Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Lima Humor Gus Dur

Oleh: K Ng H Agus Sunyoto
        Ucapan dan cerita  humor yang dilontarkan Gus Dur selalu membuat orang ketawa dan sekaligus  banyak membuat orang sadar tentang kebenaran di balik cerita lucu itu. Ketika pertama kali menjadi presiden dan menyampaikan pidato di depan DPR/MPR RI, Gus Dur menyebut anggota wakil rakyat itu seperti anak-anak TK. Spontan banyak anggota DPR/MPR yang protes, terutama Priyo Budi Santoso dari Fraksi Golkar. Tapi seiring waktu orang sadar tentang kebenaran dari  ucapan Gus Dur tersebut. Pernyataan-pernyataan Gus Dur yang dilontarkan dalam joke-joke segar memang  memancing orang untuk ketawa tetapi sekaligus ikut berpikir dan merenung. Sekalipun sudah menjadi presiden, Gus Dur tetap dikenal sebagai sosok yang  humoris. Orang yang banyak humor. Saat berbicara, dia selalu menyelipkan joke, cerita lucu yang membuat pendengarnya tertawa. Joke-jokenya itu disukai oleh banyak tokoh dunia. Berikut ini adalah lima contoh, humor yang pernah dilontarkan mendiang Gus Dur:


Sudah di Pasar Glodok
              Suatu hari Gus Dur berkeliling dunia dengan naik pesawat. Dia mengundang Bill Clinton dan Hosni Mubarak untuk menyertainya. Ketika di tengah perjalanan, Bill Clinton memamerkan kebanggaan negerinya dengan berkata, “Wah, kita sedang berada di New York!”
             “Loh sampean kok bisa tahu?” tanya Gus Dur heran.
             “Ini patung Liberty kepegang sama tangan saya,” jawab Bill Clinton bangga.
             Tidak lama kemudian,  Hosni Mubarak yang angkat bicara dengan nada bangga, “Sekarang kita berada di Mesir.”
             “Loh sampeyan kok bisa tahu?” tanya Gus Dur
              “Ini piramidnya sudah menyentuh bokong saya,” jawab Hosni Mubarak.
               Tidak mau kalah, Gus Dur pun angkat bicara,“Lha sekarang kita sudah tiba di Pasar Glodok, Jakarta, Indonesia!”
               “Hah, bagaimana Anda bisa tahu?” tanya Bill Clinton dan Hosni Mubarak bersamaan
                “Ini buktinya, jam tangan saya hilang,” ujar Gus Dur enteng.
Sopir Metromini dan Juru Dakwah
                Di pintu akherat seorang malaikat menanyai seorang sopir Metro Mini. “Apa pekerjaan Anda selama di dunia?”
                “Saya sopir Metro Mini Jakarta, Pak,”jawab sopir Metro Mini.  Lalu malaikat  itu  membawanya ke tempat yang penuh  kamar  mewah  dan peralatan-peralatan indah  yang terbuat dari emas. Dengan sopan malaikat itu mempersilahkan sopir Metro Mini itu masuk ke kamar,”Silahkan, ini kamar untuk Anda!”
              Lalu datang Gus Dur dengan dituntun ajudannya yang setia. Malaikat pun dengan dingin bertanya, “Apa pekerjaan Anda  di dunia?”
             “Saya mantan presiden dan juga juru dakwah, Pal,” jawab Gus Dur.  Malaikat itu membawa Gus Dur ke tempat sederhana dengan  kamar kecil dan peralatan dari kayu dan aluminium.
             Melihat perlakuan diskriminasi itu,  Gus Dur protes,“Pak kenapa kok saya yang mantan presiden sekaligus juru dakwah mendapatkan tempat yang lebih rendah dari seorang sopir Metro Mini?”
                Dengan tenang malaikat itu menjawab: “Begini Pak,  pada saat Bapak berpidato dan ceramah Agama, Bapak sering membuat orang-orang yang mendengar sama mengantuk dan tertidu sehingga melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro Mini itu mengemudi dengan ngebut dan ugal-ugalan, membuat orang-orang berdoa, ingat Tuhan.”

