Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Khotbah Al-Asybah Amirul Mu'minin Ali ibn Abi Thalib

Dari Ali Bin Abi Thalib ra: Khotbah Tengkorak dan Keesaan Allah
            Khotbah  ini dikenal sebagai Khotbah Tengkorak (Khotbah al-Asybāh), dan salah satu yang berkedudukan tertinggi di antara khotbah-khotbah Amirul Mukminin. Mas'adah ibn Shadaqah meriwayatkan dari Imam Ja'far ibn Muhammad ash-Shadiq a.s. seraya mengatakan, "Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini dari mimbar (mesjid) Kufah ketika seseorang bertanya kepadanya, 'Hai, Amirul Mukminin, gambarkanlah Allah bagi kami sedemikian rupa sehingga kami dapat membayangkan bahwa kami melihat Dia dengan mata sehingga cinta dan pengetahuan kami mengenai Dia dapat bertambah. Amirul Mukminin marah karena (permintaan si penanya) itu dan memerintahkan kaum Muslim berkumpul di Mesjid. Demikian banyak muslimin berkumpul di Mesjid sehingga tempat itu penuh sesak. Amirul Mukminin naik ke mimbar sementara ia masih dalam keadaan marah dan ronanya berubah. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya serta memohon salawat-Nya atas Nabi, ia berkata:



Gambaran tentang Allah
                  Segala puji bagi Allah yang penolakan untuk memberikan dan kepelitan tidak menjadikan kaya, dan kemurahan dan kedermawanan tidakmenjadikan miskin, walaupun setiap orang yang menyerahkan akan kehilangan (sebanyak yang diberikan), kecuali Dia, dan walaupun setiap orang kikir disalahkan karena kekikirannya. la menolong melalui nikmat yang bermanfaat dan pemberian yang melimpah, dan anugerah. Semua ciptaan bergantung kepada-Nya (dalam rezeki). la telah menjamin kehidupan mereka dan telah mengatur rezeki mereka. la telah menyediakan jalan bagi orang-orang yang berpaling kepada-Nya dan orang-orang yang mencari apa yang ada pada-Nya. la sama pemurah tentang apa yang diminta dari-Nya maupun tentang apa yang tidak diminta pada-Nya. la yang Awal yang bagi-Nya tiada 'sebelum', sehingga mustahil ada apa pun sebelum-Nya. la yang Akhir yang tidak ada 'sesudah' sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. la mencegah bola mata dari memandang atau melihat-Nya. Waktu tidak berubah bagi-Nya,sehingga mustahil mengakui suatu perubahan keadaan mengenai Dia. la tidak berada di suatu tempat sehingga mustahil ia berpindah (dari satu tempat ke tempat yang lain).
               Apabila Dia memberikan semua yang dimuntahkan tambang-tambang di bukit-bukit, atau emas, perak, mutiara, dan potongan-potongan karang yang dimuntahkan kerang di lautan, hal itu, akan mempengaruhi kemurahan-Nya, tidak pula akan mengurangi jumlah yang la miliki. (Sesungguhnya) la masih mempunyai khazanah nikmat berkelimpahan yang tak akan berkurang dengan permintaan hamba-hamba-Nya, karena lalah Wujud Yang Pemurah; (Diaj permintaan para peminta tidak memiskinkan dan tidak pula ketekunan para pemohon membuat (Dia) menjadi kikir.

Sifat-sifat Allah seperti Digambarkan Al-Qur'an
             Maka lihatlah, wahai penanya, bataskanlah diri pada sifat-sifat-Nya yang telah digambarkan Al-Qur'an dan carilah cahaya dari sinar petunjuk-nya. Tinggalkan kepada Allah pengetahuan yang telah didesakkan setan untuk Anda cari, yang tidak disuruh Al-Qur'an untuk Anda cari, dan tidak ada pula jejaknya dalam perbuatan atau ucapan Nabi SAW dan para pemimpin (imam) petunjuk lainnya. Ini batas ujung hak Allah atas Anda. Ketahuilah bahwa orang-orang yang bersiteguh dalam ilmu adalah orang-orang yang menahan diri dari membuka tirai-tirai yang mendustakan yang gaib, dan pengakuan mereka akan ketidaktahuan tentang detail-detail dari hal-hal gaib yang tersembunyi mencegah mereka dari meraba-raba lebih jauh. Allah memuji mereka karena pengakuan mereka bahwa mereka tak mampu mendapatkan pengetahuan yang tidak diperkenankan kepada mereka. Mereka tidak mendalami pembahasan atas apa yang tidak disuruh kepada mereka tentang mengenal Dia dan mereka menamakannya keteguhan. Puaslah dengan ini dan janganlah membatasi Kebesaran Allah menurut ukuran akal Anda sendiri, agar Anda tidak termasuk orang yang dibinasakan.
                   Dia Mahakuasa, sehingga bilamana khayalan menembakkan panahnya untuk memahami ujung kekuasaan-Nya, dan pikiran, dengan membebaskan diri dari bahaya-bahaya pemikiran jahat, berusaha mendapatkan-Nya dalam kedalaman kerajaan-Nya, dan hati berhasrat untuk menangkap hakikat dari sifat-sifat-Nya, dan lowongan akal menembus ke balik penggambaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang wujud-Nya, menyeberangi lubang gelap perangkap kegaiban dan memusatkan kepada-Nya, maka la akan mengembalikan mereka. Mereka akan kembali dengan kekalahan dengan mengakui bahwa hakikat pengetahuan-Nya tidak dapat dipahami oleh usaha-usaha serampangan semacam itu, tak dapat pula setitik pun kemuliaan dari kehormatan-Nya memasuki pengertian para pemikir.

