
Dalam kehidupan sehari-hari saja, ungkap Kholid, saat seseorang bertemu dengan teman, sahabat, kaum kerabat, dan keluarga yang jauh, hal pertama yang dipertanyakan adalah, “Bagaimana kabarmu? Apakah semua keluarga sehat?” yang biasanya akan disambung pertanyaan,”Bagaimana ibu, makin cantik saja tentunya!” dan pertanyaan-pertanyaan serupa yang semuanya menanyakan kabar. Kenyataan ini menunjukkan betapa keingin-tahuan manusia untuk mengetahui kabar orang-orang terdekat yang berkaitan dengannya merupakan kebutuhan dasar yang tak terelakkan. Bahkan, lanjut Kholid, dalam lingkup lebih besar, individu sebagai bagian masyarakat selalu pula ingin tahu informasi, berita atau kabar tentang kondisi lingkungan di mana ia berada, termasuk mengenai agama yang dianut dan diyakininya, bangsa dan Negara sebagai tanah kelahirannya yang juga menjadi tempatnya mencari penghidupan. “Inilah salah satu alasan mengapa sampai saat ini media masih terus hidup, yaitu untuk membawakan kabar, informasi atau berita yang dibutuhkan dan selalu dinanti-nanti masyarakat luas,” ungkap alumnus PBA UIN Maliki itu.

Sebagaimana wujud dan format media massa yang terus mengalami perkembangan, ujar Kholid, sejarah dari tujuan penulisan media massa pun tumbuh sangat dinamis. Jika dulu di masa kolonialisme media massa dijadikan sebagai satu alat untuk menguasai dan mengekang rakyat di satu pihak dan dijadikan sebagai sarana pemberontakan dan perlawanan terhadap kaum kolonial di pihak lainnya, atau di masa pasca kemerdekaan media massa digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kemerdekaan, dewasa ini media massa tidak lagi memiliki fungsi dan tujuan sebagaimana masa-masa itu. Berdasarkan undang-undang pers tahun 1999 telah jelas dan nyata bahwa media massa hari ini berstatus sebagai lembaga sosial dan lembaga bisnis. Maka ideology yang diusung adalah ideology pasar, lebih tegas lagi ideology kapitalis. Mana yang menguntungkan dan tetap mampu menjaga keberlangsungan media massa, maka itulah yang dikabarkan. itulah yang diberitakan dan diinformasikan yang sering kali ditandai tawar-menawar,”Wani piro?”, termasuk kasus JILBAB HITAM di media TEMPO..

“Karenanya, di sinilah politik media massa dimainkan,” ujar Kholid menjelaskan,”Misalkan dalam media lokal Radar Malang, menang atau kalah, berita tentang Aremania harus diliput dan diberitakan karena jika Aremania tidak diberitakan, sangat mungkin para aremania dan aremanita akan menggruduk kantor Radar Malang. Sebaliknya, jika Aremania diberitakan omset penjualan akan dapat naik sampai 10 kali lipat dibanding hari-hari biasanya. Karena warga kota Malang tak pernah ingin ketinggalan membaca berita tentang arema,” ungkap Kholid.
Lalu contoh lain, mengapa media masa hari ini jarang sekali menyediakan kolom untuk berita-berita seputar keislaman misalnya, hal itu dikarenakan orang Islam tidak terlalu konsumtif terhadap media massa, terutama media massa cetak . Terbukti dari survey Jawa-Pos saja 40 – 60% yang berlangganan Koran Jawa Pos adalah orang-orang etnis China yang rajin memasang iklan. Dari beberapa contoh di atas, jelas bahwa tidak semua yang disajikan oleh media massa itu objektif. “Bagaimana menyikapi fenomena seperti ini?” tanya Kholid, “Ya kita harus kritis dalam membaca dan menerima informasi dari media massa, sehingga bisa membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang bermuatan bisnis,” Pungkas Kholid mengakhiri pembahasan diskusi malam itu.
Sebelum beranjak meninggalkan pesantren, Kholid menambahkan, agar para mantri meniru jejak guru mereka; Romo Kyai Agus Sunyoto, yang terus menulis. “Mendengar dan mencatat itu baik, namun jika apa yang didengar itu kemudian ditulis, tulisan itu akan abadi dan memberi manfaat bagi yang membacanya. Lihat saja, tulisan-tulisan berkualitas karya Agus Sunyoto akan berumur lebih panjang ketimbang usia penulisnya sendiri. Karenanya, jika kau ingin hidup abadi sepanjang masa, menulislah!” pungkas Kholid mengakhiri pesannya.
Posted by Tina Siska Herdiansyah
You have read this article Budaya
with the title Bisnis di balik Kabar Media Massa. You can bookmark this page URL http://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2014/05/bisnis-di-balik-kabar-media-massa_7.html. Thanks!
No comment for "Bisnis di balik Kabar Media Massa"
Post a Comment