Pelatihan Sehat Secara Mandiri yang digelar di Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin (30/04) yang salah satu pematerinya adalah Prof dr. H Achmad Husain Asdie, Sp.PD-KEMD disambut antusias oleh para Mantri (mahasiswa-santri) dan warga sekitar. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta itu mengemukakan lebih memilih untuk meninggalkan pengobatan medis bersifat kimiawi dan memilih model pengobatan Holistic Healing yang bersifat spiritual. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pengalamannya selaku guru besar yang mendapati fakta bagaimana pengobatan medis kimiawi sesungguhnya memiliki resiko yang sangat tinggi di samping pembiayaan yang nyaris tak terjangkau. “Dalam kenyataan banyak orang sakit akibat faktor psikologis tapi ditangani dengan obat-obat kimiawi sehingga bukan kesembuhan yang diperoleh melainkan kerusakan organ tubuh yang lain,” ujar Prof Asdie memaparkan kekeliruan pendekatan yang merugikan masyarakat itu.
Dalam sistem pengobatan medis kimiawi, ungkap Prof Asdie, ketika ada suatu masalah seperti penyumbatan bagian tertentu pada jaringan syaraf sehingga darah tidak dapat mengalir dengan lancar, biasanya akan diatasi dengan cara disuplai dengan cairan kimia yang dapat membuat aliran darah lancar. Atau ketika ada kuman, bakteri dan beberapa jenis virus penyakit, dokter akan menyuntikkan obat kimiawi untuk melumpuhkan virus tersebut. Demikian penyembuhan kimiawi itu diteruskan sehingga suatu ketika kala terlalu banyak jenis cairan kimia yang masuk ke dalam tubuh, sangat mungkin akan membuat tubuh collapse. “Kalau dalam pengobatan alternatif spiritual tidak demikian,” ungkap Prof Asdie,”Cukup dengan membuka sumbatan jaringan itu, dengan beberapa cara tradisional sudah bisa diatasi.”
Dalam berbagai kasus, ujar Asdie, seringkali, terjadinya penyumbatan jaringan syaraf pada diri seseorang disebabkan oleh karena faktor psikologis seperti pikiran yang tidak tenang, sifat-sifat iri, dengki, marah, tidak ikhlas atas takdir Allah, dan sikap buruk semacamnya. Sehingga ketika seseorang dalam keadaan marah, benci, cemburu, dan dendam, itu akan membuat beberapa hormon dalam tubuh naik, dengan akibat otot-otot menegang dan menyebabkan ketidak-seimbangan pada tubuh. “Begitulah faktor emosional bias menjadi penyebab tubuh sakit,” simpul Guru Besar Fakultas Kedokteran Penyakir Dalam UGM itu.
Pengobatan secara medis sendiri, menurut Asdie, merupakan tataran pengobatan terendah karena yang diobati adalah fisik manusia. Di samping itu, harus melalui proses yang cukup rumit. Belum lagi dengan biaya yang melangit, yang tidak mampu menyentuh golongan masyarakat menengah ke bawah. Ibarat tingkatan ilmu, ujar Asdie, pengobatan medis masih berada pada tataran ‘ilmul yaqin, belum masuk pada ainul yaqin. Sedangkan pengobatan yang dilakukan oleh dr. Asdie dan tim adalah pengobatan melalui ruhani manusia untuk memasrahkan segalanya hanya kepada Sang Pencipta, Sang Penyembuh segala luka dan lara. Baru setelah ada kepasrahan dan keikhlasan penerimaan dari si penderita, pengobatan akan berlangsung efektif.
Selama pelatihan Prof Asdie selain mengarahkan para peserta untuk pasrah dan ikhlas dalam menerima ujian dari Allah berupa penyakit, juga mengajarkan penggunaan langkah-langkah tertentu dari teraphy ruhani seperti dzikir dan pernafasan. “Bersyukur dan menerima semua penyakit secara ikhlas adalah kunci kesembuhan,” ujar Profesor Asdie mengakhiri pen jelasan diikuti praktek ‘Pijat Getar Syaraf’ yang dipraktikkan oleh Ir Eko Suhartono, ketua Yaskes Telkom Jawa Barat, yang merupakan bagian dari tim Pelatihan Sehat Mandiri kepada warga sekitar pesantren dengan memijat beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, dan kepala.
Posted by Rina Siska Hardiansyah.
You have read this article Filsafat
with the title Pelatihan Sehat Mandiri Dengan Pendekatan Holistic Healing. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/05/pelatihan-sehat-mandiri-dengan_3.html. Thanks!
No comment for "Pelatihan Sehat Mandiri Dengan Pendekatan Holistic Healing"
Post a Comment