Filsafat merupakan suatu ketakutan bagi kebanyakan orang. Sesuatu yang dihindari oleh kebanyakan mahasiswa yang belum mengenal dan mengkajinya. Filsafat mendorong mereka yang mempelajarinya dalam kebingungan dan kebimbangan pikiran. Mengapa? Karena ketika seseorang berfilsafat, ia dituntut untuk menjadi gila secara menyeluruh, dengan tujuan untuk keluar dari kegilaannya itu. Seseorang yang berfilsafat diidentikkan dengan seseorang yang berpijak di bumi sedang menengadah ke langit menatap bintang-bintan dan benda langit lainnya. Dia ingin mengetahui hakikat (makna sebenarnya) dirinya dalam kesemestaan alam semesta yang begitu luas (Jujun, 1999: 20). Sudah kita pahami dan akui kebenarannya bahwa lahirnya ilmu adalah berangkat dari rasa ingin tahu (curiosity) seseorang terhadap lingkungan luar. Kepastian tentang satu hal berangkat dari keragu-raguan. Sedangkan, filsafat berangkat dari keduanya, yakni keingintahuan dan keragu-raguan. Perpaduan keduanya menghasilkan pemikiran filsafat yang menyeluruh, mendalam, dan mendasar. Dinamika sejarah telah memperlihatkan kepada kita nama-nama besar seperti Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Rene Descartes (1596-1650 M), Edmund Husserl (1895-1939 M), F.D.E. Schleiermacher (1768-1834 M), dll. Mereka adalah tokoh filsafat (filosof) besar yang pernah gila dan berhasil keluar dari kegilaannya itu dengan berfilsafat. Mereka menemukan hakikat kehidupan yang mereka yakini akan kebenarannya dalam ilmu pengetahuan. Alam semesta menjadi bagian dari mimpi-mimpi mereka di setiap malam tiba. F.D.E. Schleiermacher adalah satu dari mereka yang terkenal dalam filsafat hermeneutikanya. Ia dilahirkan di Breslau pada tanggal 21 November 1768. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama protestan. Pendidikan menengah ia selesaikan di Sekolah Moravian di Niesky. Di sekolah ini ia mempelajari bahasa Latin dan Yunani, matematika, botani, dan bahasa Inggris. Selanjutnya, di bawah pengawasan Johann August Eberhard, Schleiermacher mempelajari filsafat Kant melalui tulisannya yang berjudul Kiritik atas Akal Murni dan mengevaluasi pemahamannya itu dengan berdialog bersama sang guru. Dalam bidang filsafat Hermeneutik, Schleiermacher menerapkannya dalam diskusi tentang filsafat dan teologi. Hermeneutik menjadi sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks-teks mengenai konsep tradisional dalam kitab suci yang sarat akan dogma dan doktrin teologis. Dalam filsafat Hermeneutik, ia membedakannya sebagai ‘ilmu’ dan ‘seni’. Menurutnya: “Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara hanya merupakan sisi luar dari proses berfikir, hermeneutik adalah bagian dari seni berfikir tekstual, dan oleh karenanya ia memiliki sifat filosofis” (Schleiermacher, 1977: 97). Bidang kajian hermeneutik yang ia terapkan adalah dalam bidang teologis, filosofis, linguistik (bahasa), hukum, dll. Pengaruh penting dalam pemikiran filsafat hermeneutik Schleiermacher datang dari Friederich Ast dan Friedrich August Wolf. Dari Ast, ia mendapat ide untuk mengamati sisi luar (tata bahasa dan kekhasan linguistik) dan sisi dalam (aspek jiwa nya atau geist), dalam sebuah karya pemikiran. Menurutnya Ast, hermeneutik membawa keluar makna internal dari suatu teks beserta situasi zamannya. Sedangkan, pengaruh Wolf dalam pemikiran Schleiermacher adalah definisi hermeneutik sebagai sebuah seni menemukan gagasan dan makna dalam sebuah teks. Dalam proses menemukan makna ini dilalui tiga cara, yakni: interpretasi gramatikal, historis, dan retorik. Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher adalah orang yang memulai tradisi hermeneutika modern. Ia sendiri dipengaruhi oleh dua pemikir pendahulunya yaitu Friedrich Ast dan Friedrich August Wolf. Dari Ast ia mengambil ide tentang lingkaran hermeneutika. Ast juga mengatakan bahwa setiap teks memiliki dua dimensi yaitu dimensi linguistik dan dimensi historis. Ast juga melihat bahwa untuk bisa menafsirkan sebuah teks, sang penafsir harus menyamakan horizon pemikirannya dengan horizon pemikiran sang pengarang teks yang akan ia tafsirkan. Dari Wolf ia mengambil ide bahwa bisa didapatkan prinsip-prinsip umum untuk menafsirkan suatu teks. Bagi Schleiermacher, tujuan utama dari interpretasi adalah bukan apa isi teks tersebut, melainkan apa yang ada di belakang motivasi penulis untuk menuliskan teks tersebut. Proses ini adalah seperti membuka selubung makna teks tersebut, yang bisa jadi terjadi di bawah sadar sang penulis. Yang dicari adalah apa ide di belakang yang mengorganisasi seluruh isi teks. Schleiermacher melihat bahwa interpretasi terbagi atas dua dimensi: dimensi sang pengarang yaitu dimensi psikologis, dan dimensi teks itu sendiri yaitu dimensi gramatik. Keduanya diperlukan untuk melakukan interpretasi terhadap teks. Dimensi gramatik bisa melihat lebih dalam mengenai gaya bahasa yang dipakai pada era tertentu sesuai dengan makna gramatikal di saat itu. Dimensi psikologis menyelami apa yang ada dibalik pemikiran sang penulis saat menulis karya tersebut. Dengan ini Scleiermacher melakukan lompatan besar dengan memperlakukan teks sebagai teks, dan ini adalah sebuah pergeseran tradisi dari hermeneutika sebelumnya yang merupakan bagian dari teologi. Ini membuka jalan bagi hermeneutika untuk masuk ke dalam filsafat, sekaligus demitologisasi dan desakralisasi teks. Schleiermacher membedakan hermeneutik dalam pengertian ilmu atau seni memahami dengan hermeneutik yang didefinisikan sebagai studi tentang memahami. Ia menulis: Semenjak seni berbicara dan seni memahami berhubungan satu sama lain, maka berbicara merupakan sisi luar dari berpikir, hermeneutik adalah bagian dari seni berpikir itu dan oelh karenanya bersifat filosofis (Schleiermacher, 1917:97) Menurut Schleiermacher berbicara itu berkembang seiring dengan buah pikiran. Menurutnya ada jurang pemisah antara berbicara atau berpikir yang sifatnya internal dengan ucapan yang aktual. Pemahaman hanya terdapat di dalam kedua momen yang saling bertautan satu sama lain yaitu apa yang dikatakan konteks bahasa dan apa yang dipikirkan oleh pembicaranya. Schleiermacher dalam uraiannya banyak dipengaruhi oleh Freidrich Ast dan Freidrich August Wolf. Menurut Ast tugas hermeneutik adalah membawa keluar makna internal dari suatu teks beserta siatinya menurut jamannya. Ia membagi tugas itu dalam tiga bagian, sejarah, tata bahasa dan aspek kerohaniannya (geistige). Korespondensi ketiga bagian tersebut merupakan tiga taraf penjelasan yaitu: •Hermeneutik atas huruf (Hermeneutik des Buchstabens) atau bahan baku teks •Hermeneutik atas makna (hermeneutik des Sinnes) atau bentuk teks •Hermeneutik atas aspek kejiwaan (Hermeneutik des Geistes) atau jiwa teks F.A. Wolf mendefiniskan hermeneutik sebagai seni menemukan makna sebuah teks. Menurutnya ada tiga jenis hermeneutik atau interpetrasi yaitu Interpretasi gramatikal, Interpretasi historis, dan Interpretasi Retorik Perbedaan antara Ast dan Wolf adalah, Wolf membahas tata bahasa, hermeneutik dan kritik sebagai studi persiapan filologi sementara Ast menganggap ketiga disiplin ilmu tersebut hanya lampiran (appendiks) bagi filologi. Menurut Shleiermacher sendiri ada dua tugas hermeneutik yang identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Kompetensi linguistik dan kemampuan mengetahui sesorang sangat menentukan keberhasilan sebuah interpretasi. Karena dua hal tersebut sangat sulit mengingat, Schleiermacher mempunyai sebuah rumusan positif dalam bidang seni interpretasi yaitu rekonstruksi hitoris, obyektif dan subyektif terhadap sebuah pernyataan. Schleiermacher menyatakan bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks ‘sebaik atau lebih baik dari pengarangnya sendiri’ dan ‘memahami pengarang teks lebih baik dan memahami diri sendiri’. Oleh karena itu diperlukan suatu pandangan yang menyeluruh sebelum melakukan interpretasi. Pandangan awal tersebut tidak hanya tentang obyek atau peristiwa saja tetapi juga tentang bahasa dan masarakatnya juga. Interpretasi dimulai dengan suatu teori tentatif atau konsep awal, lalu diteruskan dengan pengandaian atau hipotesis. Menurut Schleiermacher, pemahaman kita peroleh setelah melihat bagaimana semua bagian