Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

MK Menghapus RSBI & SBI

            Keputusan Makamah konstitusi  menghapus  Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dengan dasar  alasan tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 disambut gembira oleh para santri Pesantren Sufi. Usai melihat berita dari TV para santri menemui Guru Sufi yang sedang membincang soal kemerosotan pendidikan nasional bersama Sufi tua, Sufi Sudrun, Sufi Kenthir, Sufi Senewen, Dullah, dan Sukijan.
    “RSBI sudah dihapus sama MK Mbah Kyai,” kata Roben memulai pertanyaan,”Apakah pendidikan akan merosot dan mundur karena tidak berkualitas internasional lagi? Apakah itu berarti sekolah-sekolah RSBI akan setara dengan madrasah?”
     “RSBI tidak ada hubungan dengan kualitas internasional,” Kata Guru Sufi singkat sambil menunjuk Sufi Sudrun untuk m enjelaskan soal  sekolah internasional karena ia sewaktu SMP bersekolah di Singapore International Academy.
    Sufi  Sudrun dengan suara tinggi berkata,”Kita sambut baik putusan MK itu sebagai kebijakan yang tepat. Soalnya, kalau dibiarkan terus-menerus akan banyak wali murid  yang suka pamer anaknya jenius karena sekolah internasional    terperdaya besar-besaran. Apalagi kalau RSBI dikembangkan di kampung-kampung, tentu warga yang mampu sekolah akan semakin berkurang. Sementara kepala sekolah RSBI dan SBI akan diterjang banjir  uang.”

    “Maaf paklik, sampeyan tadi bilang wali murid yang suka pamer akan banyak terperdaya, maksudnya bagaimana?” tanya Patek menyela.
    “Memang dalam pengembangan RSBI itu terselip  unsur manipulasi,” sahut  Sufi Sudrun.
    “Maksudnya bagaimana paklik?”
    “Coba diteliti dengan cermat sekolah-sekolah yang sudah memasang label RSBI atau SBI. Kurikulum internasional mana yang mereka terapkan? Bukankah Diknas sampai saat ini belum memiliki kurikulum internasional? Memang kurikulum internasionalnya RSBI dan SBI itu yang menyusun kepala sekolahnya sendiri?” kata Sufi Sudrun dengan nada tanya.
    “Lho apa RSBI dan SBI itu memakai  kurikulum Diknas paklik?” sahut Patek ingin tahu.
    “Yang pasti bukan kurikulum internasional.”
    “Oo begitu ya.”
    “Yang lebih konyol, guru-guru di sekolah RSBI dan SBI tidak ada yang memiliki sertifikasi mengajar internasional. Itu kesalahan fatal yang bisa berujung pada kriminal, lhawong guru lokal kok beraninya mengklaim guru internasional tanpa bukti hukum,” kata Sufi Sudrun menjelaskan.
    “Apakah guru sekolah internasional wajib punya sertifikasi mengajar internasional paklik?”
    “Sopir saja kalau mau menyetir di luar negeri wajib memiliki SIM internasional. Lha ini mendidik anak orang dengan label ionternasional tidak punya sertifikat mengajar internasional, kan itu sama dengan kriminal karena memungut biaya sekolah dengan  tarif internasional,” kata Sufi Sudrun.
    “Jadinya SBI apa cocok dimaknai Sekolah Bertaraf Internasional?” tanya Roben.
    “SBI lebih cocok dimaknai SEKOLAH BERTARIF INTERNASIONAL.”
    Posted by Agus Sunyoto
You have read this article Budaya with the title MK Menghapus RSBI & SBI. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/01/mk-menghapus-rsbi-sbi.html. Thanks!

No comment for "MK Menghapus RSBI & SBI"

Post a Comment