Tentang Ciptaan Allah
                    Dia mengawali penciptaan tanpa suatu contoh yang mungkin diikuti-Nya, dan tanpa suatu contoh yang disediakan oleh suatu pencipta yang diketahui yang ada sebelum-Nya. la menunjukkan kepada kita kerajaan dari kekuasaan-Nya, dan hal-hal menakjubkan yang berbicara tentang kebijaksanaan-Nya. Pengakuan dari hal-hal yang diciptakan bahwa wujud mereka adalah karena Dia, menyadarkan kita bahwa argumen telah disediakan tentang mengenal Dia (sehingga tak ada alasan untuk menentang-nya). Tanda-tanda kekuasaan penciptaan-Nya dan panji kebijaksanaan-Nya tersedia pada hal-hal menakjubkan yang la ciptakan. Segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya adalah hujah yang membenarkan-Nya dan petunjuk menuju kepada-Nya. Bahkan benda yang membungkam seakan-akan berkata, dan petunjuknya kepada Pencipta adalah jelas.
                Saya bersaksi bahwa orang yang menyerupakan Engkau dengan keterpisahan anggota-anggota badan, atau dengan memadukan ujung-ujung jasadnya, tidaklah mengenalkan batinnya dengan pengetahuan tentang Engkau, dan hatinya tidak mendapat keyakinan bahwa tiada serikat bagi-Mu. Seakan-akan ia belum mendengar para pengikut (yang salah) yang raenyangkali dewa-dewa mereka dengan mengatakan, "Demi Allah, sungguh kita dahulu dalam kesesatan yang nyata, karena kita mernpersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam" (QS. 26:97-98) Salahlah mereka yang menyerupakan Engkau dengan berhala-berhala mereka, dan membusanai-Mu dengan busana para makhluk dengan khayalan mereka, menyifatkan kepada-Mu bagian-bagian badan dengan pikiran mereka sendiri, dan memandang Engkau seperti makhluk-makhluk berbagai jenis, melalui pekerjaan akalnya. Saya bersaksi bahwa barangsiapa menyamakan Engkau dengan apa pun dari antara cipataan-Mu (maka ia) mengambil saingan bagi-Mu, dan barangsiapa mengambil saingan bagi-Mu adalah kafir, sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam ayat-ayat-Mu yang tak meragukan dan yang ditunjukkan oleh tanda dari hujah-hujah-Mu yang jelas. (Saya pun bersaksi bahwa) Engkau Allah yang tak dapat dibataskan dalam (belenggu) pikiran sehingga mengakui perubahan keadaan dengan memasuki khayalannya, tidak pula dalam belenggu akal sehingga menjadi berbatas dan (menjadi) obyek perubahan.

Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Kesempurnaan Terbesar dalam Ciptaan Allah
                Dia telah menetapkan batas-batas atas segala sesuatu yang la ciptakan dan telah mengukuhkan batas-batas itu, dan la telah menetapkan bekerjanya, dan membuat bekerjanya halus. la telah menetapkan arahnya dan (arah) itu tidak melanggar batas-batas kedudukannya, tidak pula kekurangan untuk mencapai akhir tujuannya. la tidak membangkang bilamana diperintahkan untuk bergerak atas kehendak-Nya; dan betapa mungkin ia membangkang padahal segala sesuatu diperintah oleh kehendak-Nya. la pembuat aneka ragam hal tanpa menggunakan khayalan, tanpa dorongan gerak hati, yang tersembunyi pada-Nya, tanpa (penggunaan) suatu eksperimen yang diambil dari pasang surutnya waktu, dan tanpa suatu mitra yang dapat membantu-Nya dalam menciptakan hal-hal yang menakjubkan.
               Demikianlah penciptaan disempurnakan dengan perintah-Nya, dan ciptaan itu tunduk dengan taat kepada-Nya dan menjawab seruan-Nya. Kemalasan seorang pemalas atau keengganan seorang pencari dalih tidak menghalanginya dari berbuat demikian. Demikianlah la meluruskan lekukan-lekukan dan menetapkan batas-batasnya. Dengan kekuasaan-Nya la menciptakan hubungan dalam bagian-bagiannya yang saling bertentang-an dan memadukan faktor-faktor kesamaan. Kemudian la memisahkan mereka dalam aneka ragam yang berbeda dalam batas-batas, jumlah, sifat dan bentuk. Semua ini adalah ciptaan baru. la mengukuhkannya dan mem-bentuknya menurut kehendak-Nya dan mengadakannya.

