya, menunjukkan suatu upaya luar biasa. Edisi tahun 1757, mencapai lebih dari seribu halaman dan disebabkan oleh pandangan matanya yang mulai kabur, Montesquieu harus mendiktekan sebagian besar karyanya kepada juru tulis. Lima jilid manuskrip The Law, yang kini dimiliki oleh Bibliotheque Nationale, menunjukkan betapa beratnya pekerjaan itu.
Kedua, sejarah kebesaran dan kejatuhan Romawi (Considations on the greatness and decline of the Romans). Buku yang kedua ini adalah sebuah karangan pendek bersifat sementara yang diterbitkan di Belandatahun 1734, juga secara anonym. Namun, akhirnya bisa beradar secara bebasdi Prancis.Walaupun buku ini kurang terkenal, pembahasannya tentang sejarah kekaisaran Romawi merupakan dokumen sejarah paling lengkap tentang masyarakat politik. Studinya tentang masalah ini membawanya pada konsep yang dikembangkan dalam The Spirit of Laws.

Treatis on Duties
Pada tahun 1725 ia menyelesaikan karya pentingnya berjudul Treatis on Duties, yang terilhami oleh karya Cicero dan Pufendorf. Sayangnya karya ini telah hilang, kecuali beberapa potongan yang termuat dalam Pensees dan beberapa bagian yang dimasukkan dalam Buku I, Bab I The Spirit Of Laws. Risalah ini menggunakan pendekatan kemutlakan-kemutlakan hukum alam untuk menyerang penekana Hobbes pada hukum positif buatan manusia sebagai satu-satunya tolok ukur keadilan yang syah. Pada tahun yang sama, ia menyelesaikan suatu karya ringkas, Of Politics, yang mengungkapkan minatnya terhadap peran paham determinisme dalam urusan-urusan manusia. Lebih jauh lagi, dasawarsa tahun 1720-an, juga ditandai dengan selesainya motif-motif apa yang mendorong kegiatan ilmu pengetahuan dan rampungnya suatu risalah mengenai kemakmuran negeri Spanyol yang kemudian dimasukkan dalam Buku XXI The Spirit of Law.

