Kepada semua Bangsa Indonesia di Surabaya!
Pada tanggal 28 Oktober 1945, rakyat Indonesia di Surabaya secara tidak jujur sekonyong-konyong menyerang angkatan perang Inggris yang datang untuk melucuti dan mengumpulkan angkatan perang Jepang, memberi bantuan kepada tawanan perang sekutu dan interniran, dan menyelenggarakan keamanan dan ketertiban.
Kesalahan-kesalahan tersebut di atas tidak dapat dibiarkan begitu saja. Berdasarkan ini, saya mengeluarkan perintah yang harus dapat dilaksanakan. Selanjutnya pada tanggal 10 November 1945 Jam. 06.00 akan saya kerahkan semua kesatuan angkatan laut, darat dan udara di bawah komando saya untuk menundukkan orang-orang Indonesia yasng mengabaikan perintah saya. Mereka bertanggung-jawab atas pertumpahan darah yang tidak dapat dihindarkan ini.
9 November 1945
Komando Angkatan Darat Sekutu Jawa Timur
ttd.
E.C.Mansergh – Mayor JenderalPamflet berisi ultimatum Mayor Jenderal E.C.Mansergh itu disusul Instruksi yang juga disebar dari pesawat terbang, yang isinya:
Arek-arek Surabaya meraung marah membaca ultimatum dan instruksi E.C.Mansergh yang sangat merendahkan martabat Bangsa Indonesia. KH Hasyim Asy’ari yang saat itu berada di Surabaya, menyambut hinaan Mayor Jendera E.C.Mansergh itu dengan mengubah isi Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 menjadi lebih operasional, yaitu dari pernyataan resolusi berbunyi:
“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja…” menjadi “bagi tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak (bersenjata ataoe tidak) yang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari Soerabaja, Fardloe ‘Ain hukumnya untuk berperang melawan moesoeh oentoek membela Soerabaja..”
Seruan jihad yang disampaikan KH Hasyim Asy’ari pada 9 November 1945 itu disambut gembira penduduk Surabaya dan dengan cepat menyebar ke berbagai daerah yang berjarak sekitar 94 km dari Surabaya seperti Mojokerto, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Jombang, Malang, dan bahkan ke daerah-daerah yang lebih jauh seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, Probolinggo, Jember, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi, Rembang, bahkan Cirebon. Para kyai, santri, satuan-satuan dari barisan Hizbullah dan Sabilillah berbondong-bondong ke Surabaya, bergabung dengan pasukan TKR Kota Surabaya, PRI, BPRI, TKR Laut, TKR Pelajar, Polisi Istimewa, Barisan Buruh, dan warga Kota Surabaya untuk menyambut serangan umum pasukan Inggris di bawah Mayor Jenderal E.C.Mansergh pada 10 November 1945.
Oleh karena perang melawan kekuatan pasukan Inggris pada 10 November 1945 dilandasi semangat Jihad Fii Sabilillah, maka teriakan “ALLAHU AKBAR!” sebagai penanda jihad dikumandangkan sejak peluru pertama meletus sampai tarikan nafas terakhir seorang pejuang kehilangan nyawa menjadi syuhada. Dan Inggris yang menduga Rakyat Surabaya akan tunduk menyerah dalam tempo tiga hari – setelah kota dibombardir dari darat, laut dan udara – terbukti harus bersimbah darah dan airmata karena sampai tiga bulan bertempur, kekuatan rakyat Indonesia yang dikobari semanbgat Jihad fii Sabilillah tidak kunjung menyerah. Dan Inggris pun menandai momentum bersejarah yang paling keras itu dengan sebaris kalimat: ONCE AND FOREVER!
You have read this article with the title Seruan Jihad Fi Sabilillah Pada 10 November 1945. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/11/seruan-jihad-fi-sabilillah-pada-10.html. Thanks!
No comment for "Seruan Jihad Fi Sabilillah Pada 10 November 1945"
Post a Comment