Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

PEMIKIRAN ERA REFORMASI TAIKA PADA ZAMAN YAMATO (JAMAN ASUKA)


Oleh: Dewi Ramadhani
              Pembaruan Taika atau bisa disebut sebagai Reformasi Taika, dan bernama Taika no Kaishin bila di bahasa Jepang-kan adalah perintah kekaisaran untuk membuat pembaruan pemerintahan yang dikeluarkan Kaisar Kōtoku pada tahun 646 (zaman Asuka) di Jepang. Dalam Peristiwa Isshi, Pangeran Naka no Ōe dan Nakatomi no Kamatari membunuh Soga no Iruka. Setelah tewasnya Soga no Emishi, maka berakhir pula keluarga utama klan Soga. Sehingga pemegang kendali pemerintahan tidak lagi dipegang klan Soga dan klan bangsawan di Asuka, melainkan terpusat di tangan kaisar. Semua tanah yang dulunya milik kalangan bangsawan disita untuk negara. Sejak itulah Ibu kota dipindahkan dari Asuka ke Naniwanomiya.
            Reformasi ini dinamakan Reformasi Taika karena berlangsung pada zaman Taika. Nama zaman dimulai dari zaman Taika yang merupakan zaman pertama dalam penyebutan tahun di Jepang.
            Reformasi Taika berlangsung pada jaman Yamato, namun istilah jaman Yamato sekarang sudah jarang digunaka. Jaman ini lebih dikenal dengan Jaman Asuka atau Kofun.

Butir-butir Reformasi Taika
            Pada tahun 2 Taika, Kaisar Kōtoku mengeluarkan perintah kaisar tentang reformasi pemerintahan yang akan mengawali Reformasi Taika. Walaupun demikian, peristiwa terbunuhnya Soga no Iruka dan Soga no Emishi juga sering dianggap sebagai awal Reformasi Taika.
Ada empat pasal yang menjadi inti perintah kaisar:
1.    Tanah pribadi berikut penduduknya yang selama ini milik bangsawan disita, semua tanah dan penduduknya menjadi milik kaisar.
2.    Penataan pemerintah daerah, mulai dari ibu kota hingga provinsi (kuni) hingga distrik (agata) dan prefektur (kōri), serta pembuatan batas-batas wilayah.
3.    Pembuatan surat daftar keluarga (koseki) dan buku laporan kepala keluarga (keichō) untuk keperluan jatah tanah pertanian.
4.    Rakyat dikenakan pajak dan laki-laki dalam keluarga wajib menyumbang tenaga bagi pekerjaan negara.

            Dari beberapa kejadian yang ada pada Reformasi Taika ini kita dapat melihat bahwa ternyata asal mula Reformasi Taika adalah karena kurang puasnya masyarakat dan beberapa tokoh pemerintahan tentang pembagiaan kekuasaan yang ada pada jaman tersebut. Sebelumnya, pemerintahan Negara Jepang terpusat pada beberapa klan yang ada pada saat itu, dan yang menjadi pemimpin semua klan adalah Klan Soga yang terkenal kuat dan besar.
            Sebenarnya, pemikiran pemberontakan untuk melawan klan Soga diawali dari beberapa klan yang berpikir bahwa seharusnya mereka memiliki hak yang sama karena mereka juga sama-sama memiliki klan. Bukan hanya karena klan Soga adalah klan terkuat dan terbesar maka bisa menjadikan mereka dari pemimpin puncak kekuasaan Negara dan membuat klan yang lain tidak bisa memperluas kekuasaan atau kekuatan mereka.
            Maka dari itu, atas dasar dari Reformasi Taika ini. Pemimpin Negara diserahkan kepada satu orang, yaitu kaisar yang memang kedudukannya lebih tinggi dari para Klan dan juga memiliki garis darah kekaisaran tanpa bisa dipungkiri. Meskipun pemilihan kaisar dan keturunannya pun masih dibawah kekuasaan klan tertentu.
            Empat pasal yang dibuat pada Reformasi Taika ini pun juga mengubah segala aturan yang ada sebelumnya. Masyarakat harus benar-benar mengabdikan diri mereka pada Kaisar. Pemikiran ini membuat Kaisar menjadi sebagai sentral sehingga tidak boleh ada yang berani menolak keinginan kaisar ataupun melawan kaisar. Memang sepertinya cara pemikiran ini sedikit kurang manusiawi karena hanya memusatkan pada satu orang namun pemikiran ini juga bisa sangat efektif untuk menimbulkan suatu pemerintahan yang teratur dan mencegah adanya kudeta.

