Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Ilmu Kabegjan Sakban Rosidi



 Oleh: Tina Siska Hardiansyah  
Mahasiswa UIN Maliki Malang
        Pertamakali diminta mengisi ngaji di Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin, Pakis, Malang, Dr Sakban Rosidi, MSi sedikit kaget. “Ini ngaji atau kajian, atau diskusi?” tanyanya di hadapan peserta ngaji yang berpenampilan layaknya preman. Biasanya, orang ngaji itu berpakaian rapi dan Islami. Bersarung, berkopiah, baju takwa, atau pakaian muslim lainnya. Tidak demikian dengan yang disaksikan  Sakban Rosidi di pesantren yang diampu K Ng H Agus Sunyoto, budayawan  Malang itu.
       Peserta ngaji adalah para mahasiswa yang sebagian besar berpenampilan gaul, bercelana bolong, t-shirt, kaos oblong, jaket, dengan rambut gondrong. Dari rumah kos masing-masing yang relatif jauh dari pesantren, mereka dengan semangat menuju Pakis untuk mengikuti kegiatan rutin ngaji yang dimulai pukul 21.00 WIB dan disudahi pas tengah malam. Selasa (23/4/2013) malam itu, Sakban membagikan ilmu kabegjan, yaitu ilmu yang akan membawa manusia pada kebahagiaan hakiki.

           Sakban  bertutur, untuk mencapai kebahagiaan tersebut, manusia  harus mengetahui tingkatan-tingkatan manusia dalam Islam sehingga dapat menapakinya satu per satu sampai di tingkat terakhir. Anak tangga pertama tingkatan manusia dalam Islam adalah Mu’min, yakni seseorang yang telah percaya dalam hati dan lisannya berucap, tiada Tuhan selain Allah. Secara otomatis keimanannya itu diikuti kepercayaannya kepada malaikat, rasul, kitab, hari kiamat, qodlo-qadar dan perkara ghaib.
        Anak tangga kedua adalah Muslim, yakni seseorang beriman yang berlandas pada imannya  menjalankan rukun Islam. Ia mendirikan salat, berzakat, berpuasa dan naik haji saat mampu. Di samping amalan wajib, seorang muslim juga menjalankan beragam kebaikan lain yang jadi ajaran agama bersifat sunnah.
        Anak tangga ketiga adalah Muhsin, yakni seseorang yang tak hanya Iman dan Islam, melainkan telah mempertimbangkan mulia atau tidaknya perbuatan yang dilakoninya. Halal dan haram bukan sekedar menjadi standar dalam bertindak, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yang utama. Selain mempelajari ilmu yang bersifat syariah, ia juga harus melatih diri untuk berakhlak mulia. Semangat menjadi lebih baik selalu mengiringi langkahnya.
        Anak tangga terakhir adalah Mukhlis, yakni seseorang yang tak lagi berprasangka buruk terhadap Tuhan yang akan mengantarkannya pada derajat taqwa. Ia memadukan dua akhlak mulia; Syukur dan Sabar. Mukhlis akan selalu mengawali segalanya dengan niat yang baik pada niat, seorang mukhlis selalu merealisasikan niat baik itu pada tindakan nyata. Ia juga tak pernah meninggalkan doa, memohon kepada Tuhan atas apa yang diniatkan. Jika ia berhasil, ia bersyukur dan jika gagal, ia bersabar. Tak berputus asa atau menyalahkan orang lain apalagi Tuhan. Jika dapat melalui tangga tersebut, maka manusia akan mencapai kebahagiaan sejati.
Di akhir pertemuan Sakban berharap agar peserta ngaji menjadi insan mukhlis. Semoga!

 
- See more at: http://surabaya.tribunnews.com/2013/05/05/ilmu-kabejgan-sakban-rosidi#sthash.bEjvK5LO.dpuf
You have read this article Agama with the title Ilmu Kabegjan Sakban Rosidi . You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/05/ilmu-kabegjan-sakban-rosidi.html. Thanks!

No comment for "Ilmu Kabegjan Sakban Rosidi "

Post a Comment