Oleh: K Ng H Agus Sunyoto
. “Wuku Keduabelas: Kuningan, dipungut dari nama putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Raden Kuning alias Rake Indra Wijaya. Bagus rupanya dan berwibawa tetapi manis tutur katanya. Sangat hemat dan cenderung kikir. Suka menyendiri. Tertib dan teliti dalam pekerjaan. Dijauhi lingkungannya. Bertolak dari keberadaan Raden Kuning, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Kuningan akan cenderung memiliki watak seperti Raden Kuning alias Rake Indra Wijaya.”
“Wuku ketigabelas: Langkir, dipungut dari nama putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Langkir. Orangnya pemberani, emosional, sombong, agak nekad. Suka dengki. Tidak dapat menjadi pelindung. Ditakuti orang. Sering berkelahi dan kehilangan barang. Bertolak dari keberadaan Rakean Langkir, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Langkir akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Langkir.”
“Wuku keempatbelas: Mandasia, dipungut dari nama putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Mandasia. Pendiriannya kuat. Cepat marah. Cenderung pendendam. Hemat. Murah rejeki. Suka berderma kalau dipuji. Tidak rukun dengan saudara. Suka melindungi orang yang sedang kesusahan. Bertolak dari keberadaan Rakean Mandasia, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Mandasia akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Mandasia.”
“Wuku kelimabelas: Julungpujut, dipungut dari putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Raka i Julungpujut. Wajahnya rupawan. Suka bersolek. Keras hatinya. Tidak mau disaingi. Ramah. Disukai orang. Mudah mendapat kedudukan yang baik. Bertolak dari keberadaan Raka i Julungpujut, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Julungpujut akan cenderung memiliki watak seperti Raka i Julungpujut.”
“Wuku keenambelas: Pahang, dipungut dari nama putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Pahang. Banyak bicara bahkan cenderung membual. Cenderung menentang jika merasa benar. Jika mengkritik sangat tajam. Gampang curiga sehingga dalam bekerja sangat berhati-hati. Kadangkala memiliki rasa dengki. Dapat menjadi pelindung bagi orang yang sakit. Rela berjorban untuk orang lain. Bertolak dari keberadaan Rake Pahang, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Pahang akan cenderung memiliki watak seperti Rake Pahang.”
“Wuku ketujuhbelas: Kuruwelut, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Kuruwelut. Orangnya cerdas dan banyak akal. Berbudi luhur. Suka menolong. Jujur. Murah rejeki. Berwatak perwira tetapi kadang-kadang suka pamer dan jahil. Bertolak dari keberadaan Rakean Kuruwelut, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Kuruywelut akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Kuruwelut.”
“Wuku kedelapanbelas\: Marakeh, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Marakeh alias Rahyang Surenggana. Memiliki ingatan yang tajam. Berani menghadapi kesulitan. Ramah tamah dalam bergaul. Tidak suka bepergian jauh. Bahagia karena sabar menerima takdir. Pandai mensyukuri nikmat. Bertolak dari keberadaan Rake Marakeh, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Marakeh akan cenderung memiliki watak seperti Rake Marakeh.”
“Wuku kesembilanbelas: Tambir, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Tambir. Memiliki kewibawaan. Kuat pendirian tetapi cenderung angkuh. Hemat cenderung kikir. Memiliki sifat buruk munafik, tidak sesuai antara yang ditampakkan dengan yang disembunyikan. Bertolak dari keberadaan Rakean Tambir, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Tambir akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Tambir.”
“Wuku keduapuluh: Medhangkungan, dipungut dari nama putera Raka i Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Pelung alias Raka i Medhangkungan. Pikirannya baik dan pandai bicara. Disenangi orang-orang sekitar. Pandai mensyukuri anugerah yang diterima. Teguh pendirian tidak mudah goyah. Solider dan kuat rasa kebersamaannya. Hemat dan pandai mengatur keuangan. Suka menyendiri. Bertolak dari keberadaan Rakean Pelung alias Raka i Medhangkungan, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Medhangkungan akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Pelung alias Raka i Medhangkungan.”
“Wuku keduapuluhsatu:Maktal, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Maktal. Manis tutur katanya dan kuat pendirian serta setia sehingga disenangi atasan. Dapat menghadapi berbagai jenis pekerjaan dan menyelesaikannya dengan baik. Sedikit sombong sehingga suka menyendiri. Menjadi kaya karena jabatan yang dipegangnya. Bertolak dari keberadaan Rakea Maktal, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Maktal akan cenderung memiliki watak seperti Rake Maktal.”