Peluru pun Habis
            Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia tidak lama setelah bubarnya Uni Soviet di mana Sosialisme hancur dan para birokrat  tidak punya pengalaman mengelola sistem ekonomi pasar bebas. Di masa sosialisme, memang rakyat sering antre untuk mendapatkan macam-macam kebutuhan pokok, tetapi manajemennya rapi, sehingga semua orang kebagian jatah. Sekarang ini  masyarakat tetap harus antre, tapi karena manejemennya jelek, antrean umumnya sangat panjang, dan banyak orang yang tidak kebagian jatah.
             Begitulah, seorang aktivis sosial berkeliling kota Moskow untuk mengamati bagaimana sistem baru itu bekerja. Di sebuah antrean roti, setelah melihat banyaknya orang yang tidak kebagian, aktivis itu menulis di buku catatannya, “ROTI HABIS.”
             Lalu dia pergi ke antrean bahan bakar. Lebih banyak lagi yang tak kebagian. Dan dia mencatat “BAHAN BAKAR HABIS!”, kemudian dia menuju ke antrean sabun. Wah pemerintah kapitalis baru ini betul-betul brengsek, banyak sekali masyarakat yang tidak mendapat jatah sabun. Dia menulis besar-besar “SABUN HABIS!”.
             Tanpa dia sadari, selama berkeliling itu  dia diikuti oleh seorang intel KGB. Ketika dia akan meninggalkan antrean sabun itu, si intel menegur “Hey bung! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat terus, apa sih yang kamu catat?”.
              Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang melakukan penelitian tentang kemampuan pemerintah dalam mendistribusikan barang bagi rakyat.
            “Untung kamu ya, sekarang sudah jaman reformasi”, ujar sang intel dengan nada mengancam, “Kalau jaman komunis dulu, kamu sudah ditembak”.
           Sambil melangkah pergi, aktivis itu mencatat, “PELURU JUGA HABIS!”

Siapa Lebih dekat dengan Tuhan
            Perbedaan dalam berbagai hal termasuk perbedaan  aliran dan agama, kata Gus Dur,  mantan Presiden RI ini, sebaiknya diterima karena itu bukan suatu masalah rumit.
              Jika sudah bisa menerima perbedaan maka akan lebih terbuka dalam berdialog, bahkan kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang dilontarkan seorang kyai, bhiksu, dan pendeta.
          Pendeta mengatakan, “Kami dekat sekali dengan Tuhan. Buktinya,  kami memanggil Tuhan Anak, Tuhan Bapak.”
          Bhiksu tidak mau kalah menimpali, “Kami juga dekat. Bukan memanggil Bapak, tapi Om.”
            “Lha bagaimana dengan Anda, Pak Kyai?” Tanya pendeta dan bhiksu serentak.
             Pak Kyai menjawab kalem,”Boro-boro dekat,me manggil Tuhan  aja mesti pakai corong di  menara,” uungkap Gus Dur diiringi tawa seisi ruangan.

Kuli dikira Ulama
               Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang yang mereka bawa. Akibat berebut, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius dalam bahasa Arab.
               Melihat itu, rombongan jamaah haji asal Tegal tersebut spontan merubung mereka, sambil berucap: Amin, Amin, Amin!
                  Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa Anda semua berkerumun di sini?”
            “Mereka sangat fasih berdoa Gus, apalagi pakai jubah dan surban, mereka itu pasti ulama khas,” sahut mereka sambil terus meng-amin-i “doa” kuli-kuli Yaman itu.

You have read this article Dongeng with the title Lima Humor Gus Dur. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2011/10/lima-humor-gus-dur.html. Thanks!

No comment for "Lima Humor Gus Dur"

Post a Comment