Bagian dari Khotbah yang Sama Mengandung Gambaran tentang Langit

                Dia mengatur rendah dan tingginya rongga-rongga langit. la menggabungkan luas dan patahan-patahannya dan memadukannya bersama-sama. la memudahkan pendekatan kepada ketinggiannya bagi mereka (malaikat) yang turun dengan (membawa) perintah-Nya dan mereka (malaikat) yang naik dengan amal perbuatan makhluk-makhluk. la memanggilnya ketika masih (dalam bentuk) kabut. Serentak hubungan sendi-sendinya berpadu. Kemudian Allah membuka pintu yang tertutup dan menempatkan para penjaga meteor pada rongga-rongganya, dan menahannya dengan tangan-Nya (kekuasaan-Nya) agar tak jatuh dalam keluasan udara.
                    Dia memerintahkannya supaya tetap diam menaati perintah-perintah-Nya. la menjadikan mataharinya (sebagai) pertanda bagi cerah harinya, dan bulan sebagai pertanda bagi gelap malamnya. Kemudian la menggerakkannya pada orbit-orbitnya dan mengatur kecepatan gerakannya dalam tahap-tahap dari jalan-jalannya untuk membedakan dengan bantuannya antara malam dan siang, dan supaya perhitungan tahun dapat diketahui dengan gerakan-gerakannya yang tetap. Kemudian la menggantungkan dalam kekuasaannya langit dan memasang padanya hiasannya yang terdiri dari permata-permata terang dan bintang-bintang yang laksana lampu. la menembakkan pada para pendengar sembunyi-sembunyi panah-panah meteor yang terang. la menggerakkannya pada jalannya dan menjadikannya bintang-bintang tetap, bintang-bintang bergerak, bintang-bintang yang menurun, bintang-bintang tak menyenangkan dan bintang-bintang mujur.

