Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu` anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah shahabat Rasulullah – shalallahu`alaihi was salam – yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan “ash-Shiddiq” dan “Atiq”.
Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra` mi`raj, orang-orang mendustakan peristiwa di luar akal tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkannya.
Abu Bakar adalah orang yang jujur dan dekat kepada Rasulullah Saw dan da’wah yang disampaikan Rasulullah saw kepada Islam tanpa ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya; karena beliau sangat mengetahui kebenaran Nabi Saw dan kejujurannya Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi saw pernah bersabda : “Tidak ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa keraguan, ketidak pastian dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar, ia sama sekali tidak merasa ragu saat aku ingatkan kepadanya dan tidak ada keraguan di dalamnya”
Semenjak Abu Bakar mengikrarkan keislamannya, ia terus berjihad menyebarkan da’wah Islam, sehingga melaluinya masuk lima orang sahabat yang dijanjikan masuk ke dalam surga, mereka adalah : Utsman bin Affan, Az-Zubair bin Awwam, Tholhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Sa`d ibn Abi Waqqas, Umar ibn Masoan, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah, Abdullah bin Abdul Asad, Abu Salma, Khalid bin Sa`id, Abu Hudhaifah bin al-Mughirah.
Pada saat da’wah awal Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Abu Bakar justru dengan terbuka mendatangi pemuka-pemuka Quraisy mempublikasikan Rasulullah Saw. Abu Bakar juga mengajak Rasulullah Saw untuk pergi ke Ka’bah,guna memberikan pengarahan kepada kaum musyrikin saat itu, namun Rasulullah Saw menyuruh beliau untuk bersabar. Tapi Abu Bakar terus mendesak sampai akhirnya Rasulullah Saw menyetujuinya. Pergilah Abu Bakar ke Ka’bah dan berpidato di hadapan kaum musyrikiin menyeru kepada mereka agar bersedia mendengarkan Rasulullah Saw. Semenjak saat itu, ia dijuluki sabagai orang pertama yang berani berpidato menyeru kepada Allah. Namun saat ia akan berbicara lebih lanjut, orang-orang musyrikin menghantamnya dari berbagai penjuru dan memukulnya hingga hampir saja ia terbunuh. Ia pingsan. Setelah siuman, ia justru bertanya tentang keadaan Rasulullah Saw apakah selamat. Ketika ia diberitahu bahwa Rasulullah Saw dalam keadaan baik-baik saja, ia sangat senang dan bergembira sekali.
Suatu ketika, di saat Abu Bakar duduk-duduk di teras rumahnya, datanglah seseorang dengan tergesa-gesa. Dengan terburu-buru orang itu berkata : “Temui teman kamu sekarang juga!” sadar sesuatu sedang terjadi atas Rasulullah Saw, Abu Bakar buru-buru pergi menemui Rasulullah Saw. Ketika ia mendapati Rasulullah Saw sedang shalat di Ka’bah dan di hadapannya terlihat Uqbah bin Abi Mu’ith sedang mencekik leher Rasulullah Saw dengan kain, tanpa piker panjang Abu Bakar melompat dan mendorong Uqbah dari Rasulullah Saw sambil berkata : “Apakah kamu ingin membunuh seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan saya adalah Allah ?” Melihat tindakan Abu Bakar, kaum musyrikin beramai-ramai mengerumuni dan memukulinya sampai pingsan. Ketika kembali siuman, pertama kali yang diucapkan melalui lidahnya adalah : “Apa yang sedang diperbuat Rasulullah Saw?”
Menurut riwayat Ibnu Hisyam, saat terjadi peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah Saw menceritakan kepada umat bahwa beliau telah melakukan perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha dan kemudian naik menuju langit yang ke tujuh dalam waktu sebagian malam, kaum musyrikin beramai-ramai mencemoohkannya sambil berkata :”Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, padahal kami butuh waktu sampai sebulan agar bisa sampai ke Baitul Maqdis?” kemudian mereka segera pergi menemui Abu Bakar, dan menceritakan akan hal yang tidak masuk akal tersebut dengan berkata : “Sahabat Kamu menyatakan telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis dalam waktu semalam!” Abu Bakar menjawab tegas : “Jika beliau telah berkata demikian jelas merupakan kebenaran, sungguh saya mempercayainya terhadap berita langit (wahyu) yang datang kepadanya itu”. Semenjak saat itu Rasulullah Saw menjuluki Abu Bakar dengan gelar Ash-shidiq (orang yang bersifat jujur dan benar).