Pengaruh Pemikiran Montesquieu

Pengaruh doktrin Trias Politica begitu dahsyat dalam perubahan iklim konstitusi negara-negara di dunia. Kampanye Trias Politica menimbulkan gejolak revolusi yang memaksa rezim- rezim monarkhi absolut dilucuti hak-hak superioritasnya, seperti yang terjadi di Perancis pada masa revolusi tahun 1789.
Konsep Trias Politica pada perjalanannya banyak diaplikasikan sebagai perangkat penyelenggaraan negara, atau bisa juga dijadikan sebagai parameter atau indikator penilaian terhadap sebuah negara, apakah negara tersebut dapat diklasifikasikan sebagai negara tradisional ataukah negara modern yang menjunjung tinggi falsafah demokratis.
Konsep ini  untuk pertama kalinya dijadikan bahan perumusan negara Amerika Serikat, setelah itu melalui gejolak revolusi terus merayap ke negara-negara Eropa Barat. Kemudian sebagai akibat dari kolonialisme Barat, konsep Trias Politica itu disebarkan luas ke negara-negara di seantero Asia-Afrika.
Di era dewasa ini, hampir dipastikan  semua negara di dunia, tidak ada yang tidak merujuk pada konsep Trias Politica. Walaupun pada pengaplikasian esensinya, tidak menutup kemungkinan didapati praktek pelencengan, maksudnya di dalam rezim tiran sekalipun Trias Politica secara fisik diaplikasikan sebagai kerangka bernegara.
Sangat luar biasa sekali buah pikir Montesquieu ini, dalam kajian ilmiah akademis dapat dipastikan  semua ahli politik dan negara pasti selalu merujuk pada konsep Trias Politica sebagai doktrin pola pembagian kekuasaan yang dinilai sebagai pola sharing power yang  fair  dalam suatu konsep politik negara. Konsep ini seperti tidak terbantahkan lagi dan mungkin sudah menjadi konsep baku dalam urusan pola pembagian kekuasaan, dalam artian tidak membuka kemungkinan kembali untuk munculnya inovasi-inovasi terbaru tentang ide-ide pembagian kekuasaan.                    
Montesquieu dikenal dalam literatur Barat bukan hanya sebagai pemikir dan filosof politik saja, melainkan ia dikategorikan sebagai sosiolog mendahului August Comte. Ia juga seorang sejarawan dan novelis terkemuka di zamannya. Gagasan-gagasannya mempengaruhi perkembangan pemikiran negara dan hukum di berbagai belahan dunia selama berabad-abad. Pengaruh pemikirannya mudah dilacak dalam konstitusi dan formulasi ketatanegaraan dunia modern. Karena mempengaruhi perumusan konstitusi Amerika di abad XVIII, maka ia dihormati di kalangan perumus konstitusi Amerika, seperti George Washington dan Thomas Jefferson.
Gagasannya yang paling terkenal yaitu mengenai Trias Politica yang memisahkan kekuasaan negara ke dalam tiga bentuk, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Konsep ini kemudian diterapkan di negara-negara Eropa dan Amerika. Karya-karya Montesquieu yang monumental adalah mengenai sebab kebangkitan dan kejatuhan Romawi, The Considerations on the Causes of the Grandeur and Decadence of the Roman, Letters Persanes, dan Spirit of the Laws yakni karya yang berisi konsep-konsep hukum dan ilmu politik modern.
Di bagian awal buku The Considerations on the Causes of the Grandeur and Decadence of the Roman yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1743, Montesquieu menjelaskan tentang hakikat Roma, ibu kota pemerintahan imperium Romawi. Menurutnya Roma bukanlah sebuah kota (city) dalam pengertian modern yang kita pahami sekarang ini, melainkan sebuah tempat pertemuan umum, di mana tidak terdapat kejelasan tentang siapa yang diperintah dan yang memerintah. Dengan demikian, Roma tidak dapat dijadikan sebagai sebuah model pemerintahan
Bacaan Montesquieu tentang karya-karya Polybius mengajarkannya bahwa sebuah konstitusi (UUD) bisa menyelamatkan suatu negara, apapun bentuk negara tersebut. Konstitusi Republik Romawi misalnya, diyakini telah berhasil mencegah republik itu dari kehancuran total. Karena pengaruh Polybius itulah Montesquieu banyak memberikan perhatian pada paham konstitusionalisme pada zamannya.
Sama halnya Machiavelli, Montesquieu juga mengagumi semangat kebebasan, seni memerintah dan seni perang bangsa Romawi, khususnya keahlian mereka dalam memanipulasi agama dan kebijakan-kebijakan luar negeri untuk digunakan demi kepentingan mereka. Agama misalnya, hanya diperkenankan sejauh ia memperkokoh struktur nilai-nilai kekuasaan negara kota. Agama harus diabdikan demi kebesaran, kesatuan dan kejayaan imperium Romawi. Agama yang tidak memiliki fungsi seperti itu tidak diakui keberadaannya. Akan tetapi, yang membedakan kedua pemikir ini adalah bahwa Machiavelli melihat orang-orang besar yang mengejar kemasyhuran dan kekuasaan sebagai individu yang berperan penting dalam pembentukan sejarah bangsa itu. Sedangkan Montesquieu tidak percaya bahwa sejarah dibentuk oleh orang-orang besar. Mereka memang membentuk lembaga-lembaga sosial politik, militer, dan lain-lain, tetapi setelah itu, maka individu-individu itulah yang diatur oleh lembaga-lembaga itu.
*) Mahasiswi Sastra Inggris FIB Universitas Brawijaya Malang


You have read this article Filsafat with the title . You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2015/01/charles-de-montesquieu-karyanya.html. Thanks!