itu berhubungan satu sama lain. Rekonstruksi menyeluruh koherensi suatu teks tidak akan pernah lengkap jika detail-detailnya tidak diperhatikan. Ada beberapa taraf memahami, taraf pertama ialah interpretasi dan pemahaman mekanis, taraf kedua ialah taraf ilmiah, taraf ketiga ialah taraf seni. Friedrich Ernst Daniel Schleiermarcher Hermeneutika sebagai metode interpretasi dan menganggap semua teks dapat menjadi objek kajian hermeneutka. Hermeneutika adalah sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks mengani konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma. Makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat mengungkakan sebuah realitas dengan jelas, tetapi pada saat yang sama dapat menyembunyikan rapat-rapat. Schleiermacher menawarkan sebuah metode rekonstruksi histories, objektif dan subjektif terhadap sebuah pernyataan, membahas dengan bahasa secara keseluruhan. Tugas utama hermeneutika adalah memahami teks sebaik atau bahkan lebih baik daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada memahami diri sendiri. Model hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal : 1.Pemahaman teks melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa pengarang sehingga menggunakan pendekatan linguistic. 2.Penangkapan muatan emosional dan batiniah pengarang secara intuitif dengan menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batin pengarang. Dengan demikian, terdapat makna autentik dari sebuah teks, sebua teks tidak mungkin bertujuan (telos). Menurut Friedrich Schleiermacher, terdapat dua tugas hermeneutik yang pada hakikatnya identik satu sama lain, yaitu interpretasi gramatikal dan interpretasi psikologis. Aspek gramatikal interpretasi merupakan syarat berpikir setiap orang, sedangkan aspek psikologis interpretasi memungkinkan seseorang memahami pribadi penulis. Oleh karenanya, untuk memahami pernyataan-pernyataan dari pembicara, seseorang harus mampu memahami bahasanya sebaik ia memahami kejiwaannya. Semakin lengkap pemahamam seseorang atas sesuatu bahasa dan latar belakang psikologi pengarang, maka akan semakin lengkap pula interpretasinya terhadap karya pengarang tersebut. Kompetensi linguistik dan kemampuan memahami dari seseorang akan menentukan keberhasilannya dalam bidang seni interpretasi. Namun, pengetahuan yang lengkap tentang kedua hal tersebut kiranya tidak mungkin, sebab tidak ada hukum-hukum yang dapat mengatur bagaimana memenuhi kedua persyaratan tersebut. Schleiermacher menawarkan sebuah rumusan positif dalam bidang seni interpretasi, yaitu rekonstruksi historis, objektif dan subjektif terhadap pernyataan. Melalui rekonstruksi objektif-historis, ia bermaksud membahas sebuah pernyataan dalam hubungannya dengan bahasa sebagai keseluruhan. Melalui rekonstruksi subjektif-historis, ia bermaksud membahas awal mula sebuah pernyataan masuk ke dalam pikiran seseorang. Schleiermacher sendiri menyatakan bahwa tugas hermeneutik adalah memahami teks sebaik atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada memahami diri sendiri. Jika diterapkan dalam bidang sains, sebagai contoh, untuk memahami teori relativitas Einstein, maka sebaiknya kita juga berusaha mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi pemikiran Einstein tersebut. Schleiermacher menegaskan adanya masalah hermeneutical circle atau lingkaran hermeneutik, yaitu bahwa untuk memahami sebagian dari teks pembaca memerlukan pemahaman atas konteks keseluruhan teks, dan untuk memahami keseluruhan teks pembaca memerlukan interpretasi atas bagian-bagian dari teks tersebut. Dengan demikian, untuk dapat memahami suatu teks pembaca memerlukan pemahaman akan sumber-sumber lain untuk membantu pemahamannya, termasuk pemahaman akan kehidupan dan minat penulis. Hal ini juga memerlukan pemahaman akan konteks budaya di mana karya penulis tersebut muncul.
You have read this article with the title Hermeneutika F.D.E.Schleiermacher. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/09/hermeneutika-fdeschleiermacher.html. Thanks!
No comment for "Hermeneutika F.D.E.Schleiermacher"
Post a Comment