Sejarah mencatat bahwa Abu Bakar selalu berjuang bersama Nabi Saw dan ikut menanggung siksaan yang dihadapi Nabi Saw dalam menyebarkan Islam, sampai pada akhirnya Rasulullah Saw mengijinkan para sahabatnya untuk melakukan Hijrah ke Habsyah, di mana Abu Bakar pun melakukan hijrah ke Negeri Habsyah, berpisah dengan Nabi Saw.
Sewaktu Abu Bakar sampai di suatu tempat yang jauhnya seperti menempuh perjalannan selama lima malam, ia bertemu dengan Ibnu Ad-Dagnah, salah seorang di antara pemuka Makkah, dia bertanya kepada Abu Bakar : “Mau pergi ke mana wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar menjawab : “Aku diusir oleh kaumku, maka aku pun pergi meninggalkannya agar aku dapat leluasa menyembah Tuhanku”.
bnu Ad-Dagnah berkata lagi : “Orang seperti kamu tidak boleh terusir dan diusir, aku adalah tetanggamu (yang akan melindungimu), kembalilah, dan sembahlah Tuhanmu di negerimu”. Maka Abu Bakar pun akhirnya kembali ke Makkah bersama Ibnu Ad-Dagnah.Sesampai di Makkah Ibnu Ad-Dagnah berkata kepada kaum Quraisy : “Sesungguhnya Abu Bakar tidak boleh diusir dan terusir”.
Kaum Quraisy berkata : “Suruhlah dia menyembah Tuhannya di rumahnya sehingga tidak menyakiti perasaan kami, jangan disebar-luaskan, karena kami khawatir dia dapat menyebarkan fitnah terhadap anak-anak perempuan kami”.
Akhirnya Abu Bakar pun beribadah di rumahnya sendiri. Namun ia berfikir ingin membangun sebuah masjid di teras rumahnya agar bisa shalat di dalamnya dan membaca Al-Qur’ an. Namun saat ia membaca Al-Qur’an, para wanita dan anak-anak dari kalangan musyrikin mengintip dan mendengarkan bacaannya. Mereka kemudian sangat tertarik. Abu Bakar sendiri dikenal memiliki hati yang lembut, sering menangis saat membaca Al-Qur’an, sehingga menarik dan mempesona para wanita dan anak-anak yang mendengarnya.
Penduduk Makkah pun menjadi berang dan merasa khawatir saat mengetahui pengaruh Abu Bakar itu. Akhirnya, mereka mengutus seseorang untuk menemui Ibnu Ad-Dagnah. Setelah mereka sampai kepada ibnu Ad-Dagnah, mereka berkata : “Sesungguhnya kami telah membiarkan Abu Bakar tinggal bersamamu agar dia dapat beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya, namun dia telah melanggarnya karena dia telah membuat masjid di pelataran rumahnya, kemudian melakukan shalat dan membaca Al-Qur’an di dalamnya. Kami sangat khawatir dia menyebarkan fitnah kepada anak-anak perempuan dan anak-anak lelaki kami. Maka dari itu, dia harus mengikuti perkataanmu atau usirlah dia.”
Ibnu Ad-Dagnah pun pergi menemui Abu Bakar dan berkata kepadanya :”Aku berikan pilihan kepadamu, apakah engkau mau menuruti permintaan kaum Quraisy atau engkau tinggalkan hidup di bawah perlindunganku, karena aku tidak ingin mendengar dari kalangan Arab bahwa aku menyimpan seseorang yang suka melanggar (perjanjian kepadanya).”
Dengan penuh yakin diriAbu Bakar berkata : “Aku pilih melepas dari tanggunganmu, dan aku lebih rela di bawah perlindungan Allah”.
Setelah tidak dilindungi Ibnu Ad-Dagnah, Abu Bakar sering menghadapi penyiksaan dan intimidasi dari kaum musyrikin, namun imannya tetap tegar dan teguh, bahkan ia menjadi pendukung agama melalui hartanya dan segala sesuatu yang ia miliki. Dia merelakan seluruh hartanya untuk diinfakkan sehingga dalam riwayat diceritakan : bahwa ia memiliki uang sebanyak 40 .000 Dirham yang diinfakkan di jalan Allah. Ia juga membeli budak yang berasal dari kalangan kaum muslimin, kemudian ia melepas dan memerdekakannya. Salah satu sahabat yang dibebaskannya dari perbudakan adalah Bilal bin Rabah.
