Akibat artikel The Epoch Times, muncul artikel-artikel yang menanggapi fenomena kemanusiaan yang aneh – memperdagangkan organ tubuh manusia, bayi, janin, dan embrio yang diawetkan – yang sebagian di antaranya mengaitkan perusahaan plastination Premier Exhibition dengan Gu Kailai, istri mantan anggota Politbiro Bo Xilai yang tersingkir, yang diduga berperan penting dalam penyediaan jasad praktisi Falun Gong yang dieksekusi ke pabrik-pabrik yang didirikan di Kota Dalian untuk plastination atau pengawetan-penggantian cairan tubuh dengan polimer untuk tujuan mengubah mayat menjadi objek pameran.
Reaksi atas artikel-artikel yang menindak-lanjuti artikel The Epoch Times muncul dari perusahaan plastination, Premier Exhibition, yang pernah berurusan dengan Kantor Kejaksaan New York pada Mei 2008 saat memamerkan organ tubuh, bayi, janin dan embrio yang diawetkan. Dalam disclaimer atau sangkalannya, Premier Exhibition menyatakan: "Pameran ini menampilkan jasad manusia warga negara atau warga China, yang awalnya diterima oleh Biro Polisi China. Sehubungan dengan itu, organ tubuh manusia, janin dan embrio yang dipamerkan, Premier Exhibition hanya mengandalkan representasi mitra dari China. Premier tidak dapat secara independen memverifikasi bahwa mereka yang dipamerkan itu tidak termasuk orang yang dieksekusi ketika di penjara China."
Berbeda dengan disclaimer atau sangkalan Premier Exhibition, perusahaan plastination, Body Worlds, tidak mengeluarkan disclaimer atau sangkalan. Body Worlds hanya mengatakan dalam situsnya bahwa tubuh yang dipajang dalam pameran disumbangkan oleh "orang-orang yang menyatakan selama hidup mereka bahwa tubuh mereka harus dibiarkan utuh setelah kematian mereka untuk kualifikasi petugas instruksi dan dokter ."
Alasan Body Worlds tidak menghentikan orang untuk mencari tahu asal-usul mayat manusia, bayi, janin, embrio, dan organ tubuh mayat yang dipamerkan itu. Para netizen dan pers terus memburu penjelasan dari Body World, perusahaan plastination yang didirikan oleh Gunther von Hagens, orang Jerman yang diduga pendukung Neo-Nazi tentang asal usul mayat yang ia gunakan untuk plastination.
Dalam pengantar laporan empat halaman investigasi pada 16 Agustus, China Finance Online bertanya, "Dari dunia mana mayat asli Gunther von Hagens berasal? Mengapa Dalian meng-otorisasi ini sebagai perusahaan baru berteknologi tinggi? Apa keuntungan dan kepentingan di balik rantai kebohongan mengerikan dalam pameran mayat ini?"
Dalam sebuah wawancara Gunther von Hagens membuat perbedaan antara tubuh yang digunakan oleh perusahaannya untuk pameran dan tubuh yang digunakan untuk penelitian. Untuk penelitian, ungkap von Hagens, ia di masa lalu mengaku telah menggunakan tubuh warga yang tidak diambil di bawah hukum China, polisi bebas untuk membuang berdasar kebijaksanaan mereka.
China Finance Online setelah mengajukan pertanyaan tentang kepentingan dan keuntungan di belakang bisnis mayat yang diawetkan di Dalian, tidak menyebutkan apa yang telah The Epoch Times temukan berupa peranan penting Gu Kailai dan Bo Xilai. China Finance Online menyatakan bahwa Bo Xilai, sebagai kepala Partai Komunis di Kota Dalian kemudian Gubernur Provinsi Liaoning, telah memperluas penjara dan kamp kerja paksa di Kota Dalian dan Provinsi Liaoning, dan kemudian mengisinya dengan aktivis Falun Gong yang pergi ke Beijing untuk memprotes penindasan rezim. Bo Xilai secara pribadi menyetujui pembangunan pabrik plastination milik Gunther Von Hagens di Dalian. Sementara Gu Kailai bekerja dengan warga Inggris Neil Heywood sebagai asisten terpercaya, melihat potensi untuk membuat keuntungan dari para aktivis yang dipenjara.
Perdagangan mayat manusia, bayi, janin, embrio yang diawetkan belakangan telah berkembang di Asia Tenggara ketika usaha-usaha penyelundupan mayat diungkap oleh pihak berwajib di Thailand. Meski pihak imigrasi menggagalkan penyelundupan mayat-mayat bayi yang dilakukan warga Amerika Serikat, namun di negeri gajah putih itu perdagangan mayat bayi masih dilakukan warga untuk kepentingan ilmu hitam. Di Indonesia sendiri tengara perdagangan mayat manusia, bayi, janin, embrio, dan organ tubuh sudah mengemuka meski dilatari unsur penelitian dan pendidikan di berbagai laboratorium. Namun bukan hal mustahil terdapat unsur kepentingan bisnis dan kepentingan lain di balik perdagangan mayat yang diawetkan, sehingga diperlukan kewaspadaan bagi warga masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya dengan berbagai kemungkinan buruknya termasuk kemungkinan dibunuh dan diawetkan untuk diperdagangkan sebagai komoditas.
Posted by Agus Sunyoto
You have read this article Budaya
with the title Humanomic Manusia Diperdagangkan Sebagai Komoditas. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2015/01/humanomic-manusia-diperdagangkan_12.html. Thanks!
No comment for "Humanomic Manusia Diperdagangkan Sebagai Komoditas"
Post a Comment