Blog Pesantren Budaya Nusantara adalah sebuah inovasi pendidikan non formal berbasis Budaya Islam Nusantara di dunia maya yang memiliki tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan secara inovatif warisan budaya Nusantara yang adiluhung di tengah arus gelombang globalisasi yang akan menghapus identitas etnis, budaya, bahasa, agama, negara

Istana dan Ibukota Dibakar atas Perintah Kaisar

          Ketika Roben dan Niswatin menyampaikan kabar terbakarnya Gedung Sekretariat Negara yang terletak di dekat Istana Negara,  Guru Sufi yang sedang  membincang sejarah Nero, Kaisar Roma dengan Sufi tua, Sufi Kenthir, Sufi Sudrun, dan Sufi Senewen hanya tersenyum. Tidak mengomentari kabar kebakaran yang disampaikan Roben dan Niswatin, Guru Sufi justru melanjutkan perbincangannya  tentang kebakaran yang menimpa kota Roma duaribu tahun silam, tepatnya tanggal 18 Juli sampai tanggal 25 Juli tahun 64. “Kasus itu menarik untuk dibincang karena kebakaran yang meluluh-lantakkan istana kaisar itu, ternyata atas perintah Kaisar Nero sendiri,” kata Guru Sufi    “Istana dan ibukota dibakar atas perintah kaisar sendiri, Mbah Kyai?” seru Roben heran,”Apa sudah gila kaisar memerintahkan membakar istananya sendiri?”
    “Ya fakta sejarah mencatat seperti itu,” kata Guru Sufi.
    “Apa alasan Nero membakar istana dan ibukota Roma, Mbah Kyai? Apa keuntungan yang diperolehnya dari peristiwa tidak masuk akal itu?” tanya Roben ingin tahu.

