Oleh: Izzulfikri M. Anshorullah
Wayang adalah kesenian asli Nusantara yang berasal dari kepercayaan kuno pra Islam. Ada beberapa jenis wayang yang berkembang di Nusantara sejak zaman keraton-keraton purba, kerajaan-kerajaan Hindu sampai kerajaan-kerajaan Islam. Seperti diketahui, selain wayang kulit, wayang golek dan wayang orang, ada wayang beber yang keberadaannya kini nyaris punah karena saat ini tercatat hanya dua wayang beber yang masih tersimpan meski dalam kondisi cukup baik, yaitu satu wayang beber yang ada di Pacitan, Jawa Timur, dan satunya lagi di Desa Gelaran, Karangmojo, Gunungkidul dengan kondisi memprihatinkan. Wayang Beber, menurut sejarahnya, adalah seni wayang yang sudah muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan bahkan pra Hindu. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran kertas delancang atau kain mori yang dibeber yang dilukisi gambar tokoh tokoh dalam cerita wayang, terutama kisah Panji. Pertunjukan Wayang beber merupakan cerita pada lembar lukisan pada kain yang dimainkan oleh seorang dalang yang tinggal menceritakan saja isi atau urut-urutan ceritanya dari lukisan yang dibentangkan. Lakon Wayang Beber umumnya memuat cerita Panji, yakni Kisah Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo, Kisah Panji Semirang, Kisah Panji Kuda Wanengpati.
Pergelaran wayang beber dimulai dengan menggelar gulungan gambar. Lalu sang dalang, menceritakan gambar pada kertas atau kain mori ukuran 3,8 meter x 75 cm dengan dibantu alat penunjuk gambar yang terbuat dari kayu kecil sepanjang satu meter. Dengan menunjuk gambar, mulailah dalang bercerita sesuai dengan lukisan yang ditunjuknya. Di bawah iringan gamelan sederhana dalang bercerita menguraikan makna lukisan dalam gulungan kertas atau mori yang dibeber dengan cerita yang sesekali diselingi adegan perang.
Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, yang mengembangkan pembuatan wayang beber.
Menurut cerita, konon, para Wali di antaranya Sunan Kalijaga memodifikasi wayang beber ini menjadi wayang kulit dengan bentuk-bentuk yang bersifat ornamental sebagaimana yang kita kenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung. Dalam cerita ditambahkan Pusaka Layang Kalimasada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang.
Berbeda dengan wayang yang mengisahkan epos Ramayana dan Mahabharata dengan setting India, wayang beber yang membawakan kisah-kisah Panji mengambil setting lokal dengan kerajaan-kerajaan lokal dan tokoh-tokoh lokal seperti kerajaan Jenggolo, Panjalu, Gagelang, Kahuripan dengan tokoh Panji Asmoro Bangun, Panji Semirang, Kuda Wanengpati, Kuda Rawis Renggo, Dewi Sekartaji, Anggraeni. Ada juga tokoh pelawak yang dikenal sebagai Bancak dan Doyok.
Izzulfikri M. Anshorullah, Siswa SMAN VI Malang Kelas X3
You have read this article with the title Wayang Beber. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2012/12/wayang-beber.html. Thanks!
No comment for "Wayang Beber"
Post a Comment