“Wuku keduapuluh dua: Wuye, dipungut dari nama cucu Rakai Mataram Ratu Sanjaya, yaitu putera Raka i Panangkaran yang bernama Rakean Wuye alias Rakean Dangdangseta (Gagak Putih). Orang yang jujur dan berjiwa perwira. Cerdik dan tajam ingatannya. Perasaannya halus. Pembicaraannya memikat hati. Suka menolong orang kesusahan. Tetapi mudah putus asa. Mudah tertarik pada lawan jenis. Bertolak dari keberadaan Rakean Wuye, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Wuye akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Wuye alias Rakean Dangdangseta.”
“Wuku keduapuluh tiga: Manahil, dipungut dari nama Dewi Manahil, isteri Raka i Mataram Ratu Sanjaya. Rupawan wajahnya. Sifatnya pendiam. Lemah lembut perilakunya tetapi angkuh. Menilai diri terlalu tinggi. Pandai bergaul. Teliti tetapi cenderung sangat hati-hati dan curiga. Pendiriannya sering berubah-ubah. Hemat bahkan cenderung kikir. Apa yang dianggapnya baik yang dilakukannya acapkali mendatangkan bahaya. Sangat menghormati orang lain. Sedikit loba. Bertolak dari keberadaan Dewi Manahil, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Manahil akan cenderung memiliki watak seperti Dewi Manahil.”
“Wuku keduapuluh empat: Prangbakat, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Prangbakat. Wajah rupawan. Pendiam. Tinggi hati. Tajam pikiran dan sangat hati-hati, bahkan cenderung mudah curiga kepada orang lain. Sopan dan halus tutur katanya. Kuat budi tetapi sulit dikendalikan. Keras dan kaku hati. Semangat bekerja tinggi. Menyayangi miliknya. Suka diberi sesuatu. Berubah-ubah bicaranya. Perintah yang diberikan sering terasa baik tetapi menjadi beban di belakang. Agak pemalu. Jiwa mengabdi sangat t inggi. Bertolak dari keberadaan Rakean Prangbakat, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Prangbakat akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Prangbakat.”
“Wuku keduapuluh lima: Bala, dipungut dari nama Dewi Bala alias Dewi Sudiwara, puteri Narapati Dewasimha yang menjadi permaisuri Raka i Mataram Ratu Sanjaya. Wajahnya rupawan. Setia mengabdi tetapi hidup boros dan cenderung melakukan tindakan-tindakan dursila. Loba. Cerewet tetapi sangat ditakuti perintahnya. Suka pamer kekayaan. Hatinya keras. Semua keinginannya harus terpenuhi. Angkuh tetapi berwibawa. Tidak bisa menjadi tempat orang mencurahkan hati. Bertolak dari keberadaan Dewi Bala, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Bala akan cenderung memiliki watak seperti Dewi Bala.”
“Wuku keduapuluh enam: Wugu, dipungut dari nama Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Wugu alias Rakean Narasingha. Cerdik dan banyak akal. Hemat dan cenderung kikir. Senang hal-hal yang romantis tetapi mudah cemburu. Suka menyendiri. Bertolak dari keberadaan Rakean Wugu alias Rakean Narasingha, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Wugu akan cenderung memiliki watak seperti Rakean Wugu alias Rakean Narasingha.”
“Wuku keduapuluh tujuh: Wayang, dipungut dari nama Dewi Wayang, isteri Raka i Mataram Ratu Sanjaya. Rupawan wajahnya. Suka berhias. Lemah lembut perilakunya. Pemurah. Gampang iba melihat penderitaan orang lain. Pekerja keras. Jika memerintah selalu dengan cara yang manis. Suka menampakkan kebajikan. Dikasihi banyak orang. Disukai para bangsawan agung. Hemat. Cermat. Teliti. Perintah-perintahnya tampak mudah dijalankan tetapi sulit diwujudkan. Dapat menjadi penerang bagi orang yang kesusahan. Sifat buruknya, sangat sulit diperintah. Hatinya sering liar. Kecintaannya yang berlebihan pada sanak-keluarga sering membuatnya susah. Bertolak dari keberadaan Dewi Wayang, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Wayang akan cenderung memiliki watak seperti Dewi Wayang.”