Bagian dari Khotbah yang Sama Berisi Gambaran tentang Malaikat

             Kemudian Allah Yang Mahasuci menciptakan untuk menghuni langit-Nya dan menghunikan lapisan yang tinggi dari kerajaan-Nya makhluk-makhluk-Nya yang (jenis) baru, yaitu para malaikat. Dengan malaikat itu la mengisi lubang dari rongga-rongganya dan menghunikan mereka pada keluasan lingkungannya. Di antara lubang-lubang dari rongga-rongga ini menggema suara-suara malaikat yang menyucikan-Nya dalam lingkungan kemuliaan, (di balikj tabir-tabir persembunyian dan dalam tabir keagungan-Nya. Dan di balik gema-gema yang memekakkan telinga ini ada sinar cahaya yang menantang mendekatnya penglihatan kepadanya, dan karenanya penglihatan tertahan, kecewa atas keterbatasannya.
               Dia menciptakannya dalam berbagai bentuk dan dengan ciri-ciri yang beragam. Mereka bersayap. Mereka menyucikan keagungan dari kebesaran-Nya. Mereka tidak mengaku-akui bagi dirinya sendiri keahlian-Nya yang terwujud dalam penciptaan. Tidak pula mereka mengaku telah menciptakan sesuatu di mana la tiada bandingnya. "Sebenarnya mereka itu adalah hamba-hamba yang dimuliakan; mereka itu tidak rnendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. " (QS. 21:26-27) la menjadikan mereka pengemban amanat dari wahyu-Nya dan mengirimkan mereka kepada nabi-nabi sebagai pemegang perintah dan larangan-Nya. la telah mengebalkan mereka terhadap goyangan keraguan. Maka tiada satu pun dari mereka tersesat dari jalan kehendak-Nya. la telah menolong mereka dengan bantuan dan telah meliputi hati mereka dengan kerendahan dan kedamaian. la telah membukakan bagi mereka pintu-pintu penyerahan kepada Kemuliaan-Nya. la telah menetapkan bagi mereka menara-menara terang sebagai tanda-tanda Keesaan-Nya. Beratnya dosa tidak membebani mereka, dan perputaran siang dan malam tidak meng-gerakkan mereka. Keraguan tidak menyerang dan memanah keteguhan iman mereka. Keragu-raguan tidak menyerang basis-basis keyakinan mereka. Percikan api kebencian tidak menyala di antara mereka. Ke-takjuban tidak memudarkan sekadar pengetahuan tentang Dia yang dimiliki hati mereka, atau kebesaran dan hebatnya keagungan-Nya yang menetap dalam dada mereka. Pikiran waswas tidak menyandar ke arah mereka untuk mempengaruhi khayalan mereka dengan kelalaian mereka sendiri.
            Di antara mereka ada yang dalam bentuk awan-awan berat, atau di puncak gunung-gunung tinggi, atau dalam kesuraman dari gelap yang menyergap. Dan ada yang kakinya telah menembus perbatasan-perbatasan bumi yang terendah. Kaki-kaki ini adalah seperti bendera putih yang me-nerobos ke dalam semesta angin yang luas. Di bawah mereka bertiup angin ringan yang menahan mereka hingga ke atas ujung-ujungnya yang terakhir.
           Kesibukan dalam menyembah-Nya telah membuat mereka tak peduli, dan kesungguhan iman mereka telah menjadi seperti penghubung antara mereka dengan pengetahuan mengenai Dia. Mereka menghasratkan dari Dia, tidak dari yang lain-lain. Mereka telah mengecap manisnya pengetahuan-Nya dan telah meminum dari cangkir cinta-Nya yang memuaskan. Akar-akar dari takwa kepada-Nya telah tertanam pada kedalaman hati mereka. Mereka telah membungkukkan punggung mereka yang lurus dengan menyembah-Nya. Lamanya munajat dan amat dekatnya mereka tidak menyingkirkan mereka dari tali takwa mereka.
             Mereka tidak berlaku sombong sampai menonjol-nonjolkan amal mereka. Kerendahan mereka di hadapan kemuliaan Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk memuliakan kebajikan mereka sendiri. Kelesuan tidak menimpa mereka sekalipun penderitaannya panjang. Kerinduan mereka (kepada-Nya) tidak berkurang sehingga mereka (tidak) berpaling dari harapan pada Pemelihara mereka. Ujung lidah mereka tidak mengering karena doa yang terus-menerus. Keterlibatan (dalam urusan lain) tidak mengenai mereka sampai menjadikan suara (nyaring) mereka kepada-Nya mejadi lemah. Bahu mereka tidak terkilir dalam sikap sembahyang. Mereka tidak menggerakkan leher mereka (ke sana sini) untuk kesenangan dalam melanggar perintah-Nya. Ketololan dari kelalaian tidak menentang tekad mereka untuk berusaha, dan tipu daya hawa nafsu tidak mengalahkan keberanian mereka.
              Mereka memandang Penguasa Mahligai sebagai simpanan untuk hari kebutuhan mereka. Karena cinta mereka (kepada-Nya), mereka berpaling kepada-Nya, sekalipun yang lain-lain berpaling kepada makhluk-makhluk. Mereka tidak mencapai batas akhir dari peribadatan kepada-Nya. Keinginan mereka yang penuh gairah untuk menyembah-Nya tidak memalingkan mereka kecuali ke sumber-sumber dari hati mereka sendiri, sumber-sumber yang tidak pernah kosong dari harapan dan takut kepada-Nya. Takwa tak peraah meninggalkan mereka sehingga mereka (tak) mungkin mengendur dalam usaha-usaha mereka, tidak pula coba-cobaan menjerat mereka sehingga mereka (tidak) mungkin lebih menyukai pencarian yang enteng ketimbang usaha (yang sungguh-sungguh).
               Mereka tidak memandang besarnya amal mereka di waktu lalu; sekiranya mereka telah memandangnya besar maka takut mereka (akan) sudah menghapus harapan-harapan di hati mereka. Mereka tidak berselisih (di antara sesama mereka) tentang Pemelihara mereka sebagai akibat kekuasaan iblis atas mereka. Buruknya perpisahan antara sesama tidak membubarkan mereka. Benci dan saling dengki tidak menguasai mereka. Jalan-jalan kegoyangan tidak memecah mereka. Perbedaan tingkat keberanian tidak menjadikan mereka terpecah. Demikianlah mereka, para pengabdi keimanan. Tiada kebengkokan (pikiran), tiada kelebihan-kelebihan, tiada kelambanan, tiada kelesuan memutuskan mereka dari talinya. Tiada titik yang paling kecil di langit melainkan ada malaikat bersujud (kepada Allah) atau (sibuk) dalam melaksanaan (perintah-perintah-Nya) dengan cepat. Dengan penyembahan yang lama pada Pemelihara mereka, mereka meningkatkan pengetahuan mereka, dan kemuliaan Pemelihara mereka ber-tambah dalam hati mereka.

