Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Seni Tradisional Jathilan


              Kesenian Jathilan yang di beberapa daerah disebut Seni Kuda Lumping atau Kuda Kepang dikenal sebagai kesenian tradisional di yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagian menghubungkan kesenian ini berasal dari cerita Panji, sebagian yang lain menghubungkannya dengan perlawanan gerilya Pangeran Diponegoro. Ada pula  sumber yang menyatakan bahwa kesenian jathilan ini asalnya dari jawa timur, tepatnya kesenian Reog Ponorogo.dikatakan sebagai pemain Jothil. Namun cerita tertua menyebutkan bahwa kesenian ini yang memperkenalkan kali pertama adalah Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus, yang menggelar pertunjukan jathilan untuk mengumpulkan masyarakat guna didakwahi agama Islam.
   .
            Saat ini, kesenian Jathilan hidup dan berkembang luas terutama di Jawa Tengah terutama di sepanjang bukit Menoreh,   Salam, Borobudur, Salaman, Muntilan, Kajoran, Kaliangkrik. Bagi masyarakat di sekitar bukit Menoreh kesenian Jathilan  merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang  berkembang di daerah pegunungan menoreh, tepatnya di sebelah selatan candi Borobudur. Kesenian ini memiliki latar belakang yang berhubungan dengan sejarah perang gerilya Pangeran Diponegoro. Menurut cerita, penduduk  terinspirasi saat  melihat pasukan Pangeran Diponegoro yang sedang melakukan perang gerilya di sepanjang pegunungan Menoreh. Seringnya masyarakat sekitar  pegunungan Menoreh  melihat dan menyaksikan pasukan gerilya Pangeran.Diponegoro membuat mereka terinspirasi untuk mengekspresikan inspirasinya itu dalam bentuk kesenian yang diiringi musik gamelan yang diwujudkan dengan penari yang menaiki kuda yang terbuat dari kepang/anyaman bambu. Maka kesenian jathilan ini kadang juga dinamakan dengan kesenian kuda Kepang/kuda Lumping.
                 Yang lazim dari Kesenian Jathilan ini adalah digunakannya media trance untuk berhubungan dengan kekuatan gaib yang  diyakini sebagai  sesepuh desa mereka. Ada beberapa desa masih memiliki keyakinan akan hal tersebut. Salah satu contoh yang sampai saat ini masih mereka lakukan adalah, setiap mereka melakukan pementasan mereka harus membawa air dari mata air di mana terdapat batu bekas telapak kuda, yang dipercaya sebagai bekas telapak kaki kuda Pangeran Diponegoro. Tradisi ini masih mereka bawa hingga sekarang dan hal ini sudah menjadi tradisi mereka dalam menggelar kesenian jathilan ini di setiap pertunjukan.
                 Trance dalam pertunjukan jathilan juga kadang dipergunakan untuk menolak bala/ tolak bala atau menyembuhkan penyakit bagi orang yang mempercayainya. Kekuatan alam ini sampai sekarang kadang masih mereka lakukan dalam setiap hajatan. Masyarakat mereka yang memiliki kaul/ kehendak untuk menggunakan kesenian ini untuk merayakan sebuah perayaan, baik khitanan, perkawinan bahkan nadar dari seseorang yang memang menghendakinya.
            Setiap kelompok kesenian jathilan selalu memiliki seorang dukun yang dianggap sebagai sesepuh di kelompok tersebut yang menjadi Penetralisasi Trance. Sang dukun ini menjadi sebuah mediator yang menjembatani antara manusia dan roh kekuatan magis tersebut.
               Selain Penari Prajurit, biasanya dalam pertunjukannya mereka juga menggunakan beberapa topeng Buto yang menjadi pelengkap dari keseluruhan pertunjukan kesenian jathilan tersebut yang disebut Grasak. Bagian pertunjukan grasak ini biasanya merupakan babak terakhir dari keseluruhan rangkaian pertunjukan kesenian jathilan.


You have read this article with the title Seni Tradisional Jathilan. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/07/seni-tradisional-jathilan.html. Thanks!

No comment for "Seni Tradisional Jathilan"

Post a Comment