“Wuku keduapuluh delapan: Kulawu, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rakean Kelawu alias Rakean Sadana. Wajah rupawan. Kuat dan teguh hati. Kokoh dalam prinsip. Baik budinya. Tabah dalam menghadapi kesulitan. Hatinya diliputi belas kasih. Pandai menyenangkan hati orang. Baik budi tetapi kalau marah-marah bicaranya kacau. Dermawan bahkan cenderung pemboros. Suka menolong. Kuat bekerja. Suka pada perempuan. Keinginannya tidak muluk-muluk. Bertolak dari keberadaan Rake Kulawu, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Kulawu akan cenderung memiliki watak seperti Rake Kulawu alias Rake Sadana.”
“Wuku keduapuluh sembilan: Dhukut, dipungut dari putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Dhukut. Berwatak perwira, keras pendirian. Cerdas, tidak muda curiga dan setia. Karena terlalu hati-hati terlihat seperti sombong. Hemat dan cenderung kikir. Selalu mensyukuri anugerah Tuhan. Disenangi orang. Bahagia di hari tua. Bertolak dari keberadaan Rake Dhukut, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Dhukut akan cenderung memiliki watak seperti Rake Dhukut.”
“Wuku ketigapuluh: Watugunung, dipungut dari nama putera Rakai Mataram Ratu Sanjaya yang bernama Rake Watugunung alias Rakai Panangkaran. Kalem perilakunya. Tajam penglihatannya. Cermat. Tangkas. Gagah. Pemberani. Keras hati dan banyak keinginan. Pandai berbicara dan banyak dicintai kawan-kawannya. Suka pada kebijaksanaan. Suka membantu orang. Dermawan. Tetapi sering sembrono dalam mengambil keputusan. Jika tersinggung menjadi marah dan bertengkar. Jika berselisih menghujat orang dengan kata-kata pedas dan menyakitkan. Tidak mau direndahkan. Tidak mau disaingi. Suka mencari-cari kesalahan orang lain. Suka membicarakan orang lain. Suka berhias. Pencemburu. Senang berjudi. Suka menyendiri. Gemar bersamadhi. Pikirannya banyak dicekam takhayul. Bertolak dari keberadaan Rake Watugunung alias Raka i Panangkaran, maka ditetapkan aturan dogmatika dalam sistem kalender Nusantara yang menyatakan bahwa siapa pun di antara manusia yang lahir bertepatan pada wuku Watugunung akan cenderung memiliki watak seperti Rake Watugunung alias Raka i Panangkaran.”
“Mohon maaf romo guru,” kata Raden Bramaga ingin tahu,”Apakah hubungan antara isteri-isteri, putera-putera dan cucu Rakai Mataram Ratu Sanjaya dalam wuku dengan perwatakan orang yang lahir pada wuku yang sama itu bersifat korelatif atau asumtif?
“Begini murid-murid yang budiman,” sahut Rakean Jambri memberi penjelasan,”Setiap pengetahuan yang dikembangkan manusia pasti memiliki asumsi-asumsi paradigmatik dan dogmatika serta doktrin bersifat aksiomatik. Itu juga berlaku bagi ilmu pengetahuan astronomi yang dikembangkan Rakai Mataram Ratu Sanjaya dalam sistem kalender Nusantara. Karena itu, untuk memahami sistem penanggalan Nusantara, ada prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi yang diyakini kebenarannya sebagai dogmatika, yaitu menguasai kerangka sistem yang berkaitan dengan : (1) baik dan buruknya wewaran (hari); (2) baik dan buruknya pawukuan (wuku); (3) baik dan buruknya penanggal (tanggal); (4) baik dan buruknya Sasi (bulan). Kerangka sistem itu dicatat sebagai kebenaran aksiomatik dalam 5 (lima) dalil utama: (1) wewaran halah dening pawukuan; (2) pawukuan halah dening penanggal; (3) penanggal halah dening sasi ; (4) sasi halah dening dawuh; (5) dawuh halah dening de Ning. Sistem inilah yang disebut wariga (wara i marga) yang berlaku di mana saja karena sumber utamanya didasarkan pada perhitungan pengaruh rembulan, matahari, planet, bintang terhadap bumi yang pengaruhnya mengena pula pada manusia sebagai penghuni bumi.”
You have read this article Budaya
with the title Pawukon dan Watak Manusia. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2011/10/pawukon-dan-watak-manusia.html. Thanks!
No comment for "Pawukon dan Watak Manusia"
Post a Comment