Bagian dari Khotbah yang Sama Tentang Bumi dan Pembentangannya di Atas Air

                    Allah membentangkan bumi pada ombak-ombak yang membadai dan menggelora dan kedalaman laut-laut yang membengkak di mana ombak-ombak berbentrokan dengan sesamanya dan bergelombang tinggi saling melompati. Mereka mengeluarkan uap seperti unta betina pada saat birahinya. Maka gemuruh air yang memadai ditundukkan oleh bobot bumi; ketika bumi menekannya dengan dadanya, gejolak pancarannya mereda; dan bilamana bumi menggulung atasnya dengan tulang-tulang bahunya, air mereda dengan merendah. Maka setelah gelora dari gelombangnya ia menjadi jinak dan takluk, dan menjadi suatu tawanan yang patuh dalam belenggu kehinaannya, sementara bumi membentangkan diri dan menjadi padat dalam kedalaman airnya yang membadai. (Dengan cara ini) bumi mengakhiri kesombongan, takabur, kedudukan tinggi dan keunggulan air, dan memberangus keberanian dari alirannya. Akibatnya, ia berhenti dari mengalirnya yang membadai dan mereda setelah bergelombang.
              Ketika kegelisahan air mereda di bawah sisi bumi, dan di bawah bobot gunung-gunung tinggi dan agung yang diletakkan pada bahunya, Allah mengalirkan tnata air dari puncak-puncaknya yang tinggi dan membagi-bagikannya melalui lapangan-lapangan dan tempat-tempat yang rendah, dan meredakan gerakan mereka dengan batu-batu yang tetap dan puncak-puncak gunung tinggi. Kemudian gemetarnya berhenti karena penembusan gunung-gunung dalam (berbagai) bagian permukaannya, dan karena mereka telah ditetapkan di tempat-tempat kedalamannya, dan berdirinya mereka pada lapangan-lapangannya. Lalu Allah menciptakan keluasan antara bumi dan langit, dan menyediakan angin yang bertiup untuk penghuninya. Kemudian la mengarahkan penghuni-penghuninya untuk menyebar ke seluruh tempat-tempat yang sesuai. Sesudah itu la tidak membiarkan jejak-jejak bumi yang gersang di mana bagian-bagian tinggi ketiadaan sumber air dan di mana sungai-sungai tak memperoleh jalannya, tetapi menciptakan awan yang mengambang yang menghidupkan tempat-tempat yang gersang dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
              Dia membuat awan yang besar dengan mengumpulkan semua awan, dan ketika air terkumpul di dalamnya dan kilat mulai berpijar pada sisi-sisinya dan pijar-pijar itu berlanjut di bawah awan-awan yang berat, la menurunkan hujan lebat. Awan bergantung ke arah bumi dan angin selatan memerahnya hingga mencurahkan airnya seperti unta betina membungkuk untuk diperahi. Ketika awan tunduk ke bumi dan menyerahkan semua air yang dibawanya, Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di tanah datar, dan semak belukar di bukit-bukit kering. Sebagai hasilnya, bumi merasa senang dihiasi dengan kebun-kebunnya dan mengagumi busananya dari tumbuhan lembut dan hiasan-hiasan kembangnya. Allah menjadikan semua ini sarana rezeki bagi manusia, dan makanan bagi hewan. la telah membuka jalan-jalan raya dalam keluasaannya dan telah menegakkan menara-menara (petunjuk) bagi orang-orang yang melangkah pada jalan-jalan rayanya.

