Oleh: K Ng Agus Sunyoto
Kualalumpur Pasca Kerusuhan 13 Mei 1969 |
Puncak dari isu ketimpangan yang meletus dalam bentuk kerusuhan rasial di Singapura pada 1964, menjadi salah satu penyebab keluarnya Negara Bagian Singapura dari Persekutuan Malaysia dengan tetap memanaskan ketegangan rasial. Kebanyakan orang Melayu tidak puas dengan Negara Singapura merdeka, karena didominasi etnis Tionghoa. Lalu isu-isu berlatar golongan dan ras yang menyulut emosi dan antipati menjadi tema utama sepanjang kampanye Pemilu 1969 yang mengakibatkan meningkatnya semangat permusuhan antara etnis Melayu dan etnis Tionghoa di Malaysia. Selama kampanye Pemilu 1969, para calon serta anggota-anggota partai politik, khususnya dari partai oposisi, mengangkat soal-soal sensitif yang berkaitan dengan bahasa nasional (Bahasa Melayu), kedudukan istimewa orang Melayu (Bumiputera), hak kerakyatan warga non-Melayu yang terabaikan, di mana hal ini menimbulkan sentimen rasialis dan kecurigaan antar etnis.
Partai Perikatan yang disebut Barisan Nasional (UMNO-MCA-MIC) ternyata mengalami kekalahan telak dalam Pemilu 1969. Jumlah kursi yang dimenangkan Partai Perikatan dalam Dewan Rakyat (Parlemen) telah menurun dari 89 kursi pada tahun 1964 menjadi 66 kursi pada tahun 1969. Partai Perikatan kehilangan sebanya dua pertiga kursi dalam Dewan Rakyat. Sementara Partai Gerakan, DAP, PPP menang 25 buah kursi dalam Dewan Rakyat, begitu pun partai PAS menang 12 kursi.
Pawai kemenangan oposisi
Pada pemilihan umum 10 Mei 1969, koalisi Aliansi pemerintah diketuai oleh United Malays National Organization (UMNO) menderita kekalahan terbesar sejak 1955 sekali pun UMNO masih tetap memenangi Pemilu. Partai terbesar golongan etnis Tionghoa, Democratic Action Party (DAP) dan Partai Gerakan mendapat suara signifikan dalam pemilihan, dan berhak untuk mengadakan pawai kemenangan melalui jalur yang telah ditetapkan di Kuala Lumpur. Begitulah, pihak oposisi mengadakan pawai besar untuk merayakan kemenangannya. Dr. Tan Chee Khoon dari Partai Gerakan yang menang besar di kawasan Batu, Selangor, meminta izin dari polisi untuk mengadakan pawai kemenangan partainya di Selangor. Pawai ini menyebabkan kemacetan di jalan-jalan di sekitar Kuala Lumpur. Pawai kemudian bergerak ke Jalan Campbell dan Jalan Hale dan menuju ke Kampong Bahru. Sementara itu di Kampong Bahru, yang penghuninya lebih dari 30.000 orang Melayu yang menjadi kubu UMNO, masyarakatnya merasa terancam dengan kemenangan pihak oposisi di mana Kampong Bahru merupakan kediaman Menteri Besar Selangor, Dato' Harun bin Idris.
Chow Kit pasca kerusuhan |
Akhirnya, meski Partai Gerakan mengeluarkan permintaan maaf keesokan harinya tetapi sudah terlambat karena pimpinan UMNO terlanjur mengumumkan pawai tandingan yang dimulai dari kediaman kepala negeri Selangor, Dato' Harun bin Idris, yang terletak di Jalan Raja Muda pada tanggal 13 Mei 1969. Orang-orang Melayu pun berkumpul di rumah Menteri Besar Selangor. Di antara massa yang datang dan berkumpul di kediaman Dato’ Harun Idris sebagian membawa senjata pedang, parang panjang, tombak, klewang, dan bambu runcing di mana mereka menunggu lampu hijau dari Dato' Harun bin Idris untuk mengamuk.Dato' Harun Idris selaku Menteri Besar Selangor ketika itu mencoba menenangkan keadaan.
Pawai Kemenangan DAP Pemicu Kerusuhan |
Kabar pembunuhan atas tiga orang etnis Tionghoa itu menyulut amarah pemuda-pemuda Tionghoa yang sebagian berasal dari Polisi Kerajaan Malaysia dan organisasi-organisasi liar. Mereka berinisiatif untuk mengambil tindakan pembalasan. Dengan membawa aneka senjata seperti tombak, trisula, pedang, lonjoran besi iring-iringan barisan pemuda Tionghoa itu menyerang dan membunuh orang-orang Melayu di sekitar Kuala Lumpur. Begitulah, kerusuhan etnis pun meledak dan tidak terelakkan ketika etnis Melayu melakukan tindak pembalasan.
Pasukan Ranger Memihak
Pemerintah pun memaklumkan keadaan darurat. Tidak seorangpun penduduk diizinkan keluar dari rumah. Pasukan polisi berpatroli di sekitar Kuala Lumpur. Pasukan FRU disiagakan di Kampong Bahru. Tentara dari Resimen Ranger pun dikerahkan untuk menjaga keselamatan penduduk di sekitar Kuala Lumpur. Namun Pasukan FRU dikeluarkan dari Kampong Bahru digantikan Resimen Ranger yang mengambil alih keadaan. Celakanya, Pasukan Ranger ini terdiri dari etnis Melayu, Dayak Iban, Tionghoa, dan India justru ikut menembaki orang-orang Melayu sehingga menyebabkan orang-orang Melayu semakin marah apalagi setelah diketahui bahwa Ketua Resimen Ranger adalah seorang Tionghoa.
Massa Melayu di Kampong Bahru |
Pemuda-pemuda Melayu yang mempertahankan Kampong Bahru dengan didukung penduduk migran asal Indonesia mengamuk karena merasa diri mereka terkepung di antara serangan orang-orang Tionghoa dan Pasukan Ranger, terutama setelah diketahui beberapa serangan ditujukan ke arah rumah Menteri Besar Selangor Dato’ Harun bin Idris. Perlawanan pecah di mana-mana. Entah siapa yang memulai, ketika kerusuhan meledak pengeras suara di masjid-masjid digunakan untuk membakar semangat para pemuda Melayu agar melanjutkan aksi mereka.
Sebuah serangan yang dilakukan pemuda-pemuda Tionghoa di pinggiran Kuala Lumpur yang berakibat fatal adalah serangan atas Kampong Datuk Keramat yang sebagian besar dihuni penduduk asal Bawean, Madura dan arek-arek Surabaya. Malam hari sekitar jam 02.00 sewaktu beberapa orang warga mengambil air wudhu untuk melakukan sholat malam, mereka memergoki tiga truk berhenti di pinggir kampong. Setelah diamati, ternyata pemuda-pemuda Tionghoa terlihat menurunkan drum-drum berisi bahan bakar yang diduga untuk membakar Kampong Datuk Keramat.
Toko-toko di kawasan Kampong Bahru Dibakar |
Pagi menjelang subuh, di tengah kobaran api yang membakar kedai-kedai dan toko-toko milik etnis Melayu di sekitar Kampong Bahru, terutama di Jalan Tuanku Abdul Rahman, terjadi serangan atas Pasukan Ranger dan toko-toko emas milik etnis Tionghoa disertai penjarahan dan perampokan. Sejumlah Pasukan Ranger tewas dan luka-luka dalam perkelahian melawan penduduk. Akhirnya Resimen Ranger ditarik dari Kampong Bahru digantikan oleh Pasukan Melayu. Pengamanan diambil-alih oleh Pasukan Melayu. Menurut laporan, beberapa orang anggota Pasukan Melayu yang berpakaian preman terlihat ikut gerakan massa masuk ke toko-toko emas Tionghoa dan merampoki harta benda di sana.
Dampak Kerusuhan Rasial
Keadaan darurat nasional dan jam malam pun diumumkan oleh Pemerintah Malaysia pada 16 Mei 1969. Tetapi pada 18 Mei 1969 jam malam dikurangi di beberapa bagian di negara tersebut dan kemudian dihilangkan dalam waktu seminggu di pusat kota Kuala Lumpur.
Mayat Bergelimpangan di jalanan |
Segera setelah pecahnya kerusuhan, pemerintah memberlakukan Undang-undang Darurat dan membekukan parlemen. Pers juga dibekukan. Dewan Operasi Nasional dibentuk. Kerusuhan ini menyebabkan Mahathir Mohamad, tokoh nasionalis Melayu saat itu, dipecat dari UMNO. Namun kejadian ini pun mendorongnya untuk menulis karya pentingnya The Malay Dilemma, (Dilema Melayu). Dalam buku ini ia mengusulkan sejumlah alternatif pemecahan terhadap ketegangan rasial di Malaysia.
Dalam Peristiwa 13 Mei 1969 itu Tunku Abdul Rahman dipersalahkan oleh orang Melayu dan seluruh warga Malaysia. Setelah kejadian itu, Tunku meletakkan jabatannya pada tahun 1970. Tetapi buku "Malay Dilemma" yang ditulis oleh Tun Dr. Mahathir Muhammad dilarang beredar karena pasangan Anwar Ibrahim itu dalam bukunya dianggap menjelek-jelekkan Tunku Abdul Rahman.
Kisruh 13 Mei 1969 |
Untungnya kerusuhan antar golongan etnis ini tidak meluas menjadi kasus nasional karena kerusuhan tidak terjadi di Kelantan, Terengganu, Pahang, Perak, Kedah, Pulau Pinang, Perlis, Negeri Sembilan, Johor, Sabah, Serawak, kecuali di Melaka yang ditandai oleh sedikit kerusuhan. Namun Peristiwa 13 Mei 1969 yang kelabu itu diingat-ingat oleh politisi Malaysia sebagai puncak kemarahan orang Melayu yang terakumulasi lama karena mereka mendapati diri miskin di tanah air sendiri.
You have read this article Sejarah
with the title Insiden Berdarah 13 Mei 1969 Akibat Melayu Miskin di Negeri Sendiri. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/02/insiden-berdarah-13-mei-1969-akibat.html. Thanks!
No comment for "Insiden Berdarah 13 Mei 1969 Akibat Melayu Miskin di Negeri Sendiri"
Post a Comment