Dasar Pemikiran Reformasi Taika
         Mengikuti perubahan politik besar-besaran di Jepang timbullah pemikiran Konfusianisme menyebar pada saat Reformasi Taika, pola pemikiran yang berasal dari dinasti China ini menjinkan Negara Jepang untuk meniru segala hal yang berkaitan dengan Tiongkok.
          Mari kita kaji apa itu pemikiran atau etika Konfusianisme. Seperti apakah etika Konfusianisme itu? Mungkin Anda pernah mendengarnya. Bila belum, secara singkat akan saya perkenalkan etika yang pernah membuat peradaban Cina maju pada ratusan tahun lalu.
            Konfusianisme, yang berasal dari nama Konfucius. Adalah sebuah filsafat atau arus pemikiran. Bila ditelusuri lebih dalam, Konfusianisme banyak menawarkan prinsip tentang etika, yang sebagian besar masih relevan di masa kini.
              Etika yang dibidani Konfusius ini disajikan dalam 4 karya penting. Pertama adalah Pelajaran Agung (The Great Learning) atau disebut Da Xue dalam bahasa Mandarin; yang kedua adalah, Kumpulan Karya Terbaik (The Analects) atau Lun Yu; ketiga, Jalan Tengah (The Doctrine of The Mean) atau Zong Yong; terakhir adalah Pepatah Mencius (The Saying of Mencius). Keempat karya ini menyajikan pemikiran Konfusianisme, yang banyak diambil dari bijaksana orang-orang bijak pada pada zaman dulu. Sosok seperti Shun dan Yao sering dikutip oleh Konfusius. Baginya, Shun adalah manusia paling bijak dalam sejarah. Sedangkan di Barat, Socrates dianggap sebagai orang paling bijak.
            Intisari etika Konfusianisme adalah ketulusan dan keharmonisan, yang dijabarkan dalam relasi manusia: antara individu dengan orang tua, antara individu dengan saudara-saudaranya, antara individu dengan orang lain, dan antara individu dengan atasan. Dalam Kitab Lun Yu, Confucius berkata, "Seorang pemuda harus berbakti pada orang tua ketika berada di rumah, menghormati saudaranya yang lebih tua ketika berada di luar rumah; menjaga tingkah laku jujur dalam perkataan; mencintai semua orang dan menjalin persahabatan dengan orang-orang yang baik."
              Namun demikian, etika Konfusianisme menekankan pentingnya individu. Bagi Konfusius, pengembangan individu merupakan fondasi dari pembangunan keluarga, masyarakat dan negara. Dalam Pelajaran Agung ditulis, "Dari Putra Dewa sampai rakyat pengembangan dan displin diri harus merupakan dasar dari segalanya. Jika individu tidak disiplin dan kacau, bagaimana hasil yang baik dapat dicapai suatu negara?" Konfucius memberikan diktum bahwa keberhasilan sebuah negara didasarkan pada pengembangan individu; maju tidaknya sebuah negara tergantung pada kualitas pribadi.
              Apakah etika Konfusianisme bisa menjawab semua persoalan? Saya katakan tidak. Pertama, Konfusianisme tidak banyak membahas dunia supra-natural. Sangat sedikit pemikiran-pemikiran tentang hidup setelah kematian. Tidak banyak ditemukan prinsip atau relasi antara etika dengan dunia akhirat. Seluruh pemikiran Konfusianisme hanya ditujukan terhadap relasi antar sesama. Kedua, etika Konfusianisme sulit dijabarkan dalam dunia politik, khususnya dalam proses pergantian pejabat. Konfusianisme tidak mengenal sistem demokrasi, yang telah diadopsi hampir seluruh negara untuk mengganti pucuk pemerintahan. Konfusianisme tidak mengenal konsep ini.
              Namun demikian, dalam banyak hal etika yang digulirkan Konfusius ini melampaui etika-etika budaya lokal. Etika ini mempunyai prinsip dalam berbagai aspek kehidupan. Ia mempunyai stuktur pemikiran yang relatif teratur untuk kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Bila karya-karya ini disandengkan dengan Kitab Amsal, Konfusianisme, sampai pada tingkat tertentu, bisa disebut sebagai jabaran dari Kitab Amsal. Kitab Amsal menyajikan prinsip-prinsip yang relevan untuk kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan etika Konfusianisme.

Kesimpulan
            Era Reformasi Taika mengambil pola pemikiran dari Negara Cina yang bernama pemikiran atau etika Konfusianisme. Adanya Reformasi Taika memberikan pengaruh besar pada penyebaran pemikiran ini di Negara Jepang. Konfusianisme, yang berasal dari nama Konfucius. Adalah sebuah filsafat atau arus pemikiran. Bila ditelusuri lebih dalam, Konfusianisme banyak menawarkan prinsip tentang etika, yang sebagian besar masih relevan di masa kini.
           Prinsip etika ini adalah prinsip etika yang pernah membuat peradaban Cina maju pada masa ratusan tahun lalu.
            Berikut adalah 4 butir isi Reformasi Taika :
1. Tanah pribadi berikut penduduknya yang selama ini milik bangsawan disita, semua tanah dan penduduknya menjadi milik kaisar.
2. Penataan pemerintah daerah, mulai dari ibu kota hingga provinsi (kuni) hingga distrik (agata) dan prefektur (kōri), serta pembuatan batas-batas wilayah.
3. Pembuatan surat daftar keluarga (koseki) dan buku laporan kepala keluarga (keichō) untuk keperluan jatah tanah pertanian.
4. Rakyat dikenakan pajak dan laki-laki dalam keluarga wajib menyumbang tenaga bagi pekerjaan negara

             Pembaruan Taika atau bisa disebut sebagai Reformasi Taika, dan bernama Taika no Kaishin bila di bahasa Jepang-kan adalah perintah kekaisaran untuk membuat pembaruan pemerintahan yang dikeluarkan Kaisar Kōtoku pada tahun 646 (zaman Asuka) di Jepang. Dalam Peristiwa Isshi, Pangeran Naka no Ōe dan Nakatomi no Kamatari membunuh Soga no Iruka. Setelah tewasnya Soga no Emishi, maka berakhir pula keluarga utama klan Soga. Sehingga pemegang kendali pemerintahan tidak lagi dipegang klan Soga dan klan bangsawan di Asuka, melainkan terpusat di tangan kaisar.
You have read this article with the title PEMIKIRAN ERA REFORMASI TAIKA PADA ZAMAN YAMATO (JAMAN ASUKA). You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/06/pemikiran-era-reformasi-taika-pada.html. Thanks!

No comment for "PEMIKIRAN ERA REFORMASI TAIKA PADA ZAMAN YAMATO (JAMAN ASUKA)"

Post a Comment