Tentang Penciptaan Manusia dan Pengutusan Nabi
           Ketika Dia telah membentangkan bumi dan menetapkan perintah-perintah-Nya, la memilih Adam a.s. sebagai yang terbaik dalam ciptaan-Nya dan menjadikannya manusia-Nya yang pertama. la menghunikannya di surga dan mengatur makanannya di sana, dan juga menunjukkan apa-apa yang dilarang-Nya. la mengatakan kepadanya bahwa menuju ke situ berarti melanggar perintah-Nya dan membahayakan kedudukannya sendiri. Tetapi, Adam melakukan apa yang dilarang baginya, sebagaimana telah diketahui Allah sebelumnya. Akibatnya, Allah menurunkannya setelah fmenerima) taubatnya, untuk (menghuni) bumi-Nya dengan keturunannya, dan menjadi bukti dan hujah bagi-Nya di antara makhluk-makhluk-Nya.
              Dia mengatur rezeki dengan kelimpahan dan kekurangan. la membagi-bagikannya secara sempit maupun melimpah. la melakukannya dengan adil untuk menguji barangsiapa yang la kehendaki, dengan kemakmuran atau dengan kekurangan, dan melalui itu la menguji rasa syukur dan ketabahan orang kaya dan orang miskin. Kemudian la memasangkan kelimpahan dengan susahnya kemiskinan, keamanan dengan kepedihan, bencana dan kesenangan, nikmat dengan pahitnya kesedihan. la menciptakan masa-masa yang tetap dan menjadikannya panjang atau singkat dan lebih awal atau akhir, dan mengakhirinya dengan kematian. la membuat maut mampu menarik tali usia dan memotongnya hingga putus.
           Dia mengetahui rahasia-rahasia orang yang menyembunyikannya, rahasia percakapan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya, dalam perasaan batin orang-orang yang terlibat menurutkan dugaan-dugaan, kepastian-kepastian yang mapan, kerdipan mata, kandungan batin dan kedalaman-kedalaman gaib. la juga mengetahui apa yang hanya dapat didengar oleh lubang-lubang telinga yang membungkuk, kediaman semut di musim panas dan kediaman serangga di musim dingin, gema ratapan perempuan yang meratap dan bunyi langkah-langkah. la juga mengetahui tempat-tempat di kedalaman-kedalaman pelepah daun di mana buah tumbuh, tempat persembunyian hewan, yaitu gua-gua di gunung-gunung dan lembah, lubang persembunyian nyamuk di batang-batang pohon dan rerumputannya, titik berkuncupnya daun di cabang-cabang, titik menetesnya mani melalui jalur-jalur sulbi, awan-awan kecil yang naik dan awan-awan amat besar, tetesan hujan dalam awan-awan tebal, zarah-zarah debu yang ditaburkan oleh topan melalui baju mereka, gari-garis yang dihapus oleh banjir hujan, gerakan-gerakan serangga dan bukit pasir, sarang makhluk-makhluk bersayap pada tebing-tebing gunung dan nyanyian oleh burung-burung berkicau dalam kegelapan tempat-tempat mengeramnya.
            Dan Dia tahu segala sesuatu yang telah disimpan oleh kerang mutiara dan tertutup di bawah ombak samudra, semua yang tersembunyi di bawah kegelapan malam dan semua yang disinari cahaya siang, gerak semua lidah, kediaman setiap makhluk hidup, bobot setiap zarah, sedu sedan setiap hati yang bersedu, dan segala sesuatu di bumi, seperti buah pohon atau daun yang jatuh, atau tempat mengendapnya mani, atau membekunya darah atau gumpalan darah dan perkembangan hidup janin.
            Atas semua itu la tidak mendapat kesulitan, dan tak ada halangan merintangi-Nya dalam pemeliharaan apa yang la ciptakan, dan tak ada pula kelesuan atau kesedihan menghalangi-Nya dari menetapkan perintah dan mengurus makhluk-makhluk, pengetahuan-Nya menembusi mereka, dan mereka termasuk dalam perhitungan-Nya. Keadilan-Nya meliputi mereka semua, dan kemurahan-Nya meliputi mereka, sekalipun mereka tak memenuhi apa yamg menjadi hak-Nya.
                                                                            ***
            Ya Allah, Tuhanku, patut bagi-Mu gambaran yang bagus dan penghormatan yang tertinggi. Apabila hasrat diarahkan kepada-Mu, Engkau adalah yang terbaik untuk dihasrati. Apabila harapan diletakkan kepada-Mu, Engkau adalah yang termulia untuk diharapi. Ya Allah, Tuhanku, Engkau telah menganugerahi hamba kekuatan sehingga hamba tidak memuja siapa pun selain Engkau, dan hamba tidak memuji siapa pun selain Engkau. Hamba tidak mengarahkan pujian hamba kepada yang lain, yang merupakan sumber-sumber kekecewaan dan pusat-pusat keraguan. Engkau telah menjauhkan lidah hamba dari memuji manusia dan memuji makhluk-makhluk yang diciptakan dan dipelihara. Ya Tuhanku, setiap pemuji mempunyai hak akan ganjaran dan imbalan pada siapa yang dipujinya. Sesungguhnya hamba telah berpaling kepada-Mu dengan mata hamba pada perbendaharaan rahmat-Mu dan khazanah keampunan.
                Ya Tuhanku, di sini berdiri orang telah mengesakan Engkau dengan keesaan yang menjadi hak-Mu, dan yang tidak memandang siapa pun yang patut akan pujian dan pujaan ini selain Engkau. Keinginan hamba kepada-Mu adalah sedemikian sehingga tiada selain kemurahan-Mu yang dapat memenuhi kekurangannya, dan tidak ada yang memberikan kebutuhannya kecuali kekusaan dan kemurahan-Mu. Maka karuniakanlah kami di tempat ini kehendak-Mu dan bebaskan kami dari menadahkan tangan pada siapa pun selain Engkau. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 68:8) •