    “Nero itu seorang Megalomania-Schizoprenic,” Kata Guru Sufi menjelaskan, “Nero suka menyanyikan lagu karangannya sendiri dan menyanyikannya bersama kelompok musik pribadinya. Di teater dan sirkus pribadinya, dia biasa menjadi seorang aktor yang dilimpahi sanjungan dan pujian. Nero  suka mengurung penduduk Roma di dalam teater dan memaksa mereka untuk mendengarkan cerita  dan nyanyiannya. Pada tahun 60 dan 65 dia mengadakan festival dan memperkenalkan epik karyanya "Troica" yang bercerita tentang perang Trojan. Nero  biasa mengorbitkan bintang muda, tetapi segera menjadi cemburu apabila bintang tersebut sukses. Lalu tanpa segan Nero menghancurkan bintang tersebut dengan berbagai cara yang menjijikkan.”
    “Wah menarik sekali  jika ternyata Nero seorang kaisar memiliki jiwa seni, tapi apa yang membuatnya disebut Megalomania-Schizoprenic, Mbah Kyai?” tanya Roben penasaran.
    “Karena Megalomania, maka Nero suka membangun pencitraan diri serba hebat dan luar biasa, termasuk mengurung penduduk dan memaksanya untuk mendengarkan cerita dan nyanyian-nyanyiannya yang sumbang. Tujuannya tidak lain, semua penduduk terus menerus memuji dan menyanjungnya. Dia ingin selalu tampil dengan citra dewa. Karena kegemaran menyanjung diri lewat pertunjukan-pertunjukan mewah, Nero membutuhkan banyak dana yang dipungutnya dari pajak yang ditingkatkan sangat tinggi,” kata Guru Sufi.
    “Schizoprenic-nya di mana, Mbah Kyai?”
    “Sejarawan  Stephen Dando-Collins dalam buku “Nero’s Killing Machine: The True Story of Rome’s Remarkable 14th Legion” mengungkapkan berbagai tindak kekejaman dan kejahatan yang dilakukan Nero. Satu saat, misal, Kaisar Nero bertengkar dengan ibunya, Agrippina, yaitu perempuan yang telah berkorban  membunuh Kaisar Claudius, suaminya. Ketika Agrippina mengancam akan mengembalikan tahta kepada Britanicus, putera Claudius, adik tirinya,  Nero memerintahkan pengawalnya untuk meracuni pangeran muda itu dalam sebuah acara hiburan. Dengan alasan Britanicus kena serangan epilepsi, mayat pemuda malang itu dikubur diam-diam. Sementara untuk bisa menikahi Poppaea Sabina, seorang wanita cantik dan bermoral, istri Salvius Otho, Nero menceraikan istrinya Octavia dan juga membunuh Agrippina, ibu kandungnya.”
    “Anak durhaka, ibu kandung dibunuh,” gumam Roben.
    “Ya, dengan alasan rekonsiliasi, Nero mengundang Agrippina untuk menemuinya di Baiae di mana ibunya ditempatkan di atas perahu yang hancur berkeping-keping saat memasukinya. Agrippina tidak tenggelam. Meski sudah tua, ia berusaha untuk berenang ke pantai. Tapi Agrippina dibunuh atas perintah anaknya: Nero.”
      “Itu psychopath, Mbah Kyai, bukan schizophrenia,” sahut Roben.
      “Bukan psychopath, karena setelah membunuh ibunya, Nero sering mengalami mimpi buruk. Begitula, tahun 64 Nero diam-diam memerintahkan pembakaran kota Roma dan istananya, di mana di tengah kobaran api Nero menikmati keindahan musik dan nyanyian,” kata Guru Sufi.
     “Yang dituduh membakar siapa, Mbah Kyai? Soalnya, Nero pasti punya alasan membakar istananya sendiri,” kata Roben.
    “Orang Kristen yang dituduh,” kata Guru Sufi,”Begitulah, sejarah mencatat orang-orang Kristen ditangkapi. Mereka disiksa untuk mengakui sebagai pembakar Roma. Orang-orang Kristen yang tidak tahan siksaan akhirnya mengaku sebagai pembakar Roma. Begitulah, orang-orang Kristen digeret ke Coloseum untuk dilempar ke kandang singa dan harimau, yang lain disalib, yang lain dibakar sebagai obor penerangan.”
      “Wong gendeng.”
      “Setelah kebakaran Roma, ada konspirasi untuk membunuh Nero pada tahun 65. Tapi usaha itu gagal. Begitulah, 13 orang di hukum mati dan 19 orang meninggal dalam siksaan mengerikan,” tutur Guru Sufi.
      “Wong gendeng,” gumam Roben,”Apa rakyat Romawi tidak berontak terhadap kaisar gila itu?”
      “Akhirnya rakyat berontak juga,” sahut Guru Sufi menjelaskan,”Pada awal Juni tahun 68 rakyat di propinsi yang keberatan dengan tingginya pajak melakukan pemberontakan. Dan pemberontakan itu mempengaruhi rakyat Romawi di provinsi-provinsi lain yang sudah muak dengan Nero yang hanya pintar membangun pencitraan diri itu. Tidak lama, Senat membuat ketetapan bahwa Nero adalah  musuh rakyat. Kebetulan saat itu, penasehat utama Nero yang bernama Tigellinus sedang sakit berat sehingga Nero kehilangan keberaniannya.”
      “Bagaimana akhir hayat Nero, Mbah Kyai? Apa ia dirajam rakyat?”
     “Menghadapi situasi genting Nero ingin melarikan diri dengan kapal, tetapi para pengawalnya membangkang. Semua menolak permintaan Nero untuk mempersiapkan kapal untuk lari.  Ketika para prajurit menangkap Nero, ia menusuk lehernya sendiri dengan pisau. Peristiwa itu terjadi pada 9 Juni 68,” kata Guru Sufi mengakhiri perbincangan dengan isyarat bahwa kejadian seperti pembakaran Roma bisa saja terulang dalam bentuk dan alasan politis yang sedikit berbeda.
posted by Agus Sunyoto
You have read this article Sejarah with the title Istana dan Ibukota Dibakar atas Perintah Kaisar. You can bookmark this page URL https://pesantren-budaya-nusantara.blogspot.com/2013/03/istana-dan-ibukota-dibakar-atas.html. Thanks!

No comment for "Istana dan Ibukota Dibakar atas Perintah Kaisar"

Post a Comment