Tidak ada cara yang dianggap lebih tepat dalam berbakti membalas jasa dan budi para pendahulu yang sudah tinggal di alam kelanggengan itu selain mengirimkan pahala amaliah baik dan doa lewat kegiatan-kegiatan baik yang mendatangkan pahala dan barokah. Begitulah bulan Ruwah ditandai dengan kegiatan masyarakat untuk membersihkan diri dalam menyambut bulan Ramadhan, di mana dengan badan, pikiran dan jiwa yang bersih dilakukan amaliah yang dianggap baik yang diyakini mendatangkan pahala dan barokah seperti Kataman Qur'an, Yasinan, Tahlilan, Sholawatan, Shodaqoh, Ziarah, dan lain-lain.
Tradisi Ruwahan ini masih dijalankan di Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin, Malang. Apakah ini amaliah bid'ah? Tentu saja, karena zaman Rasulullah Saw tidak ada kegiatan Kataman Qur'an di mana seorang Hafidz melafadzkan bacaan al-Qur'an yang sudah dihafalnya, sementara yang lain menyimak dengan membaca mushaf. Warga sekitar biasanya menyertakan nama-nama keluarganya yg sudah meninggal untuk disebutkan agar arwah mereka ikut serta memperoleh limpahan pahala dari bacaan al-Qur'an dalam Kataman tersebut. Tradisi Ruwahan yang bersifat kolektif ini adalah fakta tidak tersanggah tentang watak kebersamaan dan kegotong-royongan bangsa indonesia baik dalam masalah-masalah yang bersifat profan maupun ruhani, sehingga wajar faham keagamaan yang paling banyak dianut di Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal-Jama'ah.
Posted by K Ng H Agus Sunyoto
You have read this article Budaya
with the title Tradisi Ruwahan Muslim Indonesia. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/06/tradisi-ruwahan-muslim-indonesia.html. Thanks!
No comment for "Tradisi Ruwahan Muslim Indonesia"
Post a Comment