Tentang Keesaan Allah.
             Barangsiapa mengaitkan pada-Nya (berbagai) kondisi, ia tidak mempercayai keesaan-Nya; demikian pula, orang yeng menyerupakan Dia tidak memegang hakikat-Nya. Orang yang menggambarkan-Nya tidak menyatakan-Nya. Orang yang menunjuk kepada-Nya dan mengkhayalkan-Nya tidak memaksudkan-Nya. Segala sesuatu yang diketahui melaluinya sendiri telah diciptakan, dan segala sesuatu yang berada karena adanya sesuatu yang lain adalah efek (dari suatu sebab). la bekerja tetapi tidak dengan bantuan alat. la menetapkan ukuran tetapi tidak dengan kegiatan berpikir. la kaya tetapi bukan dengan memperoleh.
               Waktu tidak bersama Dia, dan alat-alat tidak menolong-Nya. Wujud-Nya mendahului waktu. Keberadaan-Nya tidak mendahului tak-beradanya, dan azali-Nya mendahului permulaan. Dari penciptaan-Nya atas indera diketahui bahwa la tidak berindera. Dengan pertentangan dalam berbagai hal diketahui bahwa ia tidak mempunyai pertentangan, dan dengan persamaan di antara hal-hal, diketahui bahwa tak ada sesuatu yang menyamai-Nya. la membuat terang sebagai lawan gelap, cerah sebagai lawan suram, kering sebagai lawan basah, dan panas sebagai lawan dingin. la menimbulkan kasih sayang di antara hal-hal yang bermusuhan.
                Dia memadukan berbagai hal, mendekatkan hal-hal yang jauh, dan memisahkan hal-hal yang tergabung. la tidak terbatas oleh batas-batas, tidak terhitung dengan jumlah. Bagian-bagian material dapat mengelilingi hal-hal yang sejenisnya, dan anggota dapat menunjukkan hal-hal yang serupa dengan dirinya sendiri. Kata mundzu (yakni sejak) menyangkali (sifat) qadim-Nya, kata qad (yang menunjukkan kedekatan waktu kejadian) menyangkali keazalian-Nya, dan kata laulâ (apabila tidak) menjauhkannya dari kesempurnaan.
              Melalui mereka Pencipta menyatakan Diri-Nya kepada akal, dan melaluinya la dijaga dari penglihatan mata. Diam dan gerak tak terjadi pada-Nya; dan bagaimana mungkin hal itu terjadi pada-Nya padahal la Sendiri yang menyebabkan terjadinya, dan bagaimana mungkin terbalik kepada-Nya sesuatu yang Dia penciptanya pertama kalinya, dan bagaimana mungkin muncul pada-Nya sesuatu yang mula-mula la munculkan. Apabila tidak demikian maka Diri-Nya akan menjadi subyek keanekaragaman, Wujud-Nya akan menjadi dapat dibagi-bagi (menjadi bagian-bagian), dan realitas-Nya akan tercegah dari hakikat Abadi. Apabila ada depan bagi-Nya maka akan ada belakang juga bagi-Nya. la akan memerlukan penyempurnaan apabila kekurangan menimpa-Nya. Dalam hal itu tanda-tanda tentang ciptaan akan muncul pada-Nya, dan Dia akan menjadi suatu tanda (yang menjurus kepada obyek lain) ketimbang tanda-tanda yang menjurus kepada-Nya. Melalui kekuasaan dari kesuciannya (dari keadaan terpengaruh), la jauh dari terpengaruh oleh hal-hal yang mempengaruhi yang lain-lain.
                  Dia adalah yang tak berubah atau lenyap. Proses pembagian menjadi bagian-bagian) tak patut bagi-Nya. la tak melahirkan apa pun sehingga la tak dapat dipandang sebagai telah dilahirkan. la tidak dilahirkan; apabila demikian maka la akan terisi dalam batas-batas. la terlalu tinggi untuk mempunyai putra. la terlalu suci untuk menyentuh wanita. Khayalan tak dapat menjangkau-Nya sehingga memberikan kuantitas pada-Nya. Pengertian tak dapat memikirkan-Nya untuk memberikan bentuk pada-Nya. Indera tidak menangkapnya untuk meraba-Nya. Tangan tak dapat menyentuh-Nya untuk menggosok-Nya. la tidak berubah ke dalam keadaan bagaimanapun. la tidak melintas dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Malam dan siang tidak menjadikan-Nya tua. Terang dan gelap tidak mengubah-Nya.
             Tidak dapat dikatakan bahwa la mempunyai batas atau ujung, atau akhir atau kesudahan; tidak pula sesuatu mengendalikan-Nya sehingga meninggikan atau merendahkan-Nya, tidak pula sesuatu membawa-Nya sehingga membungkukkan-Nya atau membuat-Nya tetap tegak. la tidak di dalam sesuatu dan tidak pula di luarnya. la menyampaikan kabar, tetapi bukan dengan lidah atau bunyi. la mendengarkan, tetapi bukan dengan lubang telinga atau organ pendengaran. la berkata-kata tetapi tidak dengan mengeluarkan kata-kata. la mengingat tetapi tidak menghapal. la bertekad tetapi tidak dengan menggunakan akal-Nya. la mencintai dan membenarkan tanpa sesuatu perasaan (hati). la membenci dan merasa marah tanpa menderita. Bilamana la hendak menciptakan sesuatu, la berkata, "Jadilah!" maka jadi, tetapi tidak melalui suara yang mengenai (telinga) seruan itu didengar. Bicara-Nya adalah suatu tindakan ciptaan-Nya. Yang serupa dengan-Nya tak pernah ada. Apabila hal itu kekal, ia akan merupakan tuhan yang kedua.
              Tidak dapat dikatakan bahwa la menjadi ada setelah (dahulunya) la tidak berada, karena apabila demikian maka sifat-sifat sesuatu yang diciptakan akan dipasangkan kepada-Nya dan tak akan ada lagi perbedaan antara mereka dengan Dia, dan la tak akan mempunyai perbedaan dari mereka. Maka Pencipta dan ciptaan akan menjadi sama, dan pemulai dan yang dimulai akan berada pada tingkat yang sama. la menciptakan (seluruh) ciptaan tanpa sesuatu contoh yang dibuat oleh seseorang lain, dan la tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun dari ciptaan-Nya untuk menciptakannya.
              Dia menciptakan bumi dan menggantungkannya tanpa kesibukan, menahannya tanpa topangan, membuatnya berdiri tanpa kaki, meninggikannya tanpa tiang, melindunginya dari keadaan membungkuk dan melengkung, dan mempertahankannya dari keambrukan dan keterpecahan (menjadi bagian-bagian). la menetapkan gunung-gunung di atasnya seperti tunggul-tunggul, memadatkan batu-batunya, menyebabkan sungai-sungainya mengalir, dan membuka lembahnya lebar-lebar. Apa saja yang dibuat-Nya tidak bercacat, dan apa saja yang dikuatkan-Nya tidak menunjukkan sesuatu kelemahan.
             Dia mewujudkan Diri-Nya atas bumi dengan wewenang dan kebesaran-Nya. la tahu akan bagian dalamnya melalui pengetahuan dan pengertian-Nya. la mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu di bumi karena kemuliaan dan martabat-Nya. Tak ada sesuatu dari bumi yang la mintai akan menentang-Nya, tidak pula ia melawan-Nya sehingga mengalahkan-Nya. Tak ada makhluk yang berkaki cepat dapat melarikan diri dari Dia sampaj mengatasi-Nya. la tidak memerlukan (sesuatu pada) seseorang yang mempunyai supaya ia memberi makan kepada-Nya. Segala sesuatu tunduk kepada-Nya dan merendah di hadapan kebesaran-Nya. Mereka tak dapat melarikan diri dari wewenang-Nya kepada sesuatu lainnya untuk me-luputkan diri dari kebaikan-Nya atau bahaya-Nya. Tak ada kesetaraan bagi-Nya yang dapat menandingi-Nya dan tak ada sesuatu seperti Dia untuk menyamai-Nya.
           Dia akan menghancurkan bumi setelah keberadaannya sehingga semua yang berada di atasnya akan menjadi tak-ada. Tetapi lenyapnya dunia setelah penciptaannya tidaklah lebih aneh dari pembentukan dan pengadaannya yang pertama. Bagaimana mungkin? Sekalipun semua hewan bumi, burung atau hewan buas, ternak yang di kandang atau yang merumput di padang, dari berbagai asal dan jenis, orang bodoh dan manusia arif—semuanya sama-sama bergabung—berusaha untuk menciptakan (sekalipun hanya) seekor nyamuk, mereka tidak akan mampu menjadikannya dan tidak mengetahui bagaimana cara penciptaannya. Pikiran mereka dibingungkan dan takjub. Kekuatan mereka kurang dan gagal, dan kembali dengan kecewa dan letih, mengetahui bahwa mereka dikalahkan dan mengakui ketidakmampuan mereka untuk mengadakannya, juga menyadari bahwa mereka terlalu lemah (sekalipun hanya) untuk menghancurkannya.
       Sesungguhnya, setelah lenyapnya dunia, Allah Yang Mahasuci akan tinggal sendirian dengan tiada sesuatu lainnya selain Dia. la akan, setelah lenyapnya dunia, sebagaimana la sebelum dunia diadakan: tanpa waktu atau tempat atau saat atau masa. Pada saat itu masa dan waktu tidak akan berada, dan tahun dan jam akan lenyap. Tak akan ada apa pun selain Allah, Yang Esa, Yang Mahakuasa. Kepada-Nya kembalinya segala urusan. Ciptaan awalnya tidak dalam kuasanya; dan pencegahan atas kemusnahannya (juga) tidak berada dalam kuasanya. Apabila ia mempunyai kemampuan untuk mencegahnya, ia akan berada untuk selama-lamanya. Bilamana la membuat apa saja dari dunia, membuatnya itu tidak menimbulkan sesuatu kesulitan bagi-Nya, dan penciptaan apa pun yang la ciptakan dan la bentuk tidak melelahkan-Nya. la tidak menciptakannya untuk meninggikan wewenang-Nya, tidak pula karena takut akan kehilangan atau kerugian, bukan untuk mencari pertolongannya melawan musuh yang sangat kuat, bukan pula untuk menjaga terhadap sesuatu lawan yang hendak membalas dendam dengan pertolongannya, tidak pula untuk meluaskan wilayah kekuasaan-Nya dengan pertolongannya, tidak untuk menyombongkan (besarnya milik-Nya) terhadap seorang mitra, bukan pula karena la merasa sunyi dan berhasrat mencari teman.
              Kemudian, setelah penciptaannya, la akan menghancurkannya, tetapi bukan karena kecemasan telah menguasai-Nya dalam urusan dan pengaturannya, tidak pula demi sesuatu kesenangan yang akan bertambah pada-Nya, tidak pula karena sesuatu keberatan atas-Nya. Panjang usianya tidak meletihkan-Nya sampai mendorong-Nya kepada kehancurannya yang cepat. Tetapi Allah Yang Mahasuci telah memeliharanya dengan ramah, mempertahankannya tetap utuh dengan perintah-Nya dan menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya. Kemudian, setelah kehancurannya, la akan membangkitkannya kembali, tetapi bukan karena sesuatu keperluan-Nya sendiri kepadanya, bukan pula untuk mencari bantuan dari sesuatu darinya terhadapnya, tidak pula untuk mengubah dari kondisi kesepian kepada keadaan berteman, dari kondisi tak-tahu dan kebutaan kepada pengetahuan dan penelitian, tidak dari keadaan papa dan membutuhkan kepada keadaan cukup dan berkelimpahan, tidak pula dari keadaan hina kepada kehormatan dan martabat.    
You have read this article Agama with the title Khotbah Al-Asybah Amirul Mu'minin Ali ibn Abi Thalib. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/06/khotbah-al-asybah-amirul-mu-ali-ibn-abi.html. Thanks!

No comment for "Khotbah Al-Asybah Amirul Mu'minin Ali ibn Abi Thalib"

Post a Comment