Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Post Hegemony IV: Menggugat Istilah Manipulatif Ciptaan Kapitalis Global

Oleh: K Ng H Agus Sunyoto  
Dalam kajian rutin Selasa malam dengan tema korupsi dan good governance, DR Thomaq al-Bakhili yang tampil pertama mengecam keras praktek korup yang dilakukan para pejabat yang menggunakan dana bantuan dari World Bank, Asia development bank dan IMF untuk kepentingan pribadi. Dengan sejumlah istilah sinis dan sarkastis, ia mengajukan usulan agar pejabat-pejabat korup yang menyalah-gunakan kebaik-hatian lembaga-lembaga keuangan itu untuk dijatuhi hukuman berat kalau perlu dijatuhi hukuman mati. 
         Ketika sesi tanya jawab dibuka, Sufi Sudrun yang terkantuk-kantuk tetapi menyimak setiap kata-kata DR Thomaq al-Bakhili menyampaikan sejumlah catatan istilah yang disampaikan pemilik BPR Rakyat Nestapa itu. Pertama-tama, Sufi Sudrun meminta agar istilah “AID” atau BANTUAN harus diganti dengan istilah yang riil sesuai fakta. “Ini penting dilakukan, karena dalam fakta yang disebut “AID” atau BANTUAN itu adalah “LOAN” atau UTANG. Orang goblok pun bisa membedakan BANTUAN dengan UTANG, apalagi seorang doktor ekonomi,” kata Sufi Sudrun.  
    
         “Tapi itu sudah menjadi istilah baku yang digunakan pemerintah dan para pengamat ekonomi kita,” ujar DR Thomaq al-Bakhili. 
          “Silahkan Anda ceramah di istana negara dan di media massa dengan istilah itu, tapi di forum ini jangan coba-coba mempengaruhi para peserta dengan istilah-istilah hegemonic yang menyesatkan,” kata Sufi Sudrun dengan suara ditekan tinggi. 
            “Saya hanya mengikuti istilah baku,” sahut DR Thomaq al-Bakhili bergetar. 
           “Itu istilah baku yang salah, karena menyesatkan pikiran waras,” kata Sufi Sudrun tinggi,”Saya sudah konfirmasi kepada Pak Kwik Kian Gie tentang istilah-istilah laknat itu, dan Pak Kwik tegas menyatakan bahwa itu istilah sesat yang wajib diubah jika negara Indonesia tidak ingin terus-terusan dijadikan bulan-bulan eksploitasi oleh lembaga-lembaga keuangan internasional. Bahkan menurut Pak Kwik, sewaktu beliau menjadi menteri sudah pernah mengajukan agar istilah itu dirubah tetapi tidak berhasil. Itu artinya, silahkan di istana negara, media massa, kampus-kampus, lembaga-lembaga moneter istilah itu digunakan tetapi jangan di forum ilmiah pesantren ini.” 
          “Saya faham itu, pak,” sahut DR Thomaq al-Bakhili. 
           “Yang wajib diubah juga adalah istilah NEGARA DONOR yang memiliki kesan NEGARA DONATUR yang membantu Indonesia karena kedermawanan dan kebaik-hatian. Istilah keparat itu harus diganti, karena fakta menunjuk bahwa negara-negara itu tidak pernah memberi bantuan donasi melainkan memberi UTANG. Jadi NEGARA DONOR harus diganti menjadi NEGARA PEMBERI HUTANG.”
         “Apakah itu juga sudah konfirmasi dengan Pak Kwik?” 
         “Sudah pasti.” 
          “Ada lagi pak?”
           “Istilah PRIVATISASI yang saudara gunakan untuk penjualan aset negara, itu juga harus diganti dengan istilah PENJUALAN ASET NEGARA. Ini penting, karena mengkaji sesuatu berdasar telaah ilmiah tidak boleh ada istilah-istilah yang bersifat manipulatif yang digunakan untuk tujuan menipu orang sebagaimana yang selama ini dilakukan negara-negara Neo-imperialis dalam mengeksploitasi negara bangsa Indonesia dengan didukung antek-anteknya, para komprador berjiwa tuyul, yang tergabung dalam organisasi tanpa bentuk: Berkeley Mafia,”seru Sufi Sudrun. 
       “Mohon maaf sebelumnya pak,” kata DR Thomaq al-Bakhili dengan muka kecut, ”Saya tidak bisa melanjutkan diskusi ini. Perut saya sakit. Kepala saya pening. Dada saya sesak. Saya mohon pamit untuk pulang.” 
             Para peserta kajian rutin tertawa riuh.Mereka faham kenapa DR Thomaq al-Bakhili tidak berani melanjutkan diskusi. Tetapi mereka bersukacita, karena jiwa dan pikiran mereka telah terbebas dari hegemoni peristilahan menyesatkan yang dicipta oleh kapitalisme global. Mereka sadar bahwa persoalan utama bukanlah bisa atau tidak bisa mengganti istilah manipulatif itu, melainkan kesadaran untuk menyadari bahwa selama ini negara dan bangsa yang mereka cintai telah ditipu mentah-mentah oleh Dajjal kapitalis beserta begundal-begundalnya dengan memutar-balik fakta lewat hegemoni pemikiran dogmatis dan doktriner, sehingga. kewajiban mereka adalah meluaskan kesadaran Post Hegemony ini kepada anak bangsa yang lain agar kelak bisa merdeka.
You have read this article Filsafat with the title Post Hegemony IV: Menggugat Istilah Manipulatif Ciptaan Kapitalis Global. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/01/post-hegemony-iv-menggugat-istilah.html. Thanks!

No comment for "Post Hegemony IV: Menggugat Istilah Manipulatif Ciptaan Kapitalis Global"

Post a Comment