Saat perang terjadi dan Rasulullah Saw memobilisasi sahabatnya untuk menginfakkan dan menyumbangkan hartanya, Abu Bakar langsung membawa seluruh hartanya kemudian memberikannya kepada Rasulullah Saw. Melihat itu Rasulullah Saw berkata : “Adakah sesuatu yang engkau sisakan untuk keluargamu ?” Abu Bakar berkata : “Saya cukupkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Lalu datanglah Umar dengan membawa setengah dari hartanya, lalu Rasulullah Saw berkata kepadanya,”Adakah sesuatu yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Umar menjawab : “Ya, setengah dari harta saya”. Ketika Umar mendengar apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, ia berkata : “Demi Allah aku tidak akan pernah bisa mengungguli Abu Bakar”. (At-Turmudzi)
Allah telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40). Peristiwa di gua Tsur itulah yang menjadi dasar pewarisan baiat tarikat pada sebagian tarikat yang rangkaian silsilahnya berasal dari Abu Bakar Ash-Shiddiq.
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan Q.S.At-Taubah: 40 ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi di dalam gua tersebut.”
Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)
Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan bahwa Imam Ja`far Shadiq berujar tentang kakek buyutnya itu :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah Saw, sedangkan yang membenarkannya adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimewaan yang melebihi keistimewaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu` anhu, bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil : “Aku lalu mendatangi beliau dan bertanya “Siapa manusia yang paling engkau cintai?” beliau bersabda :”Aisyah” aku berkata lagi : “kalau dari lelaki?” beliau menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” aku berkata : “lalu siapa?” beliau menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu` anhu, bahwa Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu Bakar menangis dan menangis, lalu berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id berkata : “yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah Saw, dan Abu Bakar adalah orang yang paling tahu di antara kami” Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu dua kali. Sejak itu Abu Bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR. Bukhari).
Suatu hari Abu Bakar pernah menaiki gunung Uhud bersama Rasulullah Saw, Umar dan Utsman. Saat itu gunung Uhud bergetar. Lalu Rasulullah Saw bersabda : “Diamlah engkau wahai Uhud, tidak ada yang membebani engkau di sini kecuali Nabi, seorang yang shiddiq, dan dua orang calon mati syahid”. (Al-Bukhari).
Masa Kekhalifahan
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu` anha, bahwa ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah beliau yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul kamu berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)
Ibnu Abbas radhiyallahu` anhuma berkata : “demi Allah, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”
Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar ketika itu berkata : “Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”
Dalam riwayat al-Bukhari lainnya, Umar berkata : “maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah” mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian!” maka Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Allah, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya”
Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, beliau berkata : “Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri.”
Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak, demi Allah kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.”
Abu Bakar menjawab : “Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.”
Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)
Menurut `ulama ahli sejarah, Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai`at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata : “sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.” Terbukti, Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.
Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa mereka hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad Saw dan dengan kematiannya, maka komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda, peperangan yang terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad Saw. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.
Setelah kemenangan yang sangat sulit menaklukkan Musailamah al-Kadzab dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut gugur dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit. Atas perkenan dan perintah Abu Bakar, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-Quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. Setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad Saw. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal saat ini dengan sebutan mushaf Utsmani.
Abu Bakar memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh, beliau lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. beliau memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”
Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “wahai ayahku, janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang (yang baik). Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Jazirah Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam untuk melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih sukses.
Wafatnya
Menurut para `ulama ahli sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H atau sama dengan 23 Agustus 634 M. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar, Utsman, dan Thalhah bin Ubaidillah. Beliau meninggalkan beberapa anak ; Abdullah, Abdul Rahman, Muhammad, Aisyah, Asma, Ummi Kultsum.
Sumber : -Al-Bidayah wan Nihayah, Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir. - Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah -Al-Kabaa`ir karya Adz-Dzahabi. www.Yudhim.blogspot.com
You have read this article Sejarah
with the title Abu Bakar As-Shiddiq - Sahabat dan mertua Nabi Muhammad Saw. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/05/abu-bakar-as-shiddiq-sahabat-dan-mertua.html. Thanks!
No comment for "Abu Bakar As-Shiddiq - Sahabat dan mertua Nabi Muhammad Saw"
Post a Comment