Asrul Sani |
Dewan Juri yang menetapkan penerima Hadiah Asrul Sani 2014 terdiri dari pengurus PBNU Abdul Mun’im DZ dan Imam Azis, sastrawan Ahmad Thohari, penyair Asep Zamzami Noor, sineas Alex Komang, Sauki Asrul Sani (keluarga Asrul Sani), pimpinan NU Online Syafi’ Alielha, dan empat orang wartawan A. Khoirul Anam, Hamzah Sahal, Syaifullah Amin, dan Ulil Abshar Hadrawi. Dewan Juri memilih lima orang tokoh yang dinilai pantas menerima Asrul Sani award. Sebelum membacakan nama para penerima anugerah Asrul Sani Award, Alex Komang selaku Wakil Ketua PP Lesbumi PBNU meminta maaf dan mengaku malu karena penghargaan Asrul Sani justru dilakukan oleh NU Online dan bukan oleh Lesbumi yang didirikan Asrul Sani.
Untuk tahun 2014 ini, Dewan Juri menetapkan lima orang yang menerima anugerah kebudayaan ini. Mereka adalah Usep Romli HM (Kategori Kesetiaan Berkarya), Agus Sunyoto (Kategori Penulis Kreatif), Tatik Maliyati (Kategori Sineas Berbakti), KH Chizni Umar Burhan (Kategori Pelindung Karya), dan H Muammar ZA (Kategori Tokoh Legendaris). Sebelum menerima penghargaan, kelima tokoh ini diminta memberikan sambutan singkat.
Usep Romli (64) mengatakan, dirinya sejak belia telah mengenal NU. “Saya menjadi NU sejak anak-anak karena kakek saya orang NU. Saya mulai menulis sejak 1964, tetapi sering ditolak. Nah, yang menerima justru majalah PNI dan PKI,” ujarnya.
Agus Sunyoto (54) mengajak anak muda NU menjaga serta meningkatkan tradisi literasi. Karena sejarah akan tercipta melalui kegiatan mulia ini. “Anak muda NU musti tingkatkan kegiatan tulis-menulis,” serunya.
Sementara itu, Tatiek Maliyati (79) dengan wajah berbinar mencoba mengumpulkan ingatannya tentang sosok Asrul Sani yang dijadikan nama penghargaan yang diberikan NU Online.
“Saya tidak banyak mengenal NU, akan tetapi saya mengenal baik Asrul Sani. Karena beliau adalah guru saya di Akademi Teater Nasional Indonesia. Bagi saya, Pak Asrul orang yang luar biasa,” ujarnya.
Sebagai seorang mahasiswi, lanjut Tatik, dirinya merasakan betul bahwa Asrul Sani merupakan satu-satunya dosen di kampusnya yang memberikan pencerahan terhadap dunia perfilman sehingga dia mampu berbuat banyak bagi negeri ini. Meski bukan anggota NU, Tatik mengetahui Asrul Sani salah seorang pengurus Lesbumi. “Saya bukan anggota NU, tapi mulai sekarang saya sangat simpati terhadap NU,” tegasnya yang langsung disambut aplaus panjang hadirin.
KH Chizni Umar Burhan dalam sambutannya mempersilakan para peneliti muda NU untuk datang ke rumahnya di Gresik. Ia menyimpan banyak sekali dokumen dan arsip NU di masa-masa awal yang merupakan warisan dari ayahnya, KH Umar Burhan, sekretaris pribadi Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari.
Sementara itu H Muammar ZA yang memperoleh penghargaan untuk kategori tokoh legendaris berhalangan hadir. Penerima hadiah diwakili langsung oleh Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali.
Acara dilanjutkan pidato kebudayaan oleh Ahmad Tohari, kemudian disusul pembacaan cerpen karyanya oleh Abdullah Wong sebelum akhirnya ditutup oleh pembacaan puisi dilanjut doa oleh budayawan D Zawawi Imron.
“Ya Allah, hari ini di PBNU ada peristiwa budaya yang menandai bahwa kami warga NU cinta budaya. Inti kebudayaan adalah hati yang bersih. Oleh karenanya, berikanlah kami hati yang bersih agar dapat lebih mencinta Indonesia,” tutur kiai flamboyan asal Madura ini dalam doanya. (Ali Musthofa Asrori/Anam)
You have read this article Budaya
with the title Seniman dan Budayawan Penerima Anugerah Hadiah Asrul Sani. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/03/seniman-dan-budayawan-penerima-anugerah_27.html. Thanks!
No comment for "Seniman dan Budayawan Penerima Anugerah Hadiah Asrul